Selasa, 24 Mei 2011

Saya dan Republik Demokratik Kongo


Republik Demokratik Kongo, (sebelumnya bernama Zaire antara tahun 1971 dan 1997), adalah sebuah Negara di Afrika bagian Tengah. Negara ini berbatasan dengan Republik Afrika Tengah dan Sudan di sebelah utara; Uganda, Rwanda, Burundi, dan Tanzania di timur;Zambia dan Angola di selatan; dan Republik Kongo di Barat.
Bendera Republik Demokratik Kongo

Perang bersaudara berlangsung berkepanjangan di Kongo sejak 1998 yang menghancurkan serta menyeret seluruh wilayah tersebut dan negara-negara di sekitarnya. Aksi kekerasan tersebut telah menghancurkan infrastruktur dan perekonomian negara tersebut hingga akhirnya PBB mengambil alih permasalahan di negara itu dan memaksa Presiden Joseph Kabila menyelenggarakan Pemilihan Umum pada 30 Juli2006.
Kepala negara saat ini, Joseph Kabila (35) disebut-sebut merupakan calon terkuat dan sejumlah polling awal menyatakan Kabila akan menang dalam babak pertama pemilihan presiden. Kabila diperkirakan bisa mengalahkan 33 calon Presiden lain termasuk mantan pemimpin pemberontak Jean-Pierre Bemba, mantan pemberontak yang menjadi menteri keuangan dan dituduh melakukan kejahatan.
Bemba telah melancarkan perang sengit tujuh tahun sejak 1998. Pada puncaknya, konflik di bekas negara Zaire itu, telah menyeret setidaknya tujuh kekuatan militer asing dan, meskipun ada serangkaian kesepakatan perdamaian dan proses peralihan berjalan sejak 2003, pergolakan etnik dan penjarahan terus mewabah bagian timur negeri tersebut.
Calon lain meliputi keturunan tokoh kenamaan di negara bekas koloni Belgia itu, termasuk putra diktator lama Mobutu Seso Seko dan pahlawan kemerdekaan yang terbunuh Patrice Lumumba.
Lumumba menang dalam pemilihan demokratis terakhir di negeri tersebut pada malam menjelang kemerdekaan 1960, tapi ia didepak oleh Mobutu yang membuat negara itu identik dengan korupsi dan salah urus sampai dia digulingkan pada 1997.
Masyarakat internasional, yang mendanai pemilihan umum itu dan mengucurkan dana hampir setengah miliar Dolar AS, berharap pemungutan suara tersebut bukan hanya membawa kestabilan bagi negara Afrika tengah itu tapi juga memungkinkan Kongo menjadi kekuatan ekonomi regional.
Sumber mineral negeri tersebut, yang berlimpah, telah disedot untuk mendanai perang dan bagi keuntungan pribadi sementara kebanyakan warganya hidup di bawah garis kemiskinan. Dengan tak-adanya prasarana bagi negara tersebut, yang besarnya menyamai Eropa Barat, Pemilu terbukti menjadi tantangan logistik. Di wilayah hutan terpencil, para petugas harus berjalan kaki berhari-hari untuk membawa kartu suara ke TPS.


MottoDémocratie - Justice - Unité
(Perancis: "Demokrasi, Keadilan, Persatuan")
Lagu kebangsaanDebout Congolais
Ibu kota
(dan kota terbesar)
Kinshasa
Bahasa resmi
Perancis
Pemerintahan
Republik (pemerintahan sementara)
 -
Presiden
Joseph Kabila
 - 
Perdana Menteri
Adolphe Muzito

Kemerdekaan
 - 
Date
Dari Belgia
30 Juni 1960 
Luas
 - 
Total
2,345,410 km2 (12)
 - 
Air (%)
5,3%
Penduduk
 - 
Perkiraan 2006
57.900.000 (23)
 - 
Sensus 1938
10.217.408 
 - 
Kepadatan
24/km2 (182)
PDB (KKB)
Perkiraan 2003
 - 
Total
US$35,79 miliar (77)
 - 
Per kapita
US$673 (162)
Mata uang
Franc (CDF)
Zona waktu
(UTC+1 dan +2)
 - 
Musim panas (DST)
 (UTC+1 dan +2)
Ranah Internet
.cd
Kode telepon
243



Lambang Republik Demokratik Kongo



KONDISI GEOGRAFIS
Republik Demokrasi Kongo, dahulu dikenal dengan nama Zaire. Negara ini terletak di Afrika tengah yang tepat berada di jantung Benua Afrika. Dahulunya negara ini di jajah oleh Belgia. Setelah merdeka pada tahun 1960, negara ini bernama Republik Demokrasi Kongo yang beribukota di Kinshasa.
1. Luas wilayah : 2.345.909 km2.
2. Letak astronomis : 50 LU-120 LS dan 110 BT-310 BT.
3. Letak geografis : Terletak di bagian tengah benua Afrika.
4. Batas-batas : utara adalah Republik Afrika Tengah dan Sudan. Timur adalah Uganda, Ruwanda, Tanzania, dan Burundi. Selatan adalah Angola dan Zambia. Barat adalah Angola dan Samudera Atlantik.
5. Bentang alam : Republik Demokrasi Kongo berada di aliran sungai Zaire dan anak sungainya (4.666 m) yang mempunyai banyak air terjun yang sangat baik untuk PLTA. Proyek PLTA yang berada di dekat Kinshasa adalah PLTA terbesar

di Bumi. Di sebelah barat adalah daerah pantai sempit yang di apit oleh Angola dan Republik Kongo. Di sebelah timur ada beberapa danau seperti D. Tanganyika, D. Kifu, dan D. Albert. Di antara D. Edward dan D. Albert terdapat G. Rowenzori (5.120 m). Jenis tumbuhannya adalah hutan hujan tropis yang semakin ke selatan menjadi Sabana.
6. Iklim : Tropis.

KONDISI PENDUDUK
Republik Demokratik Congo (RDC) negara dengan luas seperempat Amerika Serikat, berbatasa dengan banyak negara, antara lain Angola, Burundi, Rwanda, Republik Afrika Tengah, Republik Congo, Sudan, Tanzania, Udanda dan Zambia. Luas wilayah RDC adalah 2.345.410 km2, beriklim unik: tropis, panas dan kering di sebelah utara, serta dingin di daerah selatan (pegunungan). Negara ini mempunyai penduduk cukup besar, yaitu sekitar 60.085.804 jiwa, dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar 2,98% per-tahu, angka kelahiran rata 44,38 per-1000 dan angka kematian 14,43 per-1000. Ada sekitar 200 etnik di RDC, namun suku terbesar adalah Bantu yang terbagi dalam sub suku Mongo, Luba, Kongo dan Mangbetu-Azande. Mayoritas masyarakat RDC penganut agama Katholik (50%), Protestan (25%), Kimbanguist (10%) dan Islam menjadi minoritas (10%). Bahasa nasional mereka adalah Perancis, di samping ada bahasa lokal Lingala, Kiswahili, Kikongo dan Tshiluba.

KONDISI EKONOMI
Potensi kekayaan yang sangat luas, khususnya suberdaya alam. Namun potensi kekayaan ini berubah drastis sejak tahun 1980-an, karena korupsi dan sebagainya. Kondisi ini semakin parah ketika terjadi perang saudara yang dimulai sejak tahun 1998 dan menewaskan tidak kurang 3,5 juta penduduk (perang, kelaparan dan penyakit). Perang juga mengakibatkan ketidakpastian hukum dalam bisnis, akibatnya banyak investor yang hengkang keluar RDC. Sumberdaya manusia yang bermutu pun semakin banyak yang lari ke luar negeri, dan akibatnya fatal bagi RDC. Akhirnya pada tahun 2002, IMF dan Bank Dunia turun tangan memberikan bantuan, dan pemerintah RDC harus mengimplementasikan dalam bentuk reformasi ekonomi.
Jumlah angkatan kerja cukup banyak, sebagian besar (55%) diserap pertanian, industri 11% dan jasa 34%. Ekonomi tumbuh sebesar 7,5%, namun inflasi mencapai 14%, dan income per-kapita hanya mencapai US $ 700,-. Hasil tambang RDC meliputi berlian, emas, perak, seng, kobalt, tembaga, minyak, uranium, timah, mangaan, batubara, kayu dan hidropower. Sedangkan hasil pertaniannya berkisar pada kopi, gula, minyak nabati (sawit), karet, teh, tapioca, pisang, jagung, buah-buah dan produk kayu. Komoditi yang diekspor meliputi berlian, tembaga, minyak sawit, kopi dan kobalt, senilai US $ 1,417 milyar, dengan negara tujuan Belgia, Finlandia, Amerika Serikat dan Cina. Sedangkan komoditi importnya adalah makanan, mesin untuk pertambangan, peralatan transportasi dan produk minyak senilai US $ 933 juta, berasal dari Afrika Selatan, Belgia, Perancis, Kenya, Amerika Serikat dan Jerman (Indonesia belum termasuk di dalamnya). Mata uang RDC adalah Congolese France (CDF) dengan nilai US $1,- = 401,04 CDF.




BENTUK KERJASAMA DENGAN INDONESIA
Bentuk kerjasama Rep. Demokrasi Kongo dengan Indonesia :
a. Kedua Negara telah lama menjalin hubungan diplomatik.
b. Indonesia telah banyak membantu Rep. Demokrasi Kongo dalam pada awal kemerdekaannya.
c. Melalui PBB Indonesia mengirimkan pasukan Garuda II dan III, untuk menertibkan keamanan semasa perang saudara.
d. Kedua negara bekerjasama dalam forum GNB.
e. Keduanya saling mengadakan kunjungan antar kepala negara

ISLAM DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO 
Republik Demokratik Congo (Democratic Republic of the Congo), dahulu terkenal dengan sebutan Zaire, Congo Free State, Belgian Congo, Congo/Leopoldville atau Congo/Kinshasa, untuk selanjutnya disingkat RDC. Ada dua hal yang membuat negara ini ‘mendunia’, yaitu ketika Joseph Mobutu Sese Seko menguasai negara tersebut secara diktator selama kurang lebih 32 tahun (1966-1998) dan ketika petinju legendaris Muhammad Ali bertarung melawan George Foreman pada tahun 1974, di mana Muhammad Ali memenangkan pertarungan keras tersebut.
RDC negara dengan luas seperempat Amerika Serikat, berbatasa dengan banyak negara, antara lain Angola, Burundi, Rwanda, Republik Afrika Tengah, Republik Congo, Sudan, Tanzania, Udanda dan Zambia. Luas wilayah RDC adalah 2.345.410 km2, beriklim unik: tropis, panas dan kering di sebelah utara, serta dingin di daerah selatan (pegunungan). Negara ini mempunyai penduduk cukup besar, yaitu sekitar 60.085.804 jiwa, dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar 2,98% per-tahu, angka kelahiran rata 44,38 per-1000 dan angka kematian 14,43 per-1000. Ada sekitar 200 etnik di RDC, namun suku terbesar adalah Bantu yang terbagi dalam sub suku Mongo, Luba, Kongo dan Mangbetu-Azande. Mayoritas masyarakat RDC penganut agama Katholik (50%), Protestan (25%), Kimbanguist (10%) dan Islam menjadi minoritas (10%). Bahasa nasional mereka adalah Perancis, di samping ada bahasa lokal Lingala, Kiswahili, Kikongo dan Tshiluba.
Ekonomi
RDC sebenarnya sebuah negara yang dikaruniai Allah s.w.t. potensi kekayaan yang sangat luas, khususnya suberdaya alam. Namun potensi kekayaan ini berubah drastis sejak tahun 1980-an, karena korupsi dan sebagainya. Kondisi ini semakin parah ketika terjadi perang saudara yang dimulai sejak tahun 1998 dan menewaskan tidak kurang 3,5 juta penduduk (perang, kelaparan dan penyakit). Perang juga mengakibatkan ketidakpastian hukum dalam bisnis, akibatnya banyak investor yang hengkang keluar RDC. Sumberdaya manusia yang bermutu pun semakin banyak yang lari ke luar negeri, dan akibatnya fatal bagi RDC. Akhirnya pada tahun 2002, IMF dan Bank Dunia turun tangan memberikan bantuan, dan pemerintah RDC harus mengimplementasikan dalam bentuk reformasi ekonomi.
Jumlah angkatan kerja cukup banyak, sebagian besar (55%) diserap pertanian, industri 11% dan jasa 34%. Ekonomi tumbuh sebesar 7,5%, namun inflasi mencapai 14%, dan income per-kapita hanya mencapai US $ 700,-. Hasil tambang RDC meliputi berlian, emas, perak, seng, kobalt, tembaga, minyak, uranium, timah, mangaan, batubara, kayu dan hidropower. Sedangkan hasil pertaniannya berkisar pada kopi, gula, minyak nabati (sawit), karet, teh, tapioca, pisang, jagung, buah-buah dan produk kayu.
Komoditi yang diekspor meliputi berlian, tembaga, minyak sawit, kopi dan kobalt, senilai US $ 1,417 milyar, dengan negara tujuan Belgia, Finlandia, Amerika Serikat dan Cina. Sedangkan komoditi importnya adalah makanan, mesin untuk pertambangan, peralatan transportasi dan produk minyak senilai US $ 933 juta, berasal dari Afrika Selatan, Belgia, Perancis, Kenya, Amerika Serikat dan Jerman (Indonesia belum termasuk di dalamnya). Mata uang RDC adalah Congolese France (CDF) dengan nilai US $1,- = 401,04 CDF.
Sejarah Pemerintahan
RDC beribukota di KINSHASA (d/h Leopoldville), terbagi dalam 10 propinsi, memperoleh kemerdekaan dari Belgia pada tanggal 30 Juni 1960. Gelombang migrasi pertama di RDC dilakukan oleh suku Bantu Negro (Bantu/Pygmi) pada tahun 200 sampai dengan tahun 500 sebelum Masehi. Pada abad ke-5 Masehi, pembentukan masyarakat Bantu mulai berkembang di tepian sungai Lualaba di propinsi Katanga, membentuk suatu kebudayaan yang dikenal dengan Upemba, dan pada akhirnya membentuk kerajaan Luba sampai dengan abad ke-15. Kerajaan Luba digantikan dengan kerajaam Kuba, konfederasi dari suku Luba, Leele dan Wongo hingga abad ke-19. Pada abad ke-15 di sekitar RDC juga berdiri Kerajaan Kongo yang meliputi sebelah barat daya RDC, Anggola dan Kabinda. Kerajaan ini memanfaatkan jual beli budak kepada bangsa-bangsa Eropa.
Bangsa Eropa mulai melakukan eksplorasi di RDC pada tahun 1870 hingga tahun 1960. Orang Eropa pertama yang berjasa memetakan RDC adalah Henry Morton Stanley (Inggris) yang mendapatkan sponsor dari Raja Leopold II (Kerajaan Belgia). Pada akhirnya Belgia berhasil menguasai RDC dan memberikan nama Congo Free State. Oleh pemerintah kolonial Belgia, pada tahun 1908, nama Congo Free State diganti menjadi Belgian Congo. Belgia berjasa besar bagi RDC karena berhasil mengusir Italia, namun Belgia juga secara licik menjual hasil tambang ‘uranium’ RDC kepada Amerika Serikat, dan urnium tersebut diproses menjadi bom atom oleh Amerika Serikat, selanjutnya pada Perang Dunia Kedua tahun 1945 berhasil digunakan untuk menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki Jepang.
Berkat kegigihan dan perjuangan bangsa RDC untuk memisahkan diri dari Belgia, maka pada tanggal 30 Juni 1960, RDC memperoleh kemerdekaannya, Joseph Kasavubu diangkat sebagai Presiden, sedangkan Patrice-Emery Lumumba (dari suku Batatele) diangkat sebagai Perdana Menteri. Beliaulah yang berjuang secara gigih untuk memerdekakan RDC, dan menamakan RDC sebagai Congo-Leopoldville. Namun pada perjalanan kariernya, Lumumba menjadi perpanjangan tangan (boneka) Uni Soviet, sehingga sangat dibenci Amerika Serikat. Akhirnya Lumumba disingkirkan. Krisis semakin menjadi-jadi, sehingga tentara multinasional PBB diminta untuk menjadi penengah. Tahun 1964, Morse Tshombe diangkat sebagai Perdana Menteri, dan pada pemilu tahun 1965, Tshombe memenangkannya, namun dikudeta oleh Letnan Jendral Mobutu Sese Seko, pada gilirannya, beliau mendeklarasikan diri sebagai Presiden. Setelah Mobutu berkuasa, RDC relativ damai dan stabil. Namun Mobutu dianggap oleh HAM internasional banyak melakukan praktek pelanggaran hak azasi manusia, repressif dan korup (mempunyai account di bank Swiss sebesar US $ 4 milyar). Pada awal kekuasaannya, Mobutu merubah nama ibukota Leopoldville menjadi Kinshasa, Stanleyville menjadi Kisangani dan Elisabethville menjadi Lubumbashi. Dan puncaknya pada tahun 1971, Mobutu merubah Congo-Leopoldville menjadi Republic of Zaire. Seiring hancurnya Uni Soviet pada tahun 1990-an, Mobutu melonggarkan pemerintahannya, dan para opposan mendesak adanya perubahan.
Pada tahun 1996, meletuslah perang saudara di Zaire yang menewaskan jutaan manusia, dan pada akhirnya pemberontak yang dikomandoi oleh Laurent-Disire Kabila berhasil menguasai Zaire pada bulan Mei 1997, dan merubah nama Republik of Zaire menjadi Democratic Republic of The Congo. Walaupun Laurent Kabila telah berkuasa, pemberontakan tetap terjadi di RDC. Para pemberontak didukung oleh Rwanda, Burundi dan Uganda, pada akhirnya mengundang pasukan penjaga perdamaian yang beranggotakan Zimbabwe, Angola, Namibia, Chad dan Sudan. Pada tanggal 10 Juli 1999 diadakan gencatan senjata, dan berakhirlah perang saudara di RDC. Pada bulan Januari 2001, Laurent Kabila dibunuh oleh pengawalnya sendiri, dan putra beliau Joseph Kabila diangkat sebagai Presiden RDC yang baru. Pada pemerintahan Joseph Kabila, perdamaian benar-benar terjadi, karena adanya pembagian kekuasaan dan perdamaian dengan negara-negara tetangga, yaitu Rwanda, Burundi dan Uganda.
Perkembangan Islam di RDC
Tidak berbeda dengan Islam di Republik Afrika Tengah (RAT), ditengarai Islam masuk di RDC bersamaan ketika Islam masuk Chad pada abad ke-11, tepatnya ketika Kerajaan Kanem-Borno di bawah kendali Umme-Jilmi pada tahun 1085-1097. Tidak ada petunjuk khusus, siapa yang berjasa membawa Islam ke RDC. Namun secara diam-diam, Islam berkembang secara signifikan di RDC. Gamal Lumemba Ramadan, Ketua Congolese National Islamic Council (CNIC) menyatakan bahwa Islam di RDC sebenarnya berjumlah 25% (15 juta) dari seluruh penduduk RDC yang berjumlah sekitar 60 juta orang, bukan 10% sesuai data resmi pemerintah maupun CIA Worldfact.
Ummat Islam di RDC tetap berjuang untuk menegakkan Islam agar tetap diakui dan diperhatikan pemerintah, mereka menginginkan kondisi hidup yang lebih baik. Walaupun mempunyai pengikut besar, sampai saat ini, pemerintah RDC secara resmi belum mengakui keberadaan dan keikutsertaan mereka dalam peran-peran penting, baik dalam pemerintahan atau negara. Di level pemerintahan pun, ummat Islam di RDC sungguh menderita. Bayangkan dari 450 anggota parlemen hanya diwakili 3 (tiga) orang Islam. Tidak ada satu pun di RDC ummat Islam yang direkrut menjadi menteri, deputi menteri atau pun gubernur (bandingkan dengan Indonesia).
Ummat Islam di RDC masih kekurangan masjid, sekolah-sekolah Islam dan al-Qur’an. Tentu saja hal ini menjadi alarm bagi ummat Islam di seluruh dunia. Di Kinshasa hanya terdapat 14 masjid kecil untuk melayani 950.000 jama’ah, dan di seluruh negara hanya mempunyai 380.000 masjid dengan luas wilayah lebih dari 2 juta km2.
Yang paling menakutkan bagi para pemimpin Islam di RDC adalah, karena ketiadaan sekolah-sekolah Islam, maka mereka terpaksa menyekolahkan anak-anak mereka pada sekolah-skeolah Katholik dan Kristen, dan tentu saja ini membahayakan keimanan mereka. Lebih menggenaskan lagi, karena ketiadaan biaya, mereka drop-out pada tingkat SLTP. Oleh karena itu, Ramadan menghimbau negara Arab dan masyarakat Islam internasional agar segera turun tangan memberikan bantuan.
Ketika terjadi perang saudara tahun 1997-1998, banyak orang Islam yang terbunuh, apalagi ketika Rwanda, Burundi dan Ugunda menyerbu RDC, mereka banyak membunuh orang-orang Islam.
Tokoh muslim lain di RDC adalah Al-Haj Mudilo-wa-Malemba S. (mantan Ketua CNIC) menyatakan bahwa dalam situasi sulit, ummat Islam di RDC masih bersemangat untuk menjadi khatib, guru dan pembimbing Islam bagi mereka yang membutuhkan. Malemba juga menyatakan bahwa ummat Islam di RDC tidak mempunyai fasilitas infrastruktur secara mandiri seperti rumah sakit, pusat kesehatan, universitas, maupun sekolah-sekolah.

Dalam kesempatan konperensi pers, baik Malemba maupun Ramadan menyatakan bahwa secercah harapan masih diperoleh oleh ummat Islam di RDC. Secercah harapan tersebut diperoleh dari mass media, baik Radio maupun Televisi. Radio yang berjumlah 23 stasiun maupun televisi yang berjumlah 5 stasiun memberikan kesempatan (mengizinkan) seluas-luasnya kepada ummat Islam untuk menyampaikan dan mengembangkan dakwahnya di seluruh RDC.

ISLAM DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO, telah dimuat di majalah Amanah No. 70 TH XIX Februari 2006 / Dzulhijjah 1426 H – Muharram 1427 H






Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar