Selasa, 12 April 2011

16 tahun coret hidupku



Desember 1993 Ibuku berbuncah buncah hatinya karena menurut dokter, Ibuku tengah mengandung anak ketiga yang sudah lama diharapkan,semenjak kakakku yang kedua lahir pada tahun 1987. Terlebih lagi ketika usia 6 bulan Ibuku mendapati hasil USG bahwa sang cabang bayi berjenis kelamin laki-laki.Pada usia kandungan 8 bulan, tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1994 denyut jantungku dalam perut ibuku melemah, sehingga dokter memutuskan untuk segera dilakukan observasi untuk persiapan proses bersalin, menurut dokter bahwa aku akan lahir pada tanggal 17 agustus yang bertepatan dengan hari Kemerdekaan Indonesia. Namun ternyata pada jam 00.00 jatungku menguat kembali sehingga tidak jadilah aku lahir bertepatan dengan hari kemerdekaan melainkan pada tanggal 22 september 1994 aku lahir ,di rumah sakit Pondok Indah. Ibu, Dokter dan Ayahku kaget ketika mendapati bahwa bayi yang lahir ialah seorang bayi perempuan sehingga Ayah dan Ibuku kebingungan memberi namaku karena nama yang telah dipersiapkan kedua orangtuaku ialah “Nugraha”, nama untuk anak laki laki.


Hampir sebulan aku tidak memiliki nama hingga akhirnya suatu malam ibuku terbangun ditengah malam dan melihat aku yang juga terbangun dan aku tidak menangis namun tersenyum dengan mata bundar yang bercahaya seperti bulan pada malam itu, maka kemudian namaku menjadi Wulan, Wulan Wahyu Eganingrum.
Di pangkuan Ayahanda


“Sejak kecil kamu senang sekali bicara, kamu sudah bisa berdialog semenjak usia mu dua tahun. Dan kamu senang sekali mengungkapkan pendapatmu terhadap orang dewasa tanpa merasa takut.” Ya, jika diingat ingat lagi saya memang amat senang berbicara, dengan siapapun terutama terhadap orang yang usianya lebih tua dari saya, saking senangnya jika ada tamu yang datang kerumah, pasti saya selalu bersembunyi di bawah kolong meja dan mendengarkan pembicaraan mereka, dan setelah selesai, saya keluar dan menyatakan pendapat saya terhadap pembicaraan mereka. Bahkan kata ibu, Pakde saya terkesan dengan saya, karena saya berani mengungkapkan pemikiran -pemikiran saya di usia yang masih dini dengan bahasa yang tertata. Keberanian itu muncul karena demokrasi berpendapat di terapkan di keluarga saya, dan saya tumbuh kembang diantara orang orang dewasa, kakak-kakak saya berbeda 7 dan 8 tahun dengan saya.

Tahun 1998, usia saya genap empat tahun dan pada saat itu Indonesia juga mengalami masa masa yang monumental, dimana Presiden kedua kita Soeharto berhasil diturunkan oleh gerakan mahasiswa. Pada masa itu merupakan masa yang amat mencekam dan menakutkan, meski saya masih berusia empat tahun,tapi ada memori yang saya ingat yaitu  TV dinyalakan sepanjang hari dan hanya channel berita yang dipasang di rumah.. saya dan kakak-kakak saya tidak boleh keluar rumah sendirian tanpa orang dewasa meskipun itu hanya ke rumah tetangga untuk main. Setelah Pergantian kepemimpinan dari Presiden Soeharto ke Presiden Habibie suasana mulai tenang, kondisi perekonomian mulai membaik,begitu kata ayahku. Namun sayangnya masa kepemimpinan beliau hanya satu tahun saja, yaitu dari tahun 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.
Menari di Perpisahan TK
Aku sudah TK nol kecil di TKIT Nurul Huda dan kemudian melanjutkan TK B ke TKIT Aulia ketika Presiden Habibie turun dari jabatannya, Kedua orangtua ku menyayangkan kenapa Presiden Habibie tidak mencalonkan diri lagi menjadi Presiden RI. “Habibie itu Presiden yang Brilian, Indonesia membutuhkan Habibie untuk maju.”begitu kata ayahku. Banyak hal yang diceritakan kedua orangtuaku mengenai beliau dan dari cerita kedua orangtuaku itulah membuatku nge Fans sama B.J. Habibie, jika ada orang Tanya siapa Idolaku, maka jawabanku adalah B.J. Habibie.  

Ibu sering sekali bercerita kepadaku mengenai bagaimana Kepemimpinan Presiden Habibie pada masa beliau memerintah, sampai akhirnya pada saat aku menginjak bangku kelas satu SD, aku bercita cita ingin menjadi Presiden Indonesia seperti Presiden Habibie. Saking nge fans nya sama Presiden Habibie, aku sempat menulis surat dan puisi untuk beliau, Ibu bilang akan mengirimkannya lewat Habibie Center. Aku senang sekali dan berharap suratku dibalas oleh beliau, setiap hari kalau ada pak pos aku pasti senang karena aku selalu berfikir mungkin hari ini pak Habibie akan membalas suratku. namun ternyata saat aku duduk di bangku kelas 3 SD aku mendapati bahwa surat itu masih di tas ibuku dan presiden Habibie sudah tidak lagi berada di Indonesia, karena beliau kembali ke Jerman untuk pengobatan Ibu Ainun. Rasanya sangat sedih dan kecewa ketika mendapati hal itu.



Marching Band
Jika ditanya apa yang paling berkesan bagi saya ketika masa masa saya SD, maka ada beberapa hal yang amat berkesan sebagai berikut, ketika saya SD kelas 1 saya mengikuti lomba dongeng yang diadakan oleh Al Azhar BSD, karena merasa sudah mantap maka saya naik kepanggung tanpa membawa teks seperti peserta lainnya, dan kemudian diujung cerita, saya lupa ceritanya dan sayapun nangis diatas panggung dan memanggil manggil ibu saya meminta bantuan, dan akhirnya panitia pun memberikan teksnya karena saya tetep nangis dan nggak turun turun dari panggung hingga akhirnya saya melanjutkan mendongeng dengan teks disertai isak tangis. Dimobil ibu saya diam seribu bahasa padahal saya menangis tidak henti hentinya karena sedih, lalu kemudian ibu bilang begini ketika mau sampai rumah “ngapain nangis nggak ada artinya, apa dengan nangis bisa membuat ade menang lomba tadi? Ibu seharusnya marah sama ade karena ibu udah ngajarin ade gimana dongengnya,jauh jauh nganter ade, lama lagi disana nunggunya, tapi ternyata ade malah nangis disana” kata kata itu amat menusuk dan menyakitkan. namun kata kata itu pula yang membuat semangat saya sehingga akhirnya pada setiap tahun pada acara bulan bahasa disekolah saya,saya memperoleh piala untuk kategori membaca puisi. Dan ketika saya kelas 3, saya ikut Marching band sebagai pemain bendera dan tampil di ancol. Rasanya senang sekali..  Masa masa SD yang paling berat bagi saya adalah pada saat kelas 5, saat itu saya merasa sangat rapuh,sakit-sakitan sering bolak balik kerumah sakit, dan saya merasa amat sangat sedih.

Bersama Kakak dan Sepupu
Ketika saya SMP, dari SD saya (Madrasah Pembangunan UIN) hanyalah saya seorang yang melanjutkan ke SMPI Al Azhar 3 Bintaro. Perjalanan SMP saya begitu berwarna-warni, yang paling berkesan bagi saya adalah ketika saya mengikuti OSIS, di SMP saya OSIS bisa diikuti dua periode. Jadi saat kelas 7 Semester 2 sampai kelas 8 semester 1 kita bisa ikut OSIS untuk menjadi pengurus staff bukan pengurus Inti. Dan ketika kelas 8 semester 2 hingga kelas 9 semester 1 kita bisa mengikuti OSIS untuk menjadi pengurus inti. Pada saat saya kelas 7 Semester 2 sampai kelas 8 semester 1, saya menjadi Staff rohani OSIS dan ketika kelas 8 semester 2 hingga kelas 9 semester 1 saya menjadi sekretaris I OSIS.

di PLTGU Muara Karang


Pada masa masa SMP cita cita saya menjadi Presiden mulai luntur karena melihat keadaan politik Indonesia yang carut marut dan menyadari bahwa di dunia politik banyak permainannya, cita cita saya beralih menjadi Insinyur, saya ingin membangun Pembangkit Listrik yang mampu memenuhi kebutuhan Listrik Indonesia dan ingin membangun Infrastruktur Infrastruktur lainnya yang menyokong kemajuan Indonesia.     
Teman SMP

Bersama Sahabat
Pada tahun 2009 pada saat saya duduk dibangku kelas 9 banyak sekali hal yang terjadi di negri Indonesia kita tercinta ini, dimulai dari kasus ibu Prita yang terjerat UU ITE yang pada saat itu baru baru saja disahkan, Kasus Ibu Prita itu cukup mengundang perhatian saya. Ibu Prita ialah warga Negara yang memiliki hak berbicara dan berpendapat dan hal itu merupakan hal yang dilindungi oleh  konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini karena berbicara dan berpendapat ialah HAM seorang Warga Negara. Saya sempat berfikir, jika menulis aspirasi di Media Maya di anggap sebagai pelanggaran hukum, maka dimana hukum itu diposisikan dinegara kita? Karena pada hakekatnya mengeluarkan aspirasi dan berpendapat adalah HAM sebagai warga Negara yang dilindungi UUD 1945. Pada tahun yang sama juga, Indonesia dilanda kesedihan karena tertimpa musibah Gempa bersekala 7,6 richter di Padang, banyak korban yang meninggal selain itu  MU klub sepakbola kesukaan saya tidak jadi datang ke Indonesia karena pengeboman di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, rasanya sedih sekali saat itu.

Pengumuman Kelulusan SMP-Masjid Dian Al Mahri

XE
Ketika akan masuk SMA, Ibu saya ingin saya sekolah di MAN Insan Cendekia agar saya bisa mandiri, namun ternyata tes masuk IC bertepatan dengan resepsi pernikahan kakak saya sehingga saya tidak bisa ikut tes masuk IC. Maka SMA Al Azhar Pusat 1 dan SMA Labschool Kebayoran lah menjadi dua sekolah yang harus saya pilih, saya diterima Alpus 1 tanpa melalui tes masuk. Setelah pengumuman Labschool saya merasa ingin focus ke UN, sehingga nggak mencoba mendaftar ke sekolah lain. Yang membuat saya memutuskan masuk Labschool Kebayoran adalah program Bintama. Semenjak kecil saya selalu ingin ikut Menwa (Resimen Mahasiswa) pada saat kuliah, Resimen Mahasiswa adalah salah satu komponen pendukung sebagai kekuatan sipil untuk mempertahankan negeri sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Menwa bermarkas di perguruan tinggi dan beranggotakan para mahasiswa yang terpanggil untuk membela negeri. Mengapa saya ingin ikut Menwa? Karena cerita kedua orangtua saya yang pada saat mahasiswa mengikuti Menwa. Ayah saya sempat menjadi Danki (Komandan Kompi) ketika ayah saya Menwa. Ayah saya tergabung dalam Resimen Mahawarman (Men Mahawarman), Menwa Prov. Jawa Barat sedangkan ibu saya tergabung dalam Resimen Mahasiswa Jayakarta (Men Mahajaya),Menwa DKI Jakarta RayaKeinginan mengikuti Menwa masih tertanam dalam diri saya sejujurnya hingga saat ini namun saya menyadari bahwa kondisi fisik saya tidak akan kuat jika mengikuti Menwa. Karena keinginan itulah saya tertarik masuk labsky karena program bintama yang sifatnya hampir mirip dengan menwa mesti kadarnya jauh lebih ringan daripada Menwa.
Earth Day

Masa masa SMA banyak mengubah diri saya, salah satunya ialah cita cita saya. Saat ini saya ingin sekali jadi Dokter Jantung atau Dokter Bedah Onkologi. Saya ingin membangun Rumah Sakit Jantung khusus Ibu dan Anak serta Rumah Sakit bagi Dhuafa. Namun saya sangat menyadari untuk menjadi dokter bukan lah hal yang mudah apalagi untuk menjadi dokter jantung ataupun menjadi dokter bedah onkologi. Untuk masuk UI sangatlah susah, tapi saya tetap semangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraihnya serta di sertai dengan berdoa kepada Allah SWT dan senantiasa meminta ridha dari orang tua. Dan saya berdoa agar kehidupan dimasa depan saya berjalan lancar, baik dari karier,jodoh, rezeki, anak, dan lain-lainya serta dapat berguna bagi agama, bangsa dan Negara. Apapun yang terjadi nantinya akan tetap saya syukuri karena Allah selalu memiliki rahasia dan kasih sayangnya terhadap saya meski jika nanti saya tidak dapat memenuhi cita cita saya ini.
Sekian coret hidup serta harapan harapan saya untuk kedepannya yang bisa saya goreskan dalam pena yang berputar dijemari.      

XI IPA 3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar