Selasa, 12 April 2011

Biografi Ferdie Reinaldo

16 TAHUN HIDUP SAYA

Nama saya Ferdie Reinaldo saya lahir di Jakarta pada tanggal 28 September 1994. Saya merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakak perempuan saya bernama Alvina Larisa yang berumur 4 tahun lebih tua dari saya dia lahir pada tanggal 1 November 1990. Saya merupakan anak dari pasangan Johan Suhada dan Alm. Lidya Anggraini. Saya menjalani masa TK saya di sebuah sekolah swasta yang bernama Adik Irma, sekolah ini berlokasi di daerah Tebet dekat dengan Pancoran, saya menjalani masa TK saya dari playgroup. Sewaktu saya masih di taman kanak-kanak saya diberitahu olah  orang tua saya bahwa saya pernah diajak tur sampai ke Alaska. Saya bahkan hampir tidak bisa mengingat apapun bahwa saya pernah ke Alaska dan melaksanakan tur bersama keluarga besar saya. Memang dahulu sebelum krisis moneter saya sering diajak pergi ke luar negeri sayangnya saat itu saya masih sangat kecil dan tidak dapat mengingat momen-momen saat saya pergi berwisata. Setelah krisis moneter saya dan keluarga saya hampir tidak pernah lagi pergi keluar negeri karena biaya transport dan hal-hal lainnya sangat mahal.

Ketika saya masih duduk di bangku taman kanak-kanak saya tinggal di daerah Cibubur satu komplek dengan oma saya dan salah satu om saya. Saat TK saya merupakan salah satu anak yang bisa dibilang hiperaktif saya sangat sering bermain ketika istirahat bahkan saat sedang belajar. Sewaktu TK saya juga ingat bahwa saya pernah memenangi lomba tari dan menggapai juara pertama di Ancol, saya mengingatnya karena itu merupakan salah satu piala pertama saya yang saya dapat dalam hidup saya dan saya sangat senang karena waktu itu setiap saya melihat meja belajar kakak saya, saya selalu melihat banyak sekali piala-piala milik kakak saya yang didapat karena prestasinya. Memang kakak saya bisa dibilang sebagai salah satu anak yang paling pintar di sekolah saya. Kakak saya juga menjalani pendidikannya sekolah dasarnya di Adik Irma. Ia dapat dibilang salah satu anak yang paling pintar karena dari kelas 1 SD hingga dia lulus dia selalu mendapatkan peringkat 1 dan nilai terbaik di kelasnya. Beruntung bagi saya bahwa orang tua saya bukan tipe orang tua yang suka membanding-bandingkan saya dengan kakak saya. Orang tua saya hanya menuntut saya untuk melakukan hal terbaik yang bisa saya lakukan. Ketika saya TK, lingkungan sosial saya sangat mendukung saya untuk menjadi anak yang aktif dan dapat berkembang disebabkan karena ketika saya masih TK guru dan orang tua saya sangat mendukung perkembangan saya dan mensupport saya.

Selulusnya dari TK saya melanjutkan ke SD Adik Irma. Saya memilih untuk memasuki Adik Irma lagi untuk bisa satu SD dengan kakak saya padahal waktu itu almarhumah ibu saya mengajak saya untuk sekolah di Bakti Mulya di Pondok Indah namun saya menolak karena saya ingin bersama kakak saya. Sewaktu masuk SD saya masuk ke kelas AB atau anak berbakat di sekolah saya seperti kakak saya, di kelas itu hanya terdapat kurang dari 15 orang. Seiring berjalannya waktu, teman-teman saya di kelas AB tersebut keluar satu per satu, ada yang disebabkan karena tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah ini dengan baik, bahkan ada yang dipindahkan orang tuanya karena takut anaknya yang Kristen berpindah agama ke Islam karena dia satu-satunya pelajar yang beragama Kristen di kelas saya. Akhirnya pada kelas 3 SD hanya tinggal 4 siswa yang berada pada kelas AB tersebut, memang masih ada kelas A1 dan A2 yang berisi lebih dari 20 siswa, namun 4 orang itu sangat sedikit bagi satu kelas dan persaingan untuk mencapai rangking satu menjadi sangat ketat. Tidak seperti kakak saya, prestasi saya di SD naik turun. Pada kelas 1 dan 2 saya masih bisa mencapai rangking satu atau rangking dua namun saat beranjak ke kelas 3 dan seterusnya saya merasa keteteran dengan teman-teman saya yang semakin rajin saja belajarnya, namun saya malah lebih sering bermain dengan konsol PS milik kakak saya. Sewaktu di SD saya hampir tidak pernah mencicil pelajaran saya hanya belajar satu hari sebelumnya tetapi saya bisa mengikuti pelajaran di sekolah saya. Pada saat saya masih di SD mendapatkan nilai 7 sudah merupakan hal yang buruk bahkan saya tidak pernah mendapatkan nila di bawah 7 bahkan remed. Karena hal ini saya masih mengingat satu hal yaitu ketika saya kelas 5 ada guru matematika baru yang mengajar di sekolah saya pada saat ulangan saya mendapatkan nila 54 dan saya mengalami shock karena saya belom pernah mendapatkan nilai seburuk ini selama saya di SD, dan saya takut memberitahukannya kepada orangtua saya. Namun setelah orangtua saya tahu mereka bilang bahwa itu tidak apa-apa yang penting saya sudah melakukan yang terbaik. Setelah kejadian itu hingga lulus saya tidak pernah mendapat nilai dibawah tujuh lagi. Saat mau naik ke kelas 6 saya disuruh sunat olah ayah saya karena umur saya sudah semakin bertambah dan tidak lama lagi saya akan mengalami mimpi basah kata ibu saya. Akhirnya saya pun melakukan sunat di rumah sakit tempat ayah dan ibu saya bekerja yaitu Rumah Sakit Polri yang terletak di  Kramat Jati. Saat saya menduduki bangku sekolah dasar lingkungan sosial saya kurang mendukung untuk mengikuti pelajaran dengan baik dikarenakan ayah dan ibu saya yang bercerai ketika saya masih kelas tiga SD. Itu menyebabkan saya tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan membuat saya semakin bandel karena waktu itu saya hanya tinggal bersama ibu dan kakak saya.

Saat saya menduduki kelas 6 SD saya mengalami kesulitan mengikuti pelajaran dan akhirnya pada saat UAN pun di mana ketiga teman saya menjadi siswa yang mendapat nilai-nilai UAN terbaik saya tidak. Saat saya mau memasuki SMP saya berpindah rumah dari Cibubur menuju ke Pondok Indah karena rumah yang di Cibubur mau dikontrak dan opa dan oma saya dari papa ingin berpidah rumah dari rumahya di Pondok Indah ke Permata Hijau. Jadi saya tinggal di rumah opa dan oma saya yang lama. Ibu saya pun menganjurkan saya untuk masuk ke SMP Labschool Kebayoran. Semasa SMP saya merupakan anak yang pendiam dan pemalu menurut saya. Saat menginjak ke kelas 8 saya mengikuti program dari sekolah yaitu BIMENSI salah satu pengalaman yang tak akan bisa terlupakan oleh saya dan teman satu angkatan saya. Saat kelas 9 kita menjalani pendalaman materi untuk menghadapi UAN yang disebut paket. Sebelum UAN saya mengalami salah satu kejadian yang sangat menyedihkan yaitu ibu saya meninggal dunia pada 6 Februari 2009 saya pun tinggal sendiri di rumah saya karena kakak saya lebih sering tinggal di kosnya karena dia waktu itu telah masuk ke universitas SGU di BSD sedangkan ayah saya tinggal di rumahnya sendiri di daerah Condet karena ketika saya SD orang tua saya cerai. Hal ini membuat lingkungan sosial saya menjadi sangat tidak mendukung karena tidak ada yang bisa membimbing saya secara langsung ketika itu dan saya pun tidak dapat belajar dengan benar dan akhirnya saya tidak dapat mencapai nilai maksimal dalam UAN saya. Akhirnya UAN pun tiba dan saya mendapat hasil di bawah harapan saya yaitu NEM dengan total 36.2 padahal saya mengharapkan untuk mendapat 38 ke atas karena waktu itu saya mengincar untuk masuk ke 8 karena saya tidak dapat masuk ke SMAN 8 saya pun bingung untuk memilih antara 70 atau Labschool lagi akhirnya ayah saya yang memilihkan supaya saya masuk ke Labschool Kebayoran lagi. Setelah UAN saya pun berpacaran dengan Reine Endika Juwita salah satu teman sekelas saya ketika kelas 7 dan kita pun masih berhubungan hingga sekarang.

Saat di SMA Labschool Kebayoran pun saya tidak mengalami kesulitan untuk berteman karena banyak teman dari SMP saya yang masuk ke SMA yang sama dengan saya lagi walaupun ada beberapa yang telah beda sekolah. Saat masuk ke SMA saya dikejutkan dengan pelajaran-pelajaran baru target-target yang baru dan remedial yang sering saya alami. Sewaktu kelas 10 saya masih dikejar dengan target untuk masuk ke jurusan IPA karena saya memang lebih suka mata pelajaran IPA dibanding IPS. Akhirnya setelah berusaha dan mendapat nilai rata-rata yang pas-pasan yaitu 71.9 sedangkan nilai rata-rata yang dibutuhkan adalah 70. Pada saat semester satu saya mendapatkan rangking ke 6 dari 30 siswa lebih tetapi di semester dua prestasi saya menurun jauh menjadi ranking tiga puluh dua namun saya sangat bersyukur karena saya masih dapat masuk ke jurusan yang saya inginkan. Tidak terbayangkan oleh saya jika saya sampai masuk ke jurusan IPS karena saya memang tidak menyukai jurusan dan mata pelajaran social kecuali sosiologi. Namun di mata pelajaran IPA pun saya mempunyai pelajaran yang kurang saya kuasai bahkan dari kelas sepuluh yaitu mata pelajaran kimia walaupun terkadang saya mendapat nilai bagus namun entah mengapa saya suka merasa saya tidak menguasai kimia sebaik saya menguasai mata pelajaran IPA yang lain.

Pada saat saya di SMA terlebih pada saat kelas sepuluh banyak sekali kegiatan-kegiatan dari sekolah yang wajib saya ikuti. Pertama jelas mos, masa orientasi siswa namun saya pernah melewatinya di SMP jadi saya sudah bisa dibilang terbiasa dengan hal ini apalagi mos saat SMA hanya memakan waktu selama tiga hari dan kita pulang pukul tiga sore sedangkan saat SMP kita melaksanakan mos selama lebih dari tiga hari yaitu lima hari dan kita baru pulang pukul lima sore jadi sangat terasa perbedaannya. Setelah selesai melaksanakan kegiatan mos kita langsung disuruh untuk mengikuti kegiatan TO atau trip observasi. Kegiatan ini memang menyenangkan namun kegiatan sebelom trip observasi ini yaitu pra-to yang membuat saya malas menjalaninya. Karena pada saat kegiatan ini keita kerjaannya selalu dikerjai dan dimarahi terus-menerus, bahkan kita selalu sengaja dibuat untuk membuat kesalahan jadi kita selalu mendapat teguran dan sebagainya. Perlengkapan dari pra-to ini juga sangat menyulitkan yaitu pengecatan tongkat serta nametag yang harus dibuat dalam waktu yang ditentukan sangat sulit untuk membuat keduanya karena dibuat sebegitu rumitnya seperti terlihat menyusahkan peserta.

Tetapi setelah pra-to kita mendapatkan waktu yang lumayan menyenangkan dibanding dengan pra-to yaitu kegiatan to itu sendiri. Saat tip observasi tersebut kita pergi ke pedesaan untuk tinggal bersama warga setempat selama lima hari. Setelah kegiatan trip observasi kegiatan BINTAMA pun menunggu, semua alumni SMP Labschool pun bisa dibilang takut untuk menghadapi pelatihan seperti ini lagi, hal ini disebabkan karena saat SMP sudah pernah mengalami pelatihan yang dapat dibilang sangat parah untuk taraf siswa SMP karena merupakan pelatihan terparah selama kegiatan BIMENSI tersebut pernah dilaksanakan sampai banyak orang tua siswa yang memprotes.

Tetapi ternyata kegiatan BINTAMA jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan kegiatan BIMENSI, kita diperlakukan dengan sangat baik fasilitasnya pun sangat memadai ada shower untuk mandi toiletnya pun toilet duduk bukan toilet jongkok, makanannya saja prasmanan. BINTAMA itu bisa dibilang pengalaman yang biasa-biasa saja. Sebelum BINTAMA pun kami mempunyai kegiatan yaitu studi lapangan, kelas 10 ke Bandung kelas 11 ke Yogyakarta dan kelas 12 ke Bali. Setelah naik kelas ke kelas 11 dan memasuki jurusan IPA saya sudah merasa lega karena kegiatan-kegiatan yang tidak menyenangkan sudah saya lewati dan di kelas 11 tinggal fokus ke belajar dan ada studi lapangan ke Yogyakarta yang bisa dibilang lebih ke pariwisata walaupun ada tugas yang diberikan namun siswa bisa berekreasi dengan leluasa bahkan diberikan fasilitas tinggal di hotel berbintang. Sekarang saya baru menjalani pendidikan sampai ke kelas 11 SMA dan saya belum mengetahui ingin masuk ke universitas apa dan fakultas apa. Ini disebabkan karena saya tidak mempunyai orang tua yang membimbing saya secara langsung karena ayah saya tinggal beda rumah dengan saya dan kakak saya sekarang sudah magang di Jerman, lingkungan sosial seperti ini membuat saya tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan bahkan sampai saya tidak bisa memutuskan masa depan saya serta tempat kuliah juga fakultas yang saya inginkan.

Tetapi sekarang saya pun masih bercita-cita untuk menjadi dokter dan pergi kuliah ke Singapur untuk sekolah di NUS atau National University of Singapore karena di sana terdapat fakultas kedokteran yang sangat bagus dengan biaya yang tidak begitu mahal jika dibandingkan dengan pelajaran yang didapat, namun niat ini mulai meredup karena saya berfikir bahwa saya memang tidak cocok menjadi dokter, hal ini bisa terjadi karena waktu ada praktek biologi yaitu saat praktek membedah katak saya merasa jijik. Sekarang saya berfikir untuk menjadi seorang developer game, orang yang membuat game. Saya ingin menjadi developer game karena bermain game merupakan salah satu hobi saya dan saya sangat menyukai game sampai saya bercita-cita untuk membuat game-game berkualitas dan meningkatkan gaming di Indonesia.

Namun sepertinya saya tidak akan melakukan hal itu melainkan saya ingin mengambil teknik sipil, hubungan internasional, atau menjadi arsitek. Sekarang saya sangat ingin mengambil hubungan internasional karena sepertinya menjadi dubes Indonesia di Negara asing itu sangat menyenangkan dan seru. Menjadi diplomat Negara dan menjalin hubungan baik dengan Negara lain mengadakan kerjasama, perjanjian internasional dan hal-hal seperti itu. Sampai sekarang pun saya belum memastikan visi dan misi saya ke depan. Sejak kecil saya ingin menjadi astronot karena sepertinya sangan keren jika saya bisa naik pesawat luar angkasa dan pergi ke bulan lalu memakai pakaian astronot yang waktu itu saya bilang sangat keren. Namun sepertinya sangat susah untuk menjadi astronot dan mempunyai resiko yang sangat amat besar. Jadi setelah lulus nanti saya mungkin akan mengikuti jejak kakak saya yaitu ke SGU dan mengambil bio-technical engineering yang bekerja pada bidang peralatan kesehatan. Tetapi biaya untuk kuliah di SGU itu tidaklah semurah kuliah di negeri. Saya pun memutuskan untuk masuk ke UI dan mengambil FKGUI yaitu fakultas kedokteran gigi UI mengikuti jejak ibu saya, lalu saya akan mengambil spesialis dan saya akhirnya bekerja sebagai seorang ortodontis dan membuka praktek sendiri di rumah saya. Saya pun akan menikah dengan pacar saya Reine Endika Juwita dan saya akan tinggal di daerah Pondok Indah.















Demikian sejarah singkat dari hidup saya serta cita-cita saya di masa depan, terimakasih karena telah membaca sejarah singkat serta mimpi saya ini.

2 komentar:

  1. Great story, teruskan cita citamu di gaming industry atau tulis coding, algorithm. Masa depa banyak sekali membutuhkan programmer utk membuat segala macam apps. Semoga membantu.

    BalasHapus