Rabu, 13 April 2011

16 tahun hidup saya, dan setahun lagi menuju 17



Masa Balita
                Setelah fajar menyingsing pada hari Kamis tanggal 23 Maret 1995, pecahlah tangisan dari seorang bayi laki- laki yang kemudian diberi nama Kasandika Ganiarsa. Bayi itu merupakan anak pertama bagi kedua orangtuanya. Menurut orangtua bayi tersebut, nama Kasandika berasal dari Kasandikromo, yaitu seorang kakek buyut dari keluarga ayah. Gani adalah name kakek buyut si bayi dari keluarga ibu. Sementara Arsa adalah gabungan dari nama mereka berdua, Arief dan Sali. Ya, bayi yang saya ceritakan itu tidak lain adalah saya sendiri. Kedua orangtua saya memberikan nama tersebut dengan harapan agar saya dapat menjaga dan mengharumkan nama keluarga. Kebetulan kedua orangtua saya merupakan anak paling kecil di keluarganya masing- masing. Sehingga, ketika lahir saya merupakan cucu yang paling kecil untuk kedua keluarga besar. Rentang umur antara saya dan sepupu- sepupu saya pun terbilang jauh sehingga saya tidak selalu sering bermain dengan mereka, walaupun kami tetap dekat sebagai saudara. Menjadi cucu paling bungsu tentu saja menyenangkan, karena menjadikan saya cucu yang paling disayangi. 7 bulan setelah saya lahir terjadi gempa bumi di Kerinci. Gempa ini menyebabkan 84 orang tewas dan ratusan lainnya luka- luka.
                Menurut orang tua saya, sejak kecil saya senang sekali jika dibacakan buku cerita. Ketika saya sudah bisa membaca, maka kegiatan itu adalah salah satu hobi saya ketika kecil. Tentu saja buku yang dibaca adalah buku- buku dongeng. Ketertarikan saya pada buku cerita mungkin karena waktu kecil, saya sering dibacakan dongeng oleh salah seorang tante saya dengan gaya yang sangat menghibur. Saya ketika kecil juga merupakan seorang anak yang pendiam dan pemalu. Sifat pemalu ini masih terbawa sampai sekarang. Saya juga merupakan seorang anak yang tertutup, termasuk kepada orangtua saya. Ketika balita, saya tinggal di rumah kakek nenek dari ibu saya, atau yang biasa saya panggil nini dan aki. Hal ini dikarenakan kedua orangtua saya bekerja sehingga jika tinggal di rumah sendiri tidak akan ada orang yang menjaga saya. Maksud lainnya adalah untuk menemani nenek dan kakek, karena tidak adalagi anak- anak mereka yang tinggal di rumah itu.
Saat saya berumur tiga tahun terjadi kerusuhan besar atau yang dikenal dengan “Kerusuhan Mei 98” yang terjadi pada tanggal 13-15 Mei tahun 1998. Kerusuhan ini diawali oleh krisis ekonomi global (bermula pada tahun 1997) yang turut dirasakan Indonesia, dimana kurs dollar terhadap rupiah melonjak tajam yang berujung pada PHK masal,  dan dipicu oleh Insiden Trisakti dimana 4 mahasiswa universitas trisakti tewas pada demonstrasi tanggal 12 Mei. Kerusuhan ini berujung pada mundurnya Presiden Suharto digantikan wakilnya pada saat itu, Bacharuddin Jusuf Habibie.

                Saat berumur 4 tahun, tepatnya pada tahun 1999, seperti kebanyakan anak balita lainnya saya didaftarkan ke taman kanak- kanak. Kebetulan saya tidak masuk ke kelas playgroup karena orangtua saya menganggap bahwa kelompok bulan tidaklah terlalu penting. Saya masuk ke TK Bakti Mulya 400 yang berada di daerah pondok indah. Pada tahap pendidikan ini, saya mulai diajarkan mengaji, menghitung sederhana, dan hal- hal sederhana lainnya. Tetapi tentu saja semua proses dilakukan sambil bermain. Pada saat TK, saya dan teman- teman pernah memenangkan lomba bola keranjang antar TK se-DKI Jakarta. Sejujurnya saya sangat merindukan kehidupan taman kanak- kanak yang dipenuhi dengan permainan. Tidak ada kekhawatiran tentang nilai jelek. Setiap hari kami belajar sambil bermain, tidak ada pelajaran yang memusingkan seperti kimia atau fisika seperti saat di SMA. Pada tahun ini, diadakan Pemilihan Umum Anggota DPR dan DPRD yang dimenangkan oleh PDIP diikuti oleh Golkar dan PPP
    Ketika saya berumur 5 tahun, aki meninggal dunia karena serangan jantung. Itu adalah kali pertama saya kehilangan anggota keluarga besar. Padahal selama ini aki terlihat begitu sehat, dan beberapa minggu sebelum kematiannya membelikan dan membacakan saya buku komik kabayan. Mungkin karena saya masih kecil, maka pada saat itu saya tidak terlalu mengerti dengan apa itu kematian. Saya sangat sedih karena tau bahwa kakek tidak akan pernah kembali ke rumah. Pada tahun inilah Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi presiden menggantikan Gusdur.
                Setelah mengalami masa- masa yang menyenangkan di taman kanak- kanak, saya akhirnya lulus pada tahun 2001. Dan kemudian jenjang pendidikan selanjutnya pun akan saya tapak.

Masa Sekolah Dasar
                Saya melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar pada tahun 2001 pada umur 6 tahun. Program wajib belajar 9 tahun saya mulai di SD  Bakti Mulya 400, melanjutkan dari taman kanak- kanaknya. Saya masuk ke sekolah ini sebagai angkatan yang ke-17. Sekolah swasta ini berdiri dibawah naungan Yayasan Badan Kerja Sama Pendidikan Bakti Mulya 400 dan merupakan sekoln yang didirikan atas kerjasama ikatan keluarga tentara pelajar battalion 400 dan yayasan pondok mulya. Kebetulan, aki adalah salah satu pendiri dari sekolah ini dan sebelum kematiannya, beliau berwasiat agar salah seorang dari anaknya melanjutkan untuk mengurus sekolah ini. Akhirnya ibu sayalah yang bekerja disini sebagai orang yayasan yang mengatur bagaimana sekolah berjalan.
                Memiliki orangtua yang berkerja di sekolah dimana anda belajar cukup memberikan kesan, kemudahan, dan kejengkelan. Mudahnya, apabila saya terlupa akan sesuatu atau saya ingin jajan, saya tinggal pergi ke ruangan ibu saya. Tetapi risih pula karena semua guru berperilaku seakan- akan sudah mengenal saya, meskipun banyak diantara mereka yang tidak saya kenal. Pada saat saya kelas 2, saya memenangkan lomba kelengkapan baju daerah pada peringatan hari sumpah pemuda. Bom bali pertama juga meledak pada saat saya berada di tingkat pendidikan ini. Pada saat saya kelas 3, saya dan seorang teman memenangkan lomba membuat maket antar satu angkatan. Kami mendapatkan piala pada awalnya, namun nasib piala itu tidak jelas ketika ingin kami dupliket di koperasi. Saya juga memenangkan lomba membuat mawar dari kertas crepe dalam lomba peringatan hari ibu. Kebetulan wali kelas saya pada saat kelas 3 adalah guru bahasa Indonesia, dan beliau sangat kreatif. Kebanyakan waktu pelajaran bahasa Indonesia kami dihabiskan dengan berlatih drama. Kelak drama itu ditampilkan dalam berbagai acara, salah satunya dalam penampilan akhir tahun ajaran. Di SD saya, terdapat acara pentas seni yang diadakan setiap 2 tahun sekali. Kegiatan pentas seni ini dimulai dari angkatan saya ketika kami duduk di kelas 2, tepatnya tahun 2002. Acara perdana ini diselenggarakan di Goethe hauss institute. Sementara pentas seni kedua pada tahun 2004, ketika saya kelas 4 berpindah tempat menjadi di teater tanah airku, TMII. Pada kedua pagelaran itu, saya selalu tampil sebagai anggota paduan suara. Ketika libur kenaikan kelas 3 menuju kelas 4, adik saya yang bernama Kasandika Andariefli lahir, 6 bulan sebelum terjadinya bencana tsunami yang menewaskan ratusan ribu orang. Total perbedaan umur diantara kami adalah 9 tahun. Dalam bidang politik, Golkar berhasil memenangkan pemilihan umum yang mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla menjadi Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat. Kelas 5 adalah saat- saat yang entah mengapa paling menyenangkan diantara seluruh tahun ajaran. Pada kelas 5 semester 2, saya mengikuti program pembinaan dokter kecil. Kemudian kami dilantik saat berada di kelas 6 semester pertama. Bangga sekali rasanya menjadi dokter kecil, walaupun kami tidak mempunyai pekerjaan sama sekali kecuali jika tiba- tiba ada teman kami yang pingsan, yang untungnya tidak pernah terjadi. Saya lulus dari sekolah dasar pada tahun 2007, dimana saat wisuda saya terpilih menjadi perwakilan siswa yang menyampaikan kata sambutan. Kebetulan saat di SD saya tidak mengalami masalah dalam belajar yang berarti, sehingga Saya berhasil mengakhiri pendidikan saya di sekolah dasar dengan prestasi sebagai peringkat 3 siswa terbaik.       
        
Masa Sekolah Menengah Pertama
                Tahun 2007, saya memilih untuk masuk ke SMP Labschool Kebayoran. SMP Labschool terkenal dengan kualitasnya dan tesnya yang katanya sangat sulit. Saya juga ingin mencari pengalaman baru dengan bersekolah di tempat yang sama sekali baru. Bener saja, tes masuknya sangat sulit dan saingat yang banyak pada awalnya membuat saya sedikit pesimistis akan diterima. Namun ternyata, saya lulus! Saya diterima menjadi angkatan ketujuh SMP Labschool Kebayoran. Bahkan saya berhasil menjadi 50 besar sehingga mendapatkan undangan untuk mengikuti program akselerasi. Pada awalnya, saya dan juga dirasakan oleh teman- teman calon aksel yang lain, kami berpikir bahwa jika kami masuk ke kelas akselerasi, maka kami tidak akan bisa menikmati masa- masa SMP. Tetapi akhirnya, entah dengan sedikit “paksaan” dari orangtua atau motivasi pribadi, terbentuklah kelas akselerasi angkatan ketujuh SMP Labschool Kebayoran dengan anggota 21 orang.
Belajar di kelas akselerasi ternyata memang tidak semudah itu. Penyampaian materi oleh guru dilakukan sangat cepat karena harus mengejar waktu yang sedemikian singkat. Hal ini membuat saya kewalahan. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai terbiasa dengan ritme belajar di kelas ini. Masalah yang paling besar bukan datang dari luar, melainkan dari dalam kelas sendiri. Tahun pertama di kelas akelerasi diwarnai dengan berbagai konflik yang menguras energi dan pikirian. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kekompakan kelas yang sebenernya adalah pegangan kami untuk bertahan. Masalah ini terus bergulir sehingga pada akhirnya kami harus kehilangan salah seorang teman kami yang pindah pada akhir tahun pertama. Sebuah kegagalan besar memang, tetapi hal itu membuat kami sadar bahwa tidak ada jalan lain kecuali berubah. Akhirnya kelas kami menjadi lebih kompak dan yang terpenting menjadi jauh lebih menyenangkan. Awal tahun 2008, aksel kami dan angkatan 6 lainnya mengikuti kegiatan Bimensi. Bimensi atau bina mental siswa Indonesia adalah acara tahunan SMP Labschool Kebaoyran dimana selama 5 hari kami dilatih oleh para tentara. Kegiatan ini diselenggarakan den tujuan untuk melatih ental dan fisik siswa. Bimensi yang saya dan teman- teman ikuti diadakan di markas marinir, cilandak, Jakarta. Kegiatan ini sangatlah melelahkan secara lahir dan batin. Dan saya senang sekali ketika acara ini selesai. Seru memang untuk dikenang, tetapi saya menolak jika ditawari untuk mengikutinya sekali lagi.
Pada bulan Mei, saya dan beberapa teman akselerasi diundang untuk menjadi pembicara dalam acara World Book Day mewakili Teras Book Club, sebuah klub buku yang didirikan guru bahasa Indonesia kami. Saya menjadi pembicara dalam acara bedah buku “ayat ayat cinta”. Acaranya sendiri cukup menarik, dan saya berhasil mengatasi rasa gugup untuk berbicara didepan orang banyak. Inipun menjadi pengalaman yang berharga bagi saya.
Pada akhir tahun pertama saya di kelas akselerasi, tepatnya pada pertengahan tahun 2008, keluarga saya mendapatkan berita duka, adik saya yang ketika itu berumur 4 tahun divonis mengidap kanker darah atau biasa disebut leukemia. Tetapi tuhan memang maha pengasih lagi maha penyayang, adik saya “hanya” terkena kanker leukemia dengan jenis yang paling ringan dan masih dalam stadium awal. Menurut dokter, pengobatannya akan memakan waktu paling minimal 2 tahun. Masa awal- awal pengobatan inilah yang paling berat. Tentu saja kehidupan sehari- hari saya terganggu secara tidak langsung. Misalnya kadang saya ditinggal sendiri di rumah karena orangtua menemani adik yang sedang kemoterapi di rumah sakit. Atau ketika akhir minggu maka sayalah yang akan pergi ke rumah sakit. Konsentrasi saya agak terpecah, padahal saat itu sudah menjelang ujian semester. Yang mampu membuat saya bangkit adalah dukungan dari teman- teman sekelas saya. Mereka selalu memberikan support dan penghiburan. Ini adalah salah satu hal yang tidak akan pernah saya lupakan, dan saya akan selalu merasa bersyukur bertemu mereka.
Ketika SMP saya memilih untuk mengikuti ekskul gamelan. Alasannya, karena kebetulan jadwalnya cocok dan saya cukup tertarik karena jarang ada sekolah yang memiliki peralatan gamelan. Pada pertengahan tahun 2008, ketika sedang libur kenaikan kelas, tim gamelan kami dipilih untuk tampil mengiringi para dalang cilik dalam acara pameran produk Indonesia. Acaranya diadakan di JCC dan kami menjadi acara penutup. Latihan keras kami selama kurang lebih 3 bulan akhirnya terbayar dengan kebahagiaan karena pentas kami sukses. Pada tahun 2008 pula, Tahun Kunjungan Indonesia 2008 atau Visit Indonesia 2008 dilaksanakan oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Tahun kedua sekaligus terakhir di SMP sangat disibukan dengan persiapan menuju ujian nasional dan tes masuk sekolah menengah atas, selain itu juga terdapat program Problem Based Learning untuk anak kelas akselerasi. Sebenernya intinya hanya membuat karya tulis, yang juga dilakukan oleh siswa reguler. Namun bedanya, kami diuji oleh para ahli dalam bidang yang kami ambil. Penguji saya adalah seorang direktur rumah sakit, dan juga aktif dalam WHO, sehingga saya cukup gugup ketika menghadapi hari presentasi. Namun ternyata beliau sangat baik, dan memberikan banyak masukan yang membangun. Salah satu pengalaman berharga lain yang saya dapat di SMP.
 Bimbingan belajar, tryout, dan latihan soal mengiringi proses menuju pendidikan di jenjang selanjutnya. Keadaan kelas pun makin menyenangkan sehingga sedih rasanya jika mengingat bahwa sebentar lagi kami akan berpisah. Siap atau tidak siap, waktu akan terus berjalan dan mengantarkan kita pada proses selanjutnya. Pada tahun 2009, akhirnya saya secara resmi lulus dari SMP Labschool Kebayoran bersama dengan Angkatan 6, Averla Sixeras. Saat itu, masyarakat dihebohkan dengan kasus Prita Mulyasari yang dituntut oleh RS Omni Internasional. Masalah ini bergulir cukup lama dan bahkan memunculkan gerakan “Koin Untuk Prita” demi membantu beliau membayar denda yang dituntut oleh pihak rumah sakit.

Masa Sekolah Menengah Atas
Setelah menjalani dua tahun yang cukup berat di SMP, saya masih cukup mencintai Labschool sehingga memilih untuk melanjutkan studi saya disini. Tentunya teman- teman dari SMP Labschool juga cukup banyak, namun tak sedikit pula teman baru yang berasal dari sekolah lain. Ketika mendaftar ulang SMA, saya sangat senang karena tidak mendapatkan surat undangan akselerasi. Namun ternyata hal itu tidak berlangsung lama karena kemudian orangtua saya ditelpon dan diberitahu bahwa ternyata saya mendapat surat undangan, dan kemarin tertinggal untuk diberikan. Saya sudah berniat dalam hati untuk tidak menerima kesempatan tersebut, tapi lagi- lagi orangtua saya mengatakan sayang kalau tidak dicoba terleih dahulu, kalau memang benar- benar tidak cocok baru keluar. Dan sayapun akhirnya mengikuti nasihat itu. Jadilah saya masuk kelas akselerasi untuk kedua kalinya.
Tidak lama setelah saya SMA, kembali terjadi Bom di hotel JW Marriot, Kuningan. Pada saat yang hampir bersamaan terjadi kontroversi tari pendet, dimana sebuah tayang iklan discovery TV menayangkan tari pendet sebagai kebudayaan Malaysia
Di SMA ini untuk pertama kalinya saya mengikuti kursus diluar sekolah. Saya mengikuti kursus bahasa perancis dan saksofon. Mengapa dua les tersebut? Karena tadinya saya berniat melanjutkan studi di luar negeri, dan jika kita bisa berbahasa asing pasti ilmu itu akan terpakai dan akan memudahkan kita nantinya. Sementara saksofon karena saya menyukai musik jazz dan kagum dengan para musisi itu. Juga karena orang yang bisa bermain saksofon masih terbilang jarang. Kesibukan ini pulalah yang mungkin membuat nilai semester pertama saya di kelas akselerasi tidak berjalan dengan cukup baik. Nilai yang kurang dari ketuntasan akhirnya membuat saya diturunkan kembali ke kelas reguler. Meskipun sedikit kecewa, namun saya bersemangat karena akhirnya keinginan saya untuk belajar di kelas biasa terwujud juga.
Kegiatan wajib yang harus diikuti setelah MOS oleh para siswa baru adalah Trip Observasi. Ini adalah program dimana kita pergi ke sebuah desa dan tinggal di rumah penduduk selama 5 hari. Tentu tidak hanya sekedar datang dan menginap, tapi kami juga melakukan penelitian, peduli kehidupan desa, dan mengetahui kegiatan orangtua asuh kami masing- masing. Acara ini merupakan yang paling menyenangnkan menurut saya, dan sejujurnya merupakan alasan kenapa saya ingin masuk ke SMA ini. Dalam kegiatan pra-TO pula, angkatan 9 SMA Labsky mendapatkan nama angkatan, Nawa Drastha Sandyadira!
Saat semester 2, dibuka tawaran untuk mengikuti misi budaya dalam bentuk sebuah festival internasional yang diadakan di Prancis. Dan saya pun diijinkan ikut oleh orangtua saya. Kami berangkat ketika bulan Juli, setelah melalui latihan yang berat sejak bulan Januari. Festival sangat menyenangkan. Disana kami bisa bertemu dan melihat kebudayaan negara lain. Saya juga bangga karena pertunjukan kami disana selalu mendapat apresiasi yang meriah dari para penonton. Senang sekali rasanya mendapatkan sebuah standing applause untuk Indonesia. Selesai festival, kami melanjutkannya dengan wisata ke berbagai negara di eropa barat. Liburan yang sangat menyenangkan dan sangat sangat berharga.
Pada bulan sebelum keberangkatan ke eropa, adik saya mendapatkan remisi setelah berjuang melawan kanker selama kurang lebih dua tahun. Semoga kedepannya penyakit itu tidak akan pernah datang lagi. Amiin.
Di kelas 11, saya berhasil masuk ke jurusan IPA. Kehidupan kelas 11 bisa dibilang lebih menyenangkan dibandingkan kelas 10. Meskipun materi pelajaran semakin sulit, ulangan menghantui dan tugas selalu menumpuk, namun secara umum terasa lebih menyenangkan. Sekarang, tinggal dua bulan tersisa sebelum kelas 11 berakhir. Dan tahun depan saya akan mulai berhadapan dengan ujian- ujian masuk perguruan tinggi dan ujian nasional. Semoga waktu yang tersisa ini dapat saya gunakan dengan sebaik- baiknya agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

Mimpi Masa Depan
                The most pitiful among men is he who turns his dream into silver and gold- Kahlil Gibran
                Pepatah ini adalah pedoman saya dalam memilih profesi saya nantinya. Awalnya saya cukup bingung dalam memilih cita- cita. Namun akhir- akhir ini saya semakin mantap untuk menjadi dokter.     Tahun depan, saya akan lulus UN dengan hasil yang sangat baik. Kemudian semoga saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah mendapat gelar sarjana, saya akan meneruskan dengan mengambil spesialisasi bedah saraf. Insya Allah, saya akan mencari beasiswa agar bisa bersekolah di luar negeri. Kemudian saya akan kembali ke Indonesia dan menjadi dokter yang profesional. Tidak hanya profesional tapi juga menjadi dokter yang berguna dan dekat dengan masyarakat. Tujuannya adalah menciptakan Indonesia yang lebih sehat pada masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar