Rabu, 13 April 2011

17 Tahun Hidupku...

Pada tanggal 3 Februari 1994, tepatnya pada hari kamis pagi hari ibuku dilarikan ke salah satu rumah sakit terdekat dari rumah nenekku yang berada di Medan, tepatnya, di jalan Bima Sakti no 1 Medan karena tiba-tiba kandungannya mulai terasa sakit. Pada waktu itu ibuku pulang ke rumah nenekku karena takut untuk melahirkan sendirian sehingga beberapa bulan sebelum kelahiranku ibuku sudah tinggal di rumah nenekku. Sebenarnya, rumah kami berada di Lhoksemawe Aceh. karena waktu itu ayahku ditugaskan untuk bekerja di Aceh oleh perusahaan tempatnya bekerja, yaitu di Mobil Oil yang sekarang sudah berganti nama menjadi Exxon Mobil. 


Pagi itu, di rumah sakit Sarah, rumah sakit terdekat dari rumah nenekku, lahirlah seorang bayi perempuan seberat tiga koma dua kilogram dan panjang lima puluh dua sentimeter. Itulah aku. Ibuku bercerita bahwa pada saat itu dia belum mempersiapkan nama untukku sehingga banyak orang yang ingin memberikan nama untukku. Namun, hingga usiaku menginjak 2 bulan, aku masih belum mempunyai nama. Suatu hari, ayah melihat buku nama untuk nama bayi perempuan, lalu ayah melihat nama Filza di buku itu sehingga diberikanlah nama Filza itu untuk nama depanku. Dan untuk nama belakangku diberikanlah nama Munir sama seperti nama ayahku karena di keluargaku semua nama belakang harus ditambahkan dengan nama ayah. Akhirnya jadilah diberikan nama Filza Munir untukku. Ibuku bernama Yulizar dan Ayahku bernama Munir. Pada saat usiaku 2 tahun, adikku yang bernama Farissa Saisarah Munir lahir.

Pada saat usiaku 4 tahun, aku dimasukkan ke TK Tarakan Tiga yang berada di kompleks perumahan Exxon Mobil  pada saat aku sekeluarga masih tinggal di Lhoksemawe, Aceh.  Pada saat hari pertama sekolah, aku diantarkan oleh ibu dan ditunggui hingga jam sekolah berakhir. Aku sangat bangga pada hari itu karena sudah lama sekali aku mendambakan untuk bersekolah walaupun sekarang aku sedikit menyesal untuk itu. Namun di TK itu sampai umurku berusia 5 tahun, aku masih tidak dapat membaca karena di TK itu aku tidak pernah diajari cara membaca dan menulis sehingga ibukulah yang akhirnya mengajariku cara membaca dan menulis. Ibuku adalah orang yang keras dan tegas dalam mendidik anak. Aku sampai sering menangis karena dimarahi ibu. Ternyata ibu merasakan hal yang sama, dan hanya beberapa bulan saja ibuku mengajari aku mambaca dan menulis selanjutnya ibu memanggilkan guru les untukku hanya untuk mengajariku cara membaca dan menulis.
Pada saat aku masih berada di Aceh, aku tinggal di Bukit Indah. Kompleks perumahan Mobil Oil yang penuh dengan segala fasilitas dan kemewahan di dalamnya. Bahkan sampai sekarang aku tidak pernah melihat perumahan sebagus dan seindah perumahan itu. Rumahku besar dengan gaya American Classic  yang memiliki pekarangan yang sangat luas tempat aku dan adikku Sarah bermain. Dibelakang rumah kami juga ada bukit yang diatasnya terdapat taman main buat anak-anak yang tinggal di sana. Semua permainan ada di sana, yang bahkan tidak pernah aku lihat sekalipun di Jakarta. Rumah ku full AC hingga ke dapur. dan setiap pagi aku dijemput oleh bis sekolah khusus anak yang tinggal di perumahan itu untuk diantarkan ke sekolah. Bis itu tepat berhenti di depan rumahku. Itu semua merupakan fasilitas kantor yang diberikan hanya untuk pegawai yang bekerja di Mobil Oil. Bahkan hingga tukang kebun pun diberikan kepada kami untuk mengurus taman belakang rumah yang sangat luas. Dan aku sekeluarga juga diberikan fasilitas pesawat gratis jika ingin pulang ke Medan ke rumah nenekku sehingga setiap 1 bulan sekali aku ke Medan. Dan ketika aku pindah ke Jakarta, aku baru menyadari betapa nikmatnya hidupku dulu. Segala yang aku inginkan pasti langsung diberikan oleh ayah dan ibu. Pada saat aku berusia 4 tahun, ibu mambelikan aku Playstation untuk aku dan adikku bermain. Ibu bahkan khusus ke Medan untuk membelikan itu untukku.
Pada saat usiaku 5 tahun, aku dan Sarah dititipkan ibu dan ayahku di rumah nenekku di Medan selama 1 bulan karena pada waktu itu, ayah dan ibuku harus melaksanakan ibadah haji. Aku akhirnya mengizinkan ayah dan ibu pergi dengan syarat jika pulang nanti, mereka harus membelikanku boneka barbie lengkap dengan segala perlengkapan rumahnya mulai dari kamar tidur hingga taman. Pada waktu itu, setiap malam aku selalu menangis karena tidak terbiasa ditinggal dan tidur tanpa ayah dan ibu. Pada waktu itu, aku hanya dititipkan pada nenekku dan kak siti, pengasuhku dari aku masih dalam kandungan ibu hingga sekarang di umurku yang sudah menginjak 17 tahun. Aku menyayangi kak siti sama seperti aku menyayangi ayah dan ibuku karena kak Sitilah yang mengurusku dari aku bayi hingga sekarang jika ibu sibuk dan mempunyai urusan yang tidak mungkin ia ditinggalkan. Kak Siti sangat menyayangiku dan adikku. Bahkan jika aku sakit, kak Siti lebih khawatir dibandingkan oleh ibuku sendiri dan dia langsung membooking dokter dan membawaku ke rumah sakit karena kak siti sendiri bisa menyetir.




Pada saat umurku 6 tahun, aku sekeluarga pindah ke Jakarta karena ayahku dipindahkan tugas ke Jakarta karena situasi di Aceh pada tahun 1999 sangat rusuh terutama di daerah tempat aku tinggal. Pada saat itu kata ibuku sering terjadi baku tembak bahkan beberapa kali TNI masuk ke kompleks perumahanku untuk menjaga keamanan tempat tinggalku. Hal ini mungkin sebagai dampak dari krisis di Jakarta dan turunnya presiden Soeharto. Pertamanya aku sedikit memberontak karena hidupku di Jakarta jauh berbeda dengan hidupku di Aceh. Rumah yang kecil, tidak ada tempat bermain, AC yang hanya ada di kamar. Itu semua jauh berbeda dari apa yang kuharapkan. Terlebih lagi, pada tahun pertama dan keduaku pindah ke Jakarta, aku harus mengontrak rumah di Bekasi yang dekat dengan rumah tanteku sambil menunggu ayah dan ibu mencari rumah di Jakarta untuk kami tempati. Di Bekasi, aku disekolahkan di SD Bani Saleh yang sangat jauh berbeda dari sekolahku yang dulu. Anak-anaknya nakal dan tidak rapi. Sekolahnya juga kumuh dan hanya memiliki sedikit kelas sehingga ada murid yang masuk siang dan ada murid yang masuk pagi. Itu semua berpengaruh pada prestasiku di kelas. Pada saat kelas 1 SD, aku hanya mendapatkan peringkat 21 dari 28 siswa karena rasa malasku dalam belajar. Setiap hari aku dimarahi oleh ayah dan ibu karena tidak pernah mau belajar dan mengerjakan PR. Di sekolah juga aku selalu di hukum karena tidak pernah mengerjakan tugas.




Di Bekasi, aku tumbuh menjadi anak yang nakal karena semua teman-temanku begitu. Kadang aku bermain keluar rumah sampai malam bersama teman teman kompleks hingga ibu menangis karenaku. Padahal aku hanya bermain sepeda bersama teman-tamanku. Olah sebab itu, pada saat aku naik kelas 2, ayahku memberikan laptop khusus untukku yang isinya adalah permainan anak anak seumuranku agar aku tidak bermain ke luar rumah hingga malam lagi. Tapi itu hanya bertahan beberapa bulan karena aku kembali bersepeda lagi dengan teman-temanku setelah aku bosan dengan games-games yang ada di laptop itu. Hingga pada suatu saat, waktu itu magrib ketika aku dan teman-temanku bermain ayunan, kepalaku terkena ayunan tersebut hingga bocor dan harus dijahit. Dari kejadian itu, ayahku memutuskan untuk pindah rumah ke Jakarta agar aku  dan adikku mendapatkan pendidikan yang lebih baik lagi di sana.

Pada saat kelas 3 SD, aku sekeluarga pindah ke Jakarta tepatnya ke Pondok Indah. Di Jakarta, aku dimasukkan ke SD Harapan Ibu. Di SD Harapan Ibu, aku mendapatkan banyak teman yang sangat baik kepadaku. Guru-gurunya pun lebih pengertian dan tidak segalak guru ketika aku di Bekasi. Ibuku juga mulai mencarikan guru les untukku dan menyibukkanku dengan segala kegiatan les, seperti kumon, mengaji, las bahasa inggris, les piano dan sebagainya. Playstationku dibuang dan yang tersisa hanya laptopku yang berisi games yang membosankan. Dan semenjak aku pindah ke Pondok Indah, aku tidak mendapatkan teman-teman seumuranku. Dan kalaupun ada, mereka jarang sekali keluar rumah. Sama sepertiku yang sudah mulai sibuk dengan berbagai kegiatan. Dari situ, peringkatku di kelas pun mulai naik, dari peringkat 19 langsung ke peringkat 3 dikelas. Pada saat kelas 4 SD, peringkatku naik lagi menjadi peringkat 2. Dan pada saat kelas 5 aku mendapatkan peringkat 1 dikelas. 
Namun, setelah meraih semua itu, aku jadi malas belajar lagi dan hanya ingin bersenang-senang sekarang. Aku sangat suka menonton televisi dan bermain komputer ayahku karena di komputer ayahku ada permainan yang sangat aku sukai, yaitu The Sims. Oleh karena itu, pada saat itu aku sangat sering bertengkar dengan ibuku karena hal-hal sepele menurutku tapi besar menurut ibu seperti menonton televisi hingga larut malam dan hal kecil lainnya. Ibu tahu sifatku yang suka bermalas-malasan, dan ibuku tidak suka sifatku ini. Aku sendiri mengerti bahwa semua yang diucapkan ibuku adalah benar. Tapi itu tidak bisa aku katakan padanya. tentu saja aku akan marah kembali kalau ibu memarahiku dengan pokok permasalahan yang sama apalagi membanding-bandingkanku dengan anak orang lain. Sebenarnya aku tahu kalau ibu adalah ibu yang baik. Namun terkadang caranya agak keras menurutku. Jika dia bersalah, ibuku pasti akan dengan berlapang hati mengakui bahwa dirinya bersalah. Ayahku yang pada dasarnya adalah orang yang cinta kedamaian tidak akan ikut campur jika aku dan ibu sedang bertengkar. Namun jika sesekali ibu bertindak berlebihan, ayah mengingatkan ibu untuk lebih sabar terhadapku.


Ketika aku kelas 6 SD, pertengkaran itu sudah mulai mereda. Karena akupun sudah sibuk memikirkan SMP mana yang akan aku pilih. Aku sibuk ikut bimbel dan pendalaman materi di sekolah. Bahkan tidak jarang aku pulang malam karena les. Pada waktu itu, ibuku sangat telaten mengantarkan aku kemanapun aku pergi karena dulu mama belum mempercayakanku pada supir. Dengan persediaan makanan kemanapun aku pergi. Ibuku sangat takut aku sakit sehingga setiap pulang sekolah jika aku harus les lagi, ia selalu mengantarkan makanan lengkap dengan susu dan jus untukku. Akhirnya ketika pengambilan formulir SMP Labschool Kebayoran dibuka, aku membeli dan langsung mengembalikannya keesokan harinya. Setelah tes, untung saja aku diterima di SMP Labschool Kebayoran sehingga aku dapat lebih santai sedikit. Aku hanya tinggal mempersiapkan untuk UAS saja. 


Setelah masuk SMP, ibuku sudah tidak terlalu over protective lagi terhadapku. Bahkan terkesan  lebih santai. Sekarang aku sudah dipercayakan kepada supir jika mau pergi kemanapun. Walaupun pada saat MOS, ibu yang mati-matian membantu membuat nametagku dan menurutku itu memang nametag paling susah dan ribet yang pernah kubuat. Masa-masa SMP ku biasa-biasa saja. Namun karena terlalu banyaknya kegiatan, punggungku mulai terasa sakit, dan karena itulah ketahuan bahwa aku memiliki kelainan tulang belakang sejak aku lahir. Oleh karena itu, ibuku tidak mengizinkanku mengikuti kegiatan apapun yang melelahkan, termasuk OSIS. Kegiatan sekolah saja sudah mulai dia batasi apalagi kegiatan yang menyangkut fisik. Oleh karena kegiatanku yang pada saat itu harus sangat dibatasi, aku hanya dapat mengikuti kegiatan bimensi, kegiatan kegiatan Bina Mental Siswa hanya sampai hari ke dua. Itu adalah saat-saat yang paling tidak menyenangkan dalam hidupku.

Kelas 9 adalah masa-masa tersulitku di SMP. Aku sangat stress pada saat itu karena masih bingung SMA manakah yang harus kupilih. Dengan banyaknya tugas dan try out yang menanti, aku berjuang dengan keras saat itu. Aku mengikuti bimbel hingga larut malam dan saat-saat seperti itu sangat melelahan bagiku. Selain itu, aku juga mempunyai teman-teman yang sangat baik dan senasib denganku sehingga aku dapat melewatinya dengan lebih mudah dan lebih menyenangkan. Dan berkat semua kerja kerasku, akhirnya aku dapat lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Rasanya hari itu merupakan hari yang paling menyenangkan dalam hidupku karena liburan panjang menanti. Dan pada saat itu, aku sudah diterima di SMA yang aku inginkan yaitu SMA Labschool Kebayoran melalui jalur khusus beberapa bulan sebelum UAN dilaksanakan.
Aku masuk SMA pertama kali pada bulan Juli tahun 2009, pertama kali aku memakai seragam putih abu-abu. Hari itu merupakan hari yang sangat menyenangkan buatku. Karena pada hari itu aku mendapatkan banyak teman baru, walupun banyak juga teman-temanku yang berasal dari SMP labsky sama sepertiku. Pada awalnya, aku dapat mengikuti serangkaian kegiatan dengan baik. Namun, karena kondisiku yang tidak memungkinkan aku dipulangkan dari purwakarta pada saat aku mengikuti kegiatan Trip Observasi. Hari itu merupakan hari terburukku, karena sudah hampir satu setengah tahun aku tidak pernah mengeluh lagi tentang tulangku yang memang memiliki kelainan. Dan sejak hari itu, aku sering tidak masuk sekolah karena sakit dan aku juga tidak diizinkan untuk mengikuti kegiatan apapun yang memberatkan oleh dokter dan mamaku. Pada saat Bintama, aku hanya bisa melihat teman-temanku melakukan kegiatan dari jauh. Tapi untung saja aku dapat mempertahankan prestasi akademikku. Walaupun berat memang mengejar ketertinggalan sendiri di rumah. Namun, pengorbananku terbayar saat aku mendapatkan jurusan yang aku inginkan yaitu IPA.


Sekarang, aku menduduki bangku kelas 11. Kelas 11 merupakan kelas tersantai di SMA karena sudah mendapatkan jurusan yang diinginkan. Kini kekhawatiranku adalah jika aku tidak dapat masuk ke universitas yang aku inginkan yaitu Universitas Indonesia. Aku sangat berharap dapat masuk ke universitas itu karena jika tidak, aku disuruh orang tuaku untuk melanjutkan pendidikanku di luar negeri dan aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku berharap aku bisa masuk FKUI dan menjadi dokter nantinya seperti yang dari kecil aku cita-citakan.







2 komentar: