Selasa, 12 April 2011

ANGGIA PARAMITA, XI IPA 3.

16 dan Masih Menghitung.
Belasan tahun yang lalu, sahutan teriakan terdengar dari kejauhan di waktu subuh. Teriakan itu tidak lama kemudian terganti dengan suara tangisan seorang anak perempuan, menandakan dimulainya kehidupan seorang individu baru di dunia ini. Ya, ia adalah saya. Dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Oktober tahun 1994. Lahir secara normal dengan keadaan yang juga normal tanpa ada kekurangan. Tidak lama sesudah itu, saya pun harus diberi nama. Nama adalah suatu hal yang penting dan berharga, bahkan segelintir menganggap bahwa nama adalah doa, sehingga biasanya yang memberikan nama adalah orang tua. Tetapi mungkin berbeda dengan saya. Kakak tertua saya adalah orang yang memberikan nama pada saya, dan sejak itulah ‘saya’ pun berubah nama menjadi Anggia Paramita. Nama ini adalah hadiah yang paling berharga yang pernah kakak saya berikan.


                Saya lahir sebagai seorang anak ke 3 dari ayah dan ibu saya, sebagai satu - satunya anak perempuan dan bungsu, sebagai seorang adik perempuan satu – satunya bagi kakak – kakak saya yang keduanya adalah laki – laki dan sebagai individu normal bagi yang lain. Saya dilahirkan dengan perbedaan umur yang cukup jauh dengan kakak – kakak saya, yaitu sekitar 9 dan 6 tahun, sehingga saya tidak begitu ingat dengan teman – teman saya ketika bayi. Ketika saya masih bayi, keluarga saya masih tinggal di Depok. Sampai saat ini saya tidak mempunyai ingatan apapun tentang apa yang terjadi di kota tersebut, karena pada saya masih berumur 2 bulan, saya dan tentunya keluarga harus ikut ayah pindah ke Medan. Karena tuntutan pekerjaan, ayah sering pergi ke berbagai tempat dalam waktu yang lama, sehingga saya tidak begitu mengenal ayah pada saat itu. Ayah selalu bercerita pada saya, ketika saya masih bayi saya selalu menangis ketika digendong ayah karena tidak kenal dengan ayah sendiri. Tetapi untungnya, pada ulang tahun ke 1 saya rayakan bersama ayah. Ketika keluarga saya menyuruh saya untuk meniup lilin, yang saya lakukan malah mengambil kuenya dengan tangan lalu mengoleskan ke muka kakak – kakak saya.
umur 1
umur 2
                Tetapi, tak lama setelah ulang tahun ke 1 itu, ayah saya dipindahtugaskan lagi sehingga saya dan keluarga harus ikut. Kali ini, saya pindah ke Surabaya. Banyak hal yang terjadi di Surabaya, karena saya tinggal cukup lama di kota ini, kurang lebih selama 8 tahun. Di Surabaya saya tinggal di suatu perumahan yang cukup saya ingat dengan baik. Disana saya pun mempunyai teman bermain yang saya lupa namanya, Ia lebih tua 2 sampai 3 tahun dari saya. Meskipun begitu kami sering bermain ketika sore hari. Tapi karena adanya suatu kejadian, kami pun pindah rumah meskipun tidak begitu jauh dari rumah sebelumnya. Ketika pindah kesini, saya kurang lebih sudah berumur 3 tahun. Hal yang saya sangat ingat dari rumah baru ini adalah, ketika pertama kali saya ke rumah ini saya terjatuh dari tangga karena saya belum bisa naik turun tangga dengan lancar seperti saat ini.
                Beberapa bulan sesudah pindah rumah, saya pun mulai bersekolah TK. Sekolahnya tidak begitu jauh dari rumah saya, sehingga biasanya saya naik becak untuk ke sekolah. Tidak seperti teman – teman saya di TK, saya sangat jarang ditemani atau dijemput ibu, karena ibu saya juga bekerja tetapi saya tidak menganggap itu suatu hal yang besar. Ketika itu, saya sempat mempunyai beberapa tetangga sekaligus teman bermain di rumah maupun di sekolah. Ada Ayu, Lili dan seorang yang saya lupa namanya. Di TK saya mencoba banyak hal, salah satunya adalah menari, bahkan sampai sempat tampil di malam perpisahan SD sekolah saya. Yang saya ingat dari masa TK saya adalah, saya sangat membenci kemeja yang merupakan seragam setiap hari. Tetapi selain itu masa TK lumayan menyenangkan. Biasanya setiap sebulan sekali sekolah melaksanakan jalan – jalan di lingkungan sekitar yang ditutup dengan makan bersama di sekolah. Selain itu, kegiatan 17 agustusan juga merupakan hal yang sangat menyenangkan saat itu.
umur 6
                Lalu saya pun lulus dari TK dan naik tingkat ke SD. Saya bersekolah di SDN Laboratarium Ikip saat itu. Mungkin itu adalah satu – satunya masa saya pernah bersekolah negeri. Di sekolah itu saya menemukan banyak teman meskipun sekarang yang saya ingat hanya 2 atau 3 nama saja. Tetapi, entah kenapa saya sangat mengingat wali kelas saya ketika kelas 1 SD. Nama beliau adalah bu Irama, ia adalah seorang guru yang sangat ramah terhadap anak kecil, sehingga saya merasa kelasnya tidak menyeramkan justru malah menyenangkan. Selain itu, ada juga teman saya yang cukup unik walaupun saya lupa namanya. Ia selalu tertawa bahkan mungkin saya tidak ingat ia pernah bicara atau tidak. Dan saya pun naik ke kelas 2 SD. Ketika hari pertama sekolah di tahun kedua, saya dan teman saya pernah ditegur karena terlalu banyak tertawa selama di kelas, yang pada akhirnya tidak berpengaruh dan kami pun malah lanjut tertawa. Pada saat itu, saya pernah memenangkan lomba menggambar sekotamadya. Walaupun pada saat itu saya tidak begitu mengerti.
                Waktu terus berjalan, akhirnya di akhir kelas 2 SD saya harus pindah rumah lagi. Tetapi untuk yang kali ini saya harus pindah sekolah juga karena jarak yang jauh dari sekolah saya sebelumnya. Ketika saya pertama kali masuk ke sekolah baru, saya sempat terkejut. Karena sebelumnya di sekolah negeri yang tidak menggunakan seragam yang berbeda, saat ini saya harus mengenakan kerudung karena sekolah barunya merupakan sekolah islam. Selain itu, ada lebih banyak murid dalam satu kelas dan satu yang membuat saya kelimpungan adalah, doa ketika masuk dan pulang sekolah yang amat sangat panjang, sedangkan saya harus mengingatnya karena dibacakan tiap hari. Disini saya menemukan banyak teman baik, tetapi ada kenangan yang kurang enak saat itu. Salah satu dari teman baik saya ternyata sering mencuri barang – barang saya dan dia tidak pernah malu menunjukkan barang curian itu ke saya sendiri dan mengaku itu miliknya. Pada awalnya saya selalu tidak percaya, tetapi ketika semua barang saya yang hilang ternyata ada di tempat pensilnya saya mulai meragukan teman saya tersebut. Sempat saya mengkonfrontir dan dia tidak mau mengaku. Akhirnya saya biarkan begitu saja. Sampai pada suatu hari saya melihat dia mengobrak – abrik tas saya, dan saya pun bingung. Ketika saya biarkan begitu saja, ia langsung jalan dengan tidak peduli sambil meletakkan barang – barang yang dia ambil di meja saya. Tapi selain sifat buruk yang suka mencurinya itu, dia adalah seorang teman yang baik.
                Entah kenapa, ketika itu saya cukup sering mengalami kecelakaan kecil. Bahkan di rumah yang saya tempati saat itu saya sempat terjatuh dari tangga. Salah satu yang paling saya ingat adalah ketika saya menabrak mobil. Untungnya adalah saya menabrak bukan ditabrak. Ketika itu saya sedang bersepeda di sekitar rumah sehabis membeli barang di minimarket, di perjalanan pulang tiba – tiba hujan deras turun. Saya otomatis panik dan mengayuh sepeda sekencang – kencangnya, namun yang saya tidak tahu adalah bahwa rem sepeda itu rusak. Tiba – tiba datang motor dengan kecepatan tinggi dari arah yang berlawanan, dan saya tidak bisa mengerem sepeda lalu saya langsung membelokkan arah sepeda. Tetapi, saya tetap tidak bisa berhenti. Sedangkan supir saya yang sedang mengeluarkan mobil tidak melihat saya dari arah kiri dan saya menabrak mobil dengan kencang dan terbanting, begitupun sepedanya. Hal itu tidak membuat patah tulang atau sesuatu sejenisnya untungnya, walaupun sempat membuat memar dan luka yang cukup parah. Hal itu sempat membuat saya trauma dengan sepeda untuk beberapa saat.
                Tetapi tak beberapa lama, ketika kelas 4, ayah saya kembali di pindahtugaskan lagi. Kali ini ke Jakarta. Tapi ibu, kakak dan saya sempat menetap di Surabaya sampai kenaikan kelas. Pada saat itu tidak berlangsung lama hingga akhirnya kami resmi pindah ke Jakarta. Pada saat liburan kenaikan kelas 5, saya pun disibukkan lagi dengan test masuk sekolah baru. Dan akhirnya saya akan bersekolah di SDI Dian Didaktika. Pada saat inilah saya mendapatkan hal – hal yang benar – benar tak bisa dilupakan. Dari hal – hal kecil sampai hal – hal besar semuanya terjadi. Salah satu yang sangat saya ingat adalah ketika saya dan teman – teman menjatuhkan guru dari kursi. Guru yang bersangkutan sangat marah dan menyuruh kami untuk membuat tulisan minta maaf yang akhirnya dia pajang di ruangan kerjanya. Dan masih banyak hal lainnya, sampai datang saat – saat dimana saya harus mulai tes untuk masuk SMP.
kelas 7
                Ayah menyuruh saya untuk tes di SMP Labschool Kebayoran. Pada awalnya, saya ingin masuk SMP Negeri tetapi ayah menyuruh saya untuk mencoba tes dahulu. Saya masih ingat betapa susahnya soal tersebut bagi saya, bagaimana seorang anak didepan saya mencoba menyontek, dan seorang anak yang akhirnya melipat ljknya menjadi pesawat. Ketika pengumuman keluar, orangtua saya langsung menyarankan agar saya mengambil SMP Labschool Kebayoran saja, karena waktu itu saya tidak mengerti saya hanya mengiyakan saja. Dan ketika masuk, khususnya ketika pra MOS saya sangat merasakan bedanya. Mulai dari nametag yang sangat rumit, sampai dengan rambut yang harus dikuncir 6. Membuat nametag MOS saja menghabiskan sampai jam 2 pagi. Ketika MOS, bahkan bisa dibilang lebih parah. Sangat keras dan melelahkan, tetapi karena itu, MOS adalah salah satu kegiatan yang paling saya ingat selama SMP. Ketika mulai pembelajaran biasa, saya masuk di kelas 7D. Banyak hal – hal lucu yang saya ingat dari kelas 7. Foto – foto dengan gaya konyol, exasky dan masih banyak lagi.
kelas 8 - bimensi!
                Lalu, saya pun naik ke kelas 8. Saya masuk ke kelas 8E. Awalnya kelas sangat amat canggung, dan saya hanya duduk dengan teman yang berasal dari kelas yang sama. Tapi lama kelamaan suasananya menjadi semakin nyaman. Masa – masa kelas 8 adalah masa yang paling santai selama sekolah. Tetapi ada satu kegiatan yang akan diingat seumur hidup saya yaitu bimensi. Bimensi adalah suatu acara pelatihan dengan mariner, yang pada saat itu dilaksanakan di Cilandak. Pelatihannya sangat keras dan hawanya saat itu sangat panas sehingga sama sekali tidak mendukung, bahkan saya sempat pingsan di tengah upacara pembukaan. Sesudah upacara pembukaan, pelatihan dasar pun dimulai. Pada awalnya memang berat seperti merayap di tanah, jalan jongkok, dan menghadap matahari. Tapi ternyata makin hari makin berat. Sebelum dan sesudah makan harus jalan jongkok, harus berenang di lautan yang penuh sampah dan sebagainya. Meskipun terasa sangat berat dan menyiksa, bimensi adalah hal paling berkesan selama saya sekolah.
farewell
wisuda
lari pagi terakhir
                Kelas 8 pun dengan cepat berlalu. Akhirnya saya naik kelas ke kelas 9. Dimulailah masa – masa belajar dengan berat untuk Ujian Akhir Nasional. Les, les dan les mulai menumpuk. Begitu juga dengan try out. Pada saat try out I saya mendapatkan hasil yang sangat buruk, sehingga orang tua saya sempat sangat marah. Di kelas 9 ini merupakan masa – masa yang paling membuat stress. Nilai, ujian, try out dan sebagainya. Kepenatan belajar itu pun terobati dengan adanya lari pagi terakhir kelas 9 yang menggunakan kostum. Saat itu saya dan Cintya menggunakan baju phineas and ferb, dan lari keliling gandaria. Tetapi sesudah itu, kepenatan belajar terus berlanjut. Saya sempat tidak lolos dalam ujian masuk SMA Labschool Kebayoran dan sempat sangat down untuk beberapa saat. Lalu UAN pun terlewati, Ujian Masuk SMA Labschool kebayoran pun terlewati dan akhirnya datanglah Farewell. Farewell mengingatkan saya bahwa saya akan segera berpisah dengan teman – teman di angkatan. Walaupun sebagian dari mereka akan saya temui lagi sebagai teman sma, tetapi entah kenapa farewell tetap menjadi momen yang mengharukan bagi saya. Salah satu hal positif selama kelas 9 adalah libur selama 50 hari. Walaupun sempat pontang panting tidak ada tujuan, tetapi penantian nilai selama libur cukup sesuai. Lulus dengan nilai cukup memuaskan dan membuat ibu tersenyum adalah hal yang membahagiakan saat itu.




SMA
                Dan datanglah hari dimana saya harus kembali sekolah setelah libur selama 50 hari. Saya  bersekolah di SMA Labschool Kebayoran. Pada saat hari pertama masuk saya sempat merasa aneh, melihat diri sendiri memakai rok abu – abu padahal sebagian besar teman yang dari sekolah lain masih menggunakan rok biru. Seperti biasa, selalu ada MOS setiap tahun ajaran baru. Masa – masa kelas 10 dipenuhi dengan acara – acara sekolah seperti pilar, TO, Bintama ataupun Lapinsi. Kelas 10 juga adalah salah satu masa yang melelahkan bagi saya, karena tekanan penjurusan. Saya sempat ribut dengan orangtua saya masalah penjurusan yang pada akhirnya menurut saya masalahnya belum juga selesai sampai sekarang. Setelah belajar dan belajar, akhirnya saya mendapatkan kelas IPA untuk tingkat selanjutnya. Dan sekarang saya sudah duduk di kelas 11. Belum banyak hal yang mengesankan yang terjadi sampai saat ini, dan saya masih menunggu banyak hal untuk terjadi. Untuk ke depannya, seperti semua siswa lain ingin lulus dengan nilai sebaik – baiknya dan diterima di universitas yang diinginkan, selain itu saya juga ingin kerja untuk UN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar