Rabu, 13 April 2011

16 Tahun Hidup Saya, Bagian Dari Perjalanan Hidup

Awalku Menatap Dunia

Berumur 3 bulan
Di suatu rumah sakit di kota Surabaya, pada dini hari selasa , 17 Mei 1994, pecahlah teriak tangis seorang bayi perempuan yang baru lahir dan diberi nama Breninta Kharissa Ainani. Nama ‘Breninta’ merupakan gabungan dari nama kedua orang tua saya yakni Braman dan Endriana. Kata ‘Kharissa’ berhubungan dengan keadaan saat saya dilahirkan, kakek dan nenek saya sedang menunaikan ibadah haji. Sedangkan ‘Ainani’ berasal dari kata ‘ainun’ bahasa arab yang memiliki arti ‘mata’. Saya adalah anak ke empat. Kakak pertama dan kedua saya merupakan anak kembar, dan mereka telah almarhum saat masih bayi. Kakak ketiga saya bernama Breninda, yang umurnya berbeda dua tahun diatas saya. Pada tahun 1994, dari segi politik, Indonesia dipimpin oleh presiden Soeharto. Saat itu, Indonesia sedang dalam masa pembangunan.





Masa Balita
“Jarang rewel, selalu anteng, dan tenang”

Bersama kakak dan ayah
Berumur kira-kira 3 tahun
Bersama keluarga besar
(ketiga dari kiri)


Masa kecil saya dihabiskan di kota Surabaya, mulai dari lahir hingga menginjak usia 12 tahun. Disanalah saya mendapatkan pengajaran dini dalam hidup saya, dari berjalan, berbicara, menulis, membaca, segalanya saya dapat di kota tersebut. Saya mengenyam pendidikan di taman kanak-kanak Yaa Bunayya Surabaya. Taman kanak-kanak tersebut merupakan sekolah berbasis islami yang mewajibkan siswi-siswinya menggunakan jilbab atau kerudung selama berada di lingkungan sekolah. Saya bersekolah di TK ini dari tahun 1998 hingga tahun 2000. Keadaan Indonesia pada tahun 1997 terlihat jauh dari krisis ekonomi. Indonesia memiliki inflasi yang rendah, persediaan mata uang yang besar dan banyak, serta sektor bank yang baik. Sedangkan, pada tahun 1998, terjadi krisis moneter, yang menjadi awal keterpurukan negara ini. Sejak orde baru ini pula Indonesia mengalami penurunan terutama pada bidang ekonomi. Nilai tukar semakin melemah, inflasi tidak terkendali, serta pertumbuhan ekonomi yang kurang berkembang di Indonesia. Krisis moneter dimulai sekitar bulan Agustus dan semakin meningkat pada bulan November. Krisis moneter ini mengakibatkan pengaruh internasional, salah satunya, banyaknya perusahaan yang meminjam dolar yang menurunkan harga rupiah yang cukup drastis. Terjadinya krisis moneter tersebut bersamaan dengan turunnya masa jabatan presiden Soeharto yang digantikan oleh presiden B.J. Habibie. Kepemimpinan B.J. Habibie hanya berlangsung selama satu tahun. Pada tahun 1999, Abdurrahman Wahid atau akrab dipanggil Gusdur menggantikan B.J. Habibie sebagai presiden Indonesia. Kepemimpinan Habibie hanya berlangsung dalam waktu singkat dikarenakan keputusannya mengizinkan Timor Timur berpisah dari wilayah Indonesia.

Bersama ayah, kakak, ibu di ulang taun ke-2
(kedua dari kiri)

“Lagu yang paling sering kamu nyanyiin pas SD itu ‘Kasih Ibu’”

Berumur 5 tahun
Di tahun 2000, saya menginjak usia 6 tahun, yang berarti saatnya memasuki masa sekolah dasar. Saya memasuki SD Muhammadiyah yang juga merupakan sekolah berbasis islami. Pada saat SD saya menyukai pelajaran matematika dan menggambar. Sayapun mengambil ekstrakurikuler melukis. Setiap pulang sekolah saya selalu bermain didepan rumah bersama ‘mbak’ dan teman-teman didekat rumah saya. Salah satu hobby saya saat masih SD adalah mengoleksi boneka yang saat itu memang sedang marak-maraknya. Selain itu saya juga suka mengoleksi kertas-kertas binder bergambar lucu bahkan aneh. Kalau dipikir-pikir, kurang penting juga mengoleksi kertas-kertas yang sampai sekarang memang tidak pernah digunakan itu.


Pada awal tahun 2000-an, banyak kejadian di sekitar saya di Indonesia yang menyita perhatian saya meskipun masih tergolong anak-anak.Kejadian marak yang pertama kali menyita perhatian saya adalah saat Gusdur turun dari jabatannya sebagai presiden dan posisinya digantikan oleh Megawati, yang merupakan wanita pertama dan sejauh ini, satu-satunya wanita yang pernah menjabat sebagai presiden Indonesia. Cukup kagum juga saya pada awalnya, tidak menyangka aka nada wanita yang memimpin negeri ini. Pada pemerintahan Megawati, perekonomian Indonesia sedikit membaik, ditandai dengan nilai rupiah yang mulai stabil. Tiga tahun kemudia saya menginjak kelas tiga. Saya memasuki kelas tiga SD. Saya merasa sedikit lebih dewasa daripada saat saya di kelas satu dan dua. Terasa jauh bedanya. Di kelas satu dan dua saya merasa sangat manja dan cengeng. Meskipun saya tetap menjadi anak yang pemalu, apalagi bila bertemu dengan orang baru yang tidak saya kenal. Saya mulai senang mengikuti beberapa les atau kursus. Salah satunya berenang, namun kursus ini hanya berjalan beberapa saat karena alasan tertentu. Selain berenang, saya mengikuti kursus menggambar. Saya memang suka sekali menggambar sampai-sampai pernah suatu ketika saat saya menggambar di papan tulis di rumah, seorang anak yang masih merupakan keluarga datang dan dengan jahilnya menghapus gambar saya. Dengan reflek saya menangis kencang dan marah kepada anak itu. Suatu peristiwa yang menyita perhatian saya di tahun 2002 adalah saat bom meledak di sebuah klub malam di kawasan Kuta, Bali. Korban sebagian besar merupakan wisman dari berbagai negara, dan sebagian besar korban merupakan turis dari Australia, sehingga kejadian ini cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia maupun internasional. Akibat adanya bom bali ini, dibagun monumen bom bali yang berada di sekitar legian sebagai monumen peringatan. Di monumen tersebut, tercantum nama-nama korban yang berjumlah 202 orang.  Setiap tanggal 12 Oktober, monumen ini ramai dihadiri oleh keluarga korban serta perwakilan negara-negara sahabat. Sedih rasanya mendengar berita ini karena Bali merupakan tempat yang indah dan beberapa tahun sebelumnya saya mengunjugi Bali.


Bersama kakak dan ibu (tengah)

Menginjak saatnya saya duduk di bangku kelas empat SD. Biasanya, saat masa-masa kelas empat saya sering menghabiskan waktu di rumah bersama teman-teman bermain komputer atau boneka. Sering juga hanya menonton TV. Saat kelas empat ini juga saya mengikuti kursus komputer selama beberapa bulan. Saya juga mulai suka mengikuti beberapa lomba yang diadakan oleh sekolah. Memasuki kelas lima SD, saya sudah tidak belajar sendiri namun memiliki guru les private. Di kelas lima ini saya juga sering menghabiskan waktu jalan-jalan di mall yang kebetulan terletak persis di belakang rumah bersama keluarga dan teman-teman. Di Indonesia, tahun 2004 ini untuk pertama kalinya ada pemilihan umum presiden dan wakil presiden secara langsung. Megawati memajukan diri di pemilu 2004 dengan harapan dapat terpilih kembali sebagai presiden. Sedangkan terdapat calon presiden dari partai lain yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, muncul sebagai saingan Megawati. Putaran pertama menyisihkan kandidat lainnya, sehingga yang tersisa adalah Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono atau dikenal sebagai SBY. Di tahun ini masih tetap terjadi pengeboman. Ledakan besar terjadi didepan kedutaan besar Australia di Jakarta. Bom diledakkan dari sebuah mobil. Ledakan ini juga mengakibatkan kerusakan disekitar gedung kedubes Australia. Di bulan yang sama, SBY berhasil mengungguli Megawati dengan memenangi pemilihan presiden putaran kedua. Penghujung tahun 2004, Indonesia kembali mendapatkan bencana. Kali ini terjadi tsunami besar di Aceh tepatnya pada tanggal 26 Desember 2004. Bencana ini menelan ratus ribuan korban dan mengakibatkan rusaknya infrastruktur di Aceh yang hingga kini masih diperbaiki. Setelah naiknya SBY menjadi presiden Indonesia, bencana alam terus menerus menghampiri negeri ini. Setelah tsunami Aceh, terjadi gempa di Palu, yang diikuti gempa di Garut pada bulan berikutnya. Pada bulan Mei, kecelakaan pesawat terjadi di bandara Soekarno Hatta. Kecelakaan yang dialami pesawat Adam Air penerbangan Medan-Jakarta ini tergelincir saat melakukan pendaratan.


Di tahun 2005, saya menginjak masa-masa kelas enam SD. Kelas  merupakan salah satu kelas yang paling mengesankan selama  menimba ilmu di sekolah dasar. Saya mendapat kelas yang semua muridnya dapat bersosialisasi dengan baik, juga mendapat wali kelas yang seru, pandai, sabar namun tegas dengan peraturan di sekolah. Kelas enam berarti saat-saat akan beranjak ke sekolah menengah keatas. Belum berlintas di pikiran saya dimanakah saya sebaiknya melanjutkan sekolah saya. Hingga saat semester kedua kelas 6 SD saya berpikiran untuk pindah ke Jakarta demi melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ternyata orang tua saya pun memiliki pemikiran yang sama. Mereka menghendaki saya untuk melanjutkan sekolah di Jakarta, namun mereka berkata bahwa hanya saya dan kakak saya yang akan pindah, sedangkan kedua orang tua saya harus menetap di Jakarta. Saya pun sempat ragu dengan pilihan itu. Meskipun di setiap libur sekolah selama sekolah dasar saya selalu berkunjung ke Jakarta, karena mayoritas keluarga dari ibu tinggal disana.
Berumur 10 tahun

Masa SMP
“Nggak tega juga melepas dua anak sekaligus ke luar kota, tapi ibu dan yayah yakin kamu bisa berhasil”

Menjelang masa ajaran baru, saya memutuskan untuk mengikuti tes masuk SMP Labschool Rawamangun. Diantar ibu saya ke Jakarta, saya mengikuti tes nya karena anjuran dari sepupu saya yang memang sedang bersekolah disana. Di sekitar bulan April, ternyata saya dapat kabar bahwa saya dapat memasuki SMP tersebut. Orang tua sayapun langsung menyiapkan pemindahan saya dan kakak saya. Di bulan Juli pun saya dan kakak memasuki kehidupan baru di Jakarta. Untuk sementara, kami tinggal di rumah kakek dan nenek yang berada di daerah bekasi. Pada awalnya, terus terang saya sering merasa kesepian dan bosan karena orang tua berada di luar kota. Memang ada kakek dan nenek yang menemani saya di Jakarta, namun perhatian mereka tidak sebesar perhatian yang dicurahkan oleh orang tua saya, apalagi saya sedang dalam masa transisi dari masa anak-anak menuju masa remaja. Meskipun begitu, beberapa bulan sekali orang tua saya mengunjungi saya dan kakak di Jakarta. Setiap idul fitri pun saya dan kakak berkunjung ke Surabaya dan menginap di rumah. Lama kelamaan pun saya dapat menyesuaikan mental dan penyesuaian diri di lingkungan baru.
Bersama Nadira

SMP memang merupakan satu masa yang paling berharga di hidup saya. Disini saya mendapat teman-teman terbaik saya yang selalu mensupport satu sama lain, saya juga mendapat pembelajaran dalam hidup di SMP saya, yang saya tidak yakin dapat saya terima bila saya bersekolah di tempat lain. Meskipun saya mendapat banyak peristiwa pahit seperti dihukum guru berkali-kali karena ulah saya dan teman-teman, itulah sebenarnya kenangan manis selama di SMP.  Enam bulan setelah saya menyesuaikan diri di SMP, rumah di daerah Jakarta Selatan selesai dibangun. Saya dan kakakpun pindah kerumah tersebut. Kakek dan nenek juga menemani kami tinggal bersama. Di SMP Labschool saya sempat mengikuti ekstrakurikuler berupa tari dan bahasa prancis. Di rumah ini saya merasa kelelahan karena jarak dari rumah menuju sekolah saya cukup jauh. Sehingga sejak kelas dua SMP atau kelas delapan, saya berpikiran untuk mengambil pendidikan SMA di sekolah yang lebih dekat dari rumah. Di tahun ini saya mengikuti kursus piano dan les private. Setahun kemudian di tahun 2008 datang berita duka bagi warga Indonesia karena mantan presidennya, bapak Soeharto meninggal dunia karena adanya komplikasi kesehatan.
Bersama sahabat-sahabat
(kanan)

Bersama tasya dan cheryl
Bersama tasya dan ica
(kanan)
Di tahun ke tiga belajar di SMP, saatnya saya menentukan ingin melanjutkan sekolah dimana. Saya sempat bingung memilih untuk bersekolah di sekolah negeri atau swasta, sebab selama hidup saya selalu menempuh pendidikan di sekolah swasta. Sayapun penasaran bagaimana rasanya bersekolah di sekolah negeri. Namun, karena alasan tertentu orang tua menganjurkan untuk bersekolah di sekolah swasta. Sayapun terpikirkan untuk bersekolah di SMA Labschool Kebayoran. Saya dan beberapa teman SMP saya pun mencoba mengikuti tes yang dikhususkan bagi pelajar dari SMP Labschool, baik kebayoran, rawamangun, maupun cinere. Namun saya tidak diterima di jalur khusus tersebut. Kecewa, saya sempat berpikiran memang sebaiknya mencoba sekolah negeri. Namun karena anjuran orang tua agar saya tetap mengikuti tes jalur ‘biasa’ atau PSB, sayapun menyanggupinya. Saya dan beberapa teman mencoba mengikuti tes PSB yang diadakan SMA Labschool Kebayoran beberapa minggu setelah tes jalur khusus. Sebelum pengumuman, saya benar-benar takut tidak diterima. Sorenya, teman saya menelpon untuk menanyakan nomor tes saya. Ternyata saya diterima dan orang tua langsung menyetujui pilihan SMA itu.

Masa SMA

Masa-masa awal di SMA saya harus beradaptasi karena sekolah ini menerapkan sistem  moving class yang berbeda dari kebanyakan sekolah di Indonesia. Biasanya kelas dibagi berdasarkan ruangan milik murid dan menunggu guru mata pelajaran datang, dalam sistem moving class, murid lah yang berpindah ruangan mencari ruang kelas mata pelajarannya. Setiap murid kelas satu SMA di Labsky diwajibkan mengikuti beberapa kegiatan non-akademik yang dilakukan di luar kota. Misalnya, Trip Observasi (TO), saat pra-TO, kekompakan angkatan diuji. Selain itu ada pula BINTAMA dimana siswa siswi dilatih oleh kopassus selama enam hari. Di kelas satu SMA ini juga, siswa siswi dihadapkan pilihan menempuh jurus IPA atau IPS untuk kelas dua dan tiga. Karena rujukan orang tua, saya bertekad untuk masuk jurusan IPA. Di kelas sepuluh pula para siswa harus menentukan pelajaran jurusan yang ingin ditempuh dua tahun kedepan, antara IPA atau IPS. Pada awalnya saya tidak terlalu mempermasalahkan di jurusan mana saya akan melanjutkan belajar, namun orang tua menyarankan saya untuk mengambil jurusan IPA. Niat sayapun bertambah dan di bulan Juni pengumumang penjurusan diberitahukan saat pembagian rapot dan Alhamdulillah saya dapat memasuki jurusan ini.
Bersama resty dan dhinda

Masa Sekarang
Di masa sekarang, tahun 2011 saya sedang memasuki semester dua kelas dua, tepatnya kelas XI IPA 3. Kelas ini memiliki 32 siswa. Semenjak memasuki semester dua, pelajaran bertambah semakin sulit, yang membuat murid mau tak mau belajar lebih tekun untuk mencapai hasil maksimal selama kelas sebelas.

Bersama sahabat-sahabat di Bandung
Masa Depan
Bersama kakak
Untuk masa depan, sebenarnya saya belum menentukan dengan pasti ingin jadi apa saya kelak. Sekarang ini saya mempunyai cita-cita sebagai arsitek, melenceng dari cita-cita kecil yang ingin menjadi dokter. Sayapun memiliki beberapa universitas pilihan saya untuk mengambil studi S1, diantaranya IT, UI, NTU atau NUS. Tidak masalah saya menjadi apapun asalkan pekerjaannya halal dan dapat membanggakan orang tua.

1 komentar: