Senin, 30 Mei 2011

Saya dan Sierra Leone; Berlian Berdarah di Benua Hitam Afrika



Informasi
Republik Sierra Leone adalah sebuah negara yang terletak di Afrika Barat, lebih tepatnya di pesisir Samudera Atlantik. Secara geografis, negara ini berbatasan dengan Guinea di sebelah utara, Liberia di Tenggara dan Samudera Atlantik di sebelah Barat Daya. Negara ini mempunyai luas total 71.740 km2 dengan wilayah perairannya hanya sekitar 0,2% dari luas totalnya. Sierra Leone terbagi menjadi 12 distrik. Ibu kota sekaligus kota terbesar di Sierra Leone adalah Freetown. Berdasarkan perkiraan bulan Juli tahun 2010, negera ini berpenduduk 6,4 juta jiwa, dengan kepadatannya berarti sekitar 79,4 jiwa/km2. Negera ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi konstitusional, dengan presidennya saat ini bernama Ernest Bai Koroma. Sierra Leone memperoleh kemerdekaannya dari Inggris tahun 27 April 1961. Oleh karena itu, bahasa resmi yang digunakan di negeri ini adalah bahasa Inggris. Mata uang yang digunakan adalah Leone. Sierra Leone memiliki motto ''Unity, Freedom, Justice''.
Kontak pertama Sierra Leone dengan bangsa Eropa, merupakan yang pertama pula di Afrika barat. Pada tahun 1462, penjelajah Portugis yang bernama Pedro da Cintra membuat peta tentang bukit yang mengelilingi daerah yang sekarang bernama Pelabuhan Freetown. Ia menamakannya Serra de Leao (Lion Mountains/Bukit singa). Orang Italia lalu menyebutnya lebih lanjut dengan nama Sierra Leone. Segera setelah bangsa Portugis mendatangi pelabuhan itu pada tahun 1495, sebuah benteng yang berperan sebagai post perbelanjaan dibangun. Bangsa Portugis yang bergabung dengan bangsa Belanda dan Prancis menggunakan Sierra Leone sebagai titik penjual-belian budak. Pada tahun 1562, bangsa Inggris ikut bergabung dalam penjual-belian budak ini. Ketika itu, Sir John Hawkins menampung 300 budak dalam kapalnya dan mengantarkannya ke koloni baru di Amerika. Bangsa Inggirs ini akhirnya terus-menerus mendominasi Sierra Leone, sebelum pada akhirnya di tahun 1961 Inggris memberikan kemerdekaan pada Sierra Leone.



Pemerintahan
Seperti telah disebutkan tadi, Sierra Leone menganut sistem pemerintahan demokrasi konstitusional. Dimana seorang presiden terpilih melalui pemilu, jika ia memenangi jumlah suara minimal 55% dari kandidat lainnya. Jikalau tidak ada kandidat yang memperoleh suara minimal 55%, maka akan dilanjutkan ke putaran keduta. Tiap presiden memiliki masa jabatan 5 tahun dan dapat menempati masa jabatannya 2 kali apabila ia terpilih lagi. Presiden di Sierra Leone berdiri sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Struktur pemerintahan Sierra Leone mirip Indonesia yaitu sepaham dengan trias politika : legislatif, eksekutif, dan yudikatif.



Penduduk
Ciri Sierra Leone sebagai negara tertinggal terlihat dari keadaan penduduknya. Sebanyak 41,7% penduduk Sierra Leone masih berumur di bawah 15 tahun. 62% penduduk ini juga masih tinggal di luar kota alias pedesaan. Sierra Leone memiliki tingkat kelahiran yang sangat tinggi, namun ekspetasi hidup yang sangat rendah. Perbandingannya yakni ada 2.000 orang yang meninggal per 100.000 bayi yang lahir. Ini adalah perbandingan yang paling ekstrim no. 1 di dunia. Perkiraan umur hidup di Sierra Leone hanya mencapai 41 tahun. Negeri ini sering terjangkit penyakit epidemik, seperti demam kuning, kolera, dan meningitis. 1,6% penduduknya diperkirakan terjangkit HIV/AIDS. Lebih tinggi dari rata-rata dunia yang sekitar 1% saja, namun masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata 6,1% per-negara di Afrika. Pendidikan di Sierra Leone mewajibkan setiap orang untuk sekolah dasar selama 6 tahun dan 3 tahun dalam Sekolah Menengah Pertama (SMP). Akan tetapi, 2/3 dari penduduk dewasanya sudah terlanjur buta huruf. Keadaan ini diperparah dengan perang saudara di Sierra Leone yang telah menghancurkan lebih dari 1200 sekolah, dan pada tahun 2001 menyebabkan 67% dari segala kalangan usia pelajar, keluar bangku sekolah.
Sebagian besar dari penduduk Sierra Leone yakni sebanyak 77% beragama Islam. Agama Islam masuk ke Sierra Leone pada abad ke 18, melalui pengaruh Dinasti Songhai. Dinasti Songhai merupakan salah satu pusat agama Islam terbesar di Afrika pada saat itu. Penduduk beragama Islam ini mendominasi di 3 provinsi pada Sierra leone. Dan cenderung terpusat di utara dan barat. 21% penduduk lainnya memeluk agama kristen, sisanya masih menganut ajaran animisme. Sierra Leone sangat menghormati kebebasan dalam beragama. Sierra Leone memilike 2 suku yang sangat berpengaruh, yaitu suku Temne dan Mende. Suku Mende masuk ke Sierra Leone dari Liberia pada abad ke 18. Suku Temne datang dari Guinea. Kedua suku ini mendominasi kehidupan politik nasional di Sierra Leone. Temne di bagian utara-barat, sedangkan Mende di bagian timur-selatan. Suku original yang murni berasal dari Sierra Leone bernama suku Limba. Jumlahnya tidak begitu banyak dibandingkan dengan kedua suku di atas. Presiden pertama dan kedua dari Sierra Leone berasal dari suku Limba ini.



Tragedi Blood Diamond
Dilihat dari situasi ekonominya, Sierra Leone dikategorikan oleh CIA sebagai Negara yang berpenghasilan sangat buruk. Keadaan ini diperparah dengan infrastruktur sosial dan fisikalnya yang belum 100% pulih dari perang saudara. GDP (PPP) tahun 2010 dari Sierra Leone adalah 4,812 US$ menempati urutan ke-162 di dunia. Serta GDP (PPP)-per kapitanya hanya berkisar 900US$, menempati urutan ke 219 di dunia. Hal ini terlihat sangat kontras, dibandingkan dengan sumber daya alamnya yang memiliki muatan mineral dalam jumlah besar, serta bidang pertanian dan perikanan yang sangat baik. Sekitar 70,2% populasi di Sierra Leone berada di bawah garis kemisikinan. Sebagian besar dari orang-orang ini bermatapencaharian sebagai penambang berlian. Boleh jadi, pertambangan berlian ini merupakan satu-satunya hal yang bisa mengangkat nama negara ini. Sierra Leone termasuk dalam 10 besar produsen berlian berkualitas perhiasan antik top di dunia. Meskipun kaya akan berlian, negara ini memiliki sejarah perjuangan yang keras dalam mengurus eksploitasi dan ekspor berliannya hingga sampai seperti sekarang ini.
Dalam satu tahun, Sierra Leone sanggup memberi penghasilan negaranya sekitar 250-300US$ hanya dalam bidang produksi berlian saja. Sayangnya, uang ini banyak digunakan untuk money laundring dan berbagai aktifitas lainnya yang melanggar hukum. Salah satu kejadian unik di Sierra Leone yang berkaitan dengan berlian adalah tragedi “Blood Diamond’’. Perjuangan Sierra Leone dalam menghadapi konflik Blood Diamond diawali pada tahun 1991, ketika ratusan orang dari Liberia menyeberang batas dan menyerang kota dibagian utara dan selatan Sierra Leone. Pada tahun 1992, Revolutionary United Front (RUF), sekelompok grup pemberontak Liberia, menduduki Kono, pusat kota pertambangan berlian pada Sierra Leone. Usaha untuk meredam pemberontakan ini diwujudkan oleh NPRC (National Provisional Ruling Council) dengan berperang melawan kelompok pemberontak RUF. Untuk memberantas RUF, NPRC berinisiatif melaksanakan sebuah operasi yang bernama ”Operasi Genesis”. Namun, operasi ini gagal dan malah jadi titik awal kehancuran bagi Sierra Leone. Berawal pada pemilu tahun 1996 di Sierra Leone, untuk mengintimidasi penyumbang suara berpotensial dan menguasai tambang di negeri ini, RUF melaksanakan sebuah aksi yang sangat brutal. Kelompok pemberontak ini memotong kedua tangan orang dewasa, remaja, anak kecil, bahkan bayi yang hadir pada saat itu. Dikarenakan serangan ini, maka pemerintah mau tak mau mengundang RUF untuk berpartisipasi pada pemilu tahun 1996. Sadisnya, RUF malah terkesan tidak peduli dan tetap melancarkan aksi kejamnya dalam mengamputasi tangan dan kaki para penduduk yang tidak berdosa. Bulan November 1996, presiden baru Sierra Leone, Ahmad Tejan Kabbah terpilih. Ia pun menandatangani perjanjian perdamaian di Abidjan, yang memberikan kesempatan emas pada RUF untuk menjadi partai politik yang berdiri secara sah. Sebagai gantinya, RUF bergabung dengan pemberontak-pemberontak lainnya membentuk AFRC (Armed Forces Ruing Council), yang malah menggulingkan Kabbah. Pada periode ini, tidak ada intervensi internasional pada kedua belah pihak.
Akhirnya, Februari tahun 1998, Nigeria yang memimpin pasukan militer ECOMOG (Economic Community of West African States) mengusir pemberontakan AFRC dan mengembalikan tahta Kabbah. Namun, pasukan Nigeria ini tak mampu membendung pemberontakan RUF yang pada bulan Januari tahun 1999, menewaskan 6000 penduduk dan memutilasi lebih banyak orang lagi. Panglima besar Liberia, Charles Taylor yang kemudian menjadi presiden Liberia ini adalah dalang dibalik semua kejahatan Blood Diamond ini. Ialah yang menjadi aktor, mentor, dan pelaku dibalik kesuksesan RUF dalam memperbaharui persenjataannya untuk melakukan pemberontakan. Semua pembiayaan ini didapatkannya, karena berhasil mengusai Sierra Leone yang merupakan salah satu pusat berlian dunia. Juli 1999, Sierra Leone dipaksa lagi menyetujui perjanjian perdamaian dengan RUF di Lome, Togo. Syarat perjanjian ini adalah memberikan kekuasaan legislatif pada RUF, serta memberikan posisi pada beberapa anggotanya di kabinet pemerintahan. Sekali lagi, RUF seperti tidak peduli pada pembangunan Sierra Leone. RUF hanya memikirkan pengusaan daerah tambang berlian Sierra Leone. Akibatnya, lebih banyak lagi korban mutilasi yang berjatuhan dikarenakan juga tidak adanya intervensi internasional pada waktu itu.
Tidak ada intervensi PBB terhadap konflik yang berkecamuk di Sierra Leone sampai dengan bulan Juni 2001. 10 tahun setelah perang ini mulai. Dan dibandingkan dengan kebrutalan pembunuhan yang dilakukan oleh RUF, sanksi PBB terkesan lunak. Yakni larangan penjualan berlian oleh Liberia, larangan bepergian kepada pegawai Liberia termasuk juga presidennya, serta larangan memiliki persenjataan berat. Sayangnya, mustahil bagi PBB untuk menjalankan larangan ini. Tahun 2001, Issa Sesay, salah satu pimpinan RUF, pergi ke Abidjan dengan membawa 8.000 karat berlian yang Ia jual pada 2 pentransaksi gelap. PBB juga tidak benar-benar terlibat pada perang di Sierra Leone, sebelum bulan Januari 2002. Pada saat itu, akhirnya PBB mengirimkan 17.000 pasukan perdamaian untuk mengawasi pelucutan senjata dan untuk mendukung kesepakatan Lome. Perang pada Sierra Leone mulai mendapat perhatian internasional setelah pasukan perdamaian PBB ini dilarang menginvestigasi pertambangan berlian yang dikuasai RUF. Pada bulan maret 2003, mahkamah internasional PBB mendakwa beberapa pihak yang terlibat dalam perang saudara di Sierra Leone sebagai kriminal perang, kriminal dalam masalah kemanusiaan dan kekerasan penyelewengan HAM internasional. Tapi, nasib dari para terdakwa ini tidak jelas. PBB menganggap dakwaan itu sudah lebih dari cukup. Aspek yang paling mengkhawatirkan adalah telatnya respons internasional terhadap kejadian genosida yang telah menelan banyak korban jiwa ini. Seperti pada 2 kasus lainnya di Rwanda dan Sudan yang cukup serupa, dunia seakan menutup mata pada kerasnya perjuangan orang Afrika untuk hidup layak serta aman dan tentram.



Sumber :
1)https://www.cia.gov/library/publications/the-world.../sl.html
2)en.wikipedia.org/wiki/Sierra_Leone
3)www.worldpress.org/Africa/2193.cfm

1 komentar:

  1. nasip negara2 kaya sumber daya alam. diporakporandakan oleh kerakusan barat dengan menggunakan kaki tangan mereka yang menyebabkan perang saudara dan penderitaan rakyat

    BalasHapus