Selasa, 12 April 2011

Autobiografi Astidira Apti

Selama 17 Tahun Hidup Saya, Saya Jadi Dira
Astidira Apti

Saya mungkin tidak berdampak apapun dalam sejarah negara ini, apalagi sejarah dunia. Tetapi saya tidak akan bisa menghapus hari itu, hari dimana saya lahir. 22 Juli 1994 adalah hari dimana Saya telah menjadi anak perempuan dari sepasang orang tua, dimana saya menjadi adik dari putri pertama orang tua saya. Putri pertama orang tua saya atau seorang figur yang biasa saya panggil “Kakak”. Saya sudah menjadi bagian dari suatu keluarga, keluarga yang siap membimbing saya menjalani hidup ini.

Ketika Ibu dan Ayah saya baru menikah, mereka belum sempat untuk membangun rumah, rumah untuk keluarga yang akan mereka bentuk. Oleh karena itu, dari lahir sampai umur beberapa bulan, saya tinggal di sebuah kontrakan yang berada di daerah slipi. Kata Ibu, tempatnya panas dan tidak nyaman. Ibu dan Ayah saya adalah Arsitek, mereka segera membangun rumah agar bisa memulai hidup baru dengan keluarga yang telah terbentuk. Sayangnya, ketika Saya baru berumur sekitar 11 bulan, Ayah dan Ibu menitipkan saya dan kakak ke Nini saya dan pergi ke Eropa selama 1 bulan. Mereka dapat berlibur ke Eropa karena Ayah saya sempat menabung uang jajan yang diberikan oleh beasiswa yang Ia dapatkan ketika bersekolah di Inggris. Mereka tidak membawa kami untuk berlibur bersama mereka karena saya dan kakak masih terlalu kecil. Mungkin karena saya masih terlalu kecil, saya tidak mengerti, ketika Ayah dan Ibu saya kembali dari liburan mereka ke Eropa, saya sempat tidak mau mendekati mereka berhubung saya ditinggal selama 1 bulan.

Ketika saya berumur 1 tahun, saya sudah mulai belajar untuk berbicara dan berjalan. Ibu selalu bilang bahwa saya cukup cepat dalam belajar berbicara dan saya cukup cerewet untuk anak umur 1 tahun. Walaupun saya baru berada di dunia ini selama 13 bulan, saya harus sudah bisa berjalan walau akan terjatuh, saya harus berani mengambil langkah-langkah kecil untuk memulai menulusuri rumah saya bahkan kota Jakarta. Setelah beberapa hal yang aneh dan menyenangkan, ada 1 hal yang saya cenderung sesali walaupun itu bukan salah saya, yaitu kenyataan bahwa tidak ada satupun rekaman atau video tentang ketika saya masih kecil. Tentu saya punya foto-foto masa kecil, bahkan hampir 7 album yang mungkin sekarang sudah termakan oleh rayap. Saya sungguh ingin melihat bagaimana cara saya bergerak atau berjalan ketika saya masih berumur 1 tahun. Tapi masa lalu ya tidak bisa diubah, untung saya masih ingat beberapa memori tentang tahun pertama saya menikmati dunia ini. Walau akan pudar, ya tidak apa, kenangan akan selalu ada.

Lingkungan dimana saya tumbuh sangatlah nyaman. Keluarga saya begitu akrab, bahkan rumah kami sangat dekat satu dengan yang lain. Orang tua saya bukanlah tipe-tipe orang tua yang kaku, mereka sangat berusaha agar anak-anaknya bisa menceritakan apapun kepada mereka. Disaat saya balita, ini adalah hal yang penting.

Keluarga Ibu saya kebetulan sebagian besar tinggal di Jakarta. Walaupun alm. Buyut saya tinggal di Bandung, sehingga setiap lebaran saya selalu mengunjunginya di Bandung untuk menjalin silaturahmi. Nenek saya yang biasa saya panggil Nini dan kakek saya yang biasa saya panggil Ompung adalah Orang tua dari Ibu saya. Yang lucu adalah, Nini saya orang sunda dan Ompung saya adalah orang batak. Nini saya termaksut Ningrat jika di kampung halamannya. Ayahnya adalah seorang dokter ketika masa Indonesia belum merdeka. Ada satu quote dari buyut saya yang menurut saya adalah sesuatu yang sangat terhormat. Ketika Beliau menjadi dokter, Beliau berkata
“Tidak perlu saya dibayar, yang penting anak-anak saya diperizinkan untuk sekolah”
Nini saya yang 6 bersaudara ini pun dapat mendapatkan pendidikan yang baik di sebuah sekolah Belanda. Nini saya adalah seseorang yang sangat saya cintai. Rumah Beliau adalah rumah kedua bagi saya. Dia mempunyai kelebihan dalam berbicara, beliau selalu menceritakan dongeng-dongeng sebelum saya dan sepupu-sepupu saya tidur. Bagaimana ya, cara dia menceritakan semuanya itu sangat baik. Bahasa indonesia-nya bagus, intonasinya bagus, sungguh dia sangat handal dalam bidang itu. Nini saya adalah seseorang yang “modis”, tidak seperti nenek-nenek lainnya, dia sangat keren. Dia tau hal-hal yang sedang trend, sering mengirim e-mail ke teman-temannya dan hobby bermain game di komputer. Dia juga adalah bagian dari Yayasan Kanker Indonesia. Dia sangatlah aktif dalam yayasan ini, bahkan dia sering masuk koran tentang perkataan-perkataannya mengenai hal-hal dibidang itu. Nini saya juga sangat mudah bergaul, teman-temannya banyak sekali, dari Bandung sampai Belanda. Nini saya memang orang sunda, tapi Ia menikah dengan kakek saya yang merupakan orang Batak, itulah sebabnya saya memanggil beliau Ompung. Kakek saya adalah salah satu orang yang saya kagumi. Beliau tidak berasal dari keluarga yang berada. Tetapi Beliau sangatlah pintar, sehingga Beliau berhasil menjadi Sarjana Teknik di ITB. Beliau bekerja dari menjadi penjual susu sampai menjadi direktur suatu perusahaan. Dari semua kesibukan itu, Beliau masih dapat meluangkan waktu untuk cucu cucunya.

Saya memasuki Taman Kanak Kanak ketika berumur 3 tahun, yaitu ke TK Patra. Kakak saya juga bersekolah di TK ini. Hal-hal yang paling saya ingat ketika saya masih TK adalah kegiatan-kegiatan menyenangkan yang dilakukan pada hari- hari tertentu. Misalkan seperti menggambar dengan jeli atau arang, memakan bubur sumsum dan makan bersama setiap hari sabtu. Perayaan yang paling saya ingat adalah Hari Kartini, setiap Hari Kartini, semua siswa-siswi diwajibkan untuk memakai kostum tradisional lalu dilombakan dan dipilih siapakah yang memakai kostum terbaik. Selain Hari Kartini, 17 Agustus-an juga merupakan perayaan yang sangat meriah, banyak sekali lomba-lomba yang diikuti seluruh siswa. Saya mempunyai teman bernama Arif saat itu tetapi dia harus pindah ke Balik Papan dan saya ingat sekali ssebelum dia pergi, dia memberikan sebuah gelang berwarna hijau kepada saya. Dan saya selalu menyimpan gelang itu.

Pada tahun 1999 saya sudah lulus TK dan beranjak ke Sekolah Dasar. Saya mengikuti jejak kakak saya dan memasuki Sekolah Dasar Gunung 05 Pagi atau biasa disebut sebagai ”SD MEXICO”. Sekolah ini mungkin bukanlah sekolah elit yang mempunyai AC diruangan-ruangannya, bahkan sekolah ini hanya terdiri dari satu lantai. Karena keterbatasan ruangan, siswa-siswi pada kelas 1 dan 2 harus bertukaran kelas, jangka waktu belajarnya adalah dari pukul 07.00 sampai 09.30 dan 09.30 sampai pukul 12.00. Saya selalu merasa nyaman bersekolah disana, suasanya sangat indah. Setiap ruangan memiliki jendela yang besar-besar dan ditengahnya terdapat lapangan yang dikelilingi pohon-pohon besar. Walaupun tidak terdapat pendingin ruangan, suasana disana selalu terasa dingin. Di SD Mexico tidak ada sistem acak kelas, jadi saya bersama teman-teman SD saya selama 6 tahun. Walaupun pelajaran ketika SD masih mudah, orang tua saya selalu membantu saya belajar dan membuatkan saya jadwal belajar setiap mendekati ulangan. Saya juga mengikuti beberapa kursus seperti kursus sempoa yang sangat membantu dalam setiap soal matematika. Selain itu saya juga memulai kursus Ballet dan Piano. Saya suka menari, tetapi kalau tentang piano, saya benar-benar tidak ada bakat. Bertahun-tahun saya les dan sepertinya tidak membuahkan hasil apapun selain beberpa lagu yang saya hafalkan. Selain itu saya juga diwajibkan untuk les berenang oleh Ibu saya, saya tidak suka air, saya bahkan sempat tidak mau menaruh kepala saya didalam air atau menahann nafas didalam air, tetapi setelah sekian lama berlatih, saya akhirnya berani untuk memasukan kepala saya kedalam kolam renang dan mempelajari beberapa gaya renang. Pengalaman-pengalaman saya ketika SD sungguh menyenangkan dan semua yang saya pelajari dari pengalaman-pengalaman tersebut akan saya jadikan pelajaran hidup.

Setelah saya lulus SD, saya segera mencari SMP terbaik. Awalnya saya mencoba tes masuk SMP Labschool Kebayoran, tapi sayangnya saya tidak diterima, sehingga saya mencari sekolah lain dan akhirnya saya terdaftar menjadi murid di SMPN 19. SMPN 19 adalah salah satu sekolah negri terbaik di Jakarta Selatan. Dulu ketika SD saya hanya mempunyai 80 teman seangkatan, ketika SMP saya mempunyai 400 teman satu angkatan. Hari pertama saya menginjakan kaki di gedung SMP tersebut, saya sudah bisa merasakan bahwa semuanya akan berubah, semuanya tidak akan sama seperti dulu lagi. Walaupun beberapa teman SD saya juga bersekolah disini, saya tetap masih bingung dalam menyesuaikan diri. Saya adalah tipe orang yang kurang baik dalam berkenalan dengan orang baru, saya cenderung agak kaku, tetapi setelah berjalannya waktu, saya dapat menyesuaikan diri dan menemukan beberapa teman baru. Di 19 ada suatu program yaitu program kelas bilingual, awalnya saya tidak diterima tetapi setelah berusaha memperbaiki nilai raport, akhirnya saya diterima dikelas bilingual. Kelas baru lagi, jadi saya harus menyesuaikan diri lagi. Kelas Bilingual adalah sebuah kelas dimana murid-muridnya belajar IPA dan Matematika dengan bahasa inggris. Karena hanya ada 2 kelas bilingual, sehingga kelas kami hanya diacak antara kelas bilingual saja. Dengan sistem acak 2 kelas tersebut, kami menjadi sangat dekat, seperti saudara. Mungkin teman-teman SMP saya adalah teman-teman terdekat saya. Saya sangat menghargai masa-masa SMP saya, jika saya ditanyakan saya ingin dikembalikan ke masa apa, saya tentu akan jawab ke masa SMP saya. Masa-masa ketika SMP merupak masa-masa dimana mental saya terbentuk. Banyak sekali hal-hal yang saya pelajari ketika itu. Banyak sekali sikap-sikap yang saya perbaiki. Ketika saya harus berpisah dengan teman-teman SMP saya, saya sangat sedih, seperti kehilangan bagian besar dan sangat penting dari hidup saya. Bagimanapun, saya tetap harus meninggalkan SMP dan masuk ke jenjang SMA.

Inilah tahap dari hidup saya yang masih saya jalani, masa SMA. Saya memilih untuk memasuki SMA Labschool Kebayoran. Budaya di SMA ini sungguh berbeda dengan budaya yang ada di SMP saya. Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang tidak dimiliki sekolah lain, ketika awal-awal saya sangat bangga dan senang menjadi siswi di SMA Labschool Kebayoran tetapi dengan berjalannya waktu, saya mulai kewalahan dan lelah. Pelajarannya sungguh susah, untuk mendapatkan nilai bagus harus benar-benar belajar. Sampai-sampai saya tidak begitu sering berhubungan dengan dunia diluar Labschool. Banyak kegiatan yang dilakukan di hari libur dan tugas-tugas juga menumpuk. Disamping segala hal yang harus dijalani, saya juga mempelajari banyak hal. Bagian terbaik dari semuanya adalah saya bisa melakukan segala kegiatan dengan teman-teman saya. Tahun pertama saya di Labschool bukanlah gampang, selain harus mengikuti kegiatan saya juga harus berusaha agar nilai saya tetap bagus dan bisa masuk jurusan IPA. Setelah berkali-kali remedial, akhirnya saya dapat memasuki jurusan IPA. Ternyata mendapatkan kelas impian saya ini adalah bukan bagian yang paling susah, ada yang jauh lebih susah yaitu menjalaninya. Pelajaran-pelajaran semakin jadi rumit walaupun mata pelajaran sudah berkurang. Selama dikelas 11 banyak sekali kegiatan yang harus diikuti, mengatur waktu kadang susah, tetapi pasti ada jalan keluarnya. Bagi saya, sekolah bukan hanyalah tempat untuk belajar dan belajar saja, dikala masa SMA adalah waktu dimana kita semua mencari pengalaman dan membuat kesalahan. Apa guna dari hanya belajar? Pengalaman apa yang didapat dari memandangi buku-buku? Pengalaman didapat dari menerima segala tantangan yang diberi. Pengalaman didapat dari tetap percaya akan diri sendiri walaupun orang lain tidak menerima. Pengalaman adalah dimana melakukan sesuatu untuk pertama kali dan belajar darinya. Belajar adalah dasar, tetapi menurut saya hal yang paling penting adalah pembentukan personaliti. Semoga sisa-sisa dari masa SMA akan makin menyenangkan.

Untuk di Masa Depan, saya sering sekali ganti cita-cita. Saya sempat ingin jadi designer lalu jadi arsitek. Sekarang saya belum tahu jurusan apa yang ingin saya ambil atau profesi apa yang ingin saya miliki. Saya rasa saya ingin mempunyai karier di bagian interior design, tetapi saya masih belum yakin. Mungkin saya butuh bantuan psikolog atau saya butuh minta petunjuk. Jujur saya masih bingung, saya tidak tahu apa yang saya inginkan. Bukan berarti itu tanda buruk, jika saya punya keinginan saya bisa sangat ambisius, tetapi itulah masalahnya, saya belum menemukan keinginan saya. Saya harap saya bisa menemukan apa yang saya inginkan secepatnya. Saya harus mulai usaha dari sekarang, agar semuanya bisa maksimal. Masa depan saya masih misteri. Saya akan segera cari jalan untuk menyelesaikan misteri itu. Doakan saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar