Selasa, 31 Mei 2011

Saya dan Tokoh Sejarah

Saya mewawancara ayah saya untuk tugas ke-4 ini. Ayah saya memiliki nama lengkap Rendy Permata Martin. Tidak ada kejadian atau peristiwa khusus yang beliau alami secara detil selama hidupnya, namun perjalanan hidupnya dipenuhi oleh berbagai peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan sejarah dan menarik bagi saya. Beliau lahir di Manggar pada 17 Oktober 1963 dari pasangan Herny Effendi dan Khalil Effendi. Selama kurang lebih 1 tahun ayah saya tinggal di Manggar, dan selanjutnya pergi ke Jakarta untuk menetap karena alasan pekerjaan orangtua. Rumah pertamanya berada di Jl. Brawijaya, Kebayoran. Beliau mengikuti Taman Kanak-Kanak selama 2 tahun di TK Peruri. Pada saat itu, terjadi suatu peristiwa penting di Indonesia, yaitu G30SPKI atau gerakan 30 September. Dari cerita nenek saya (ayah saya masih terlalu kecil), mahasiswa yang tinggal di rumah tidak berani untuk keluar rumah. Keadaan sangat mencekam dan banyak orang yang dilarang untuk keluar dari rumah. Saya tidak mendapat cerita yang lebih lengkap karena ayah saya tidak mengingat kejadian tersebut.
Setelah lulus dari TK, ayah saya melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Dasar pada tahun 1969. Beliau SD di SD Mexico, sekolah dasar yang disubsidi oleh pemerintah Mexico sebagai salah satu bentuk kerjasama dengan pemerintah Indonesia. Dan pada saat yang bersamaan, pemerintah Indonesia juga membuka sekolah yang disubsidi oleh pemerintah di negara Mexico. SD ini unik, karena setiap upacara hari Senin, para pelajar diwajibkan menyanyikan 2 lagu kebangsaan dan menaikkan 2 bendera negara berbeda yaitu Indonesia dan Mexico. Sekolah ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960. Setiap tahunnya pada 17 Agustus, ayah saya mengikuti suatu kegiatan yang disebut Aubade(seperti paduan suara) di Balai Kota untuk bertemu dengan gubernur DKI yang pada saat itu adalah Ali Sadikin.
Tahun 1974, 15 Januari.
Pada tahun 1974, ayah saya sedang berumur 11 tahun dan masih berada dibangku SD. Tepatnya pada tanggal 15 Januari, terjadi suatu demonstrasi oleh para mahasiswa. Mereka melakukan protes terhadap kedatangan Perdana Menteri Jepang, yaitu Kakuei Tanaka. Mahasiswa berkumpul di daerah Senen, lalu setelah itu massa melakukan kerusuhan. Banyak produk-produk Jepang seperti mobil, motor yang dihancurkan oleh massa. Mahasiswa berpendapat bahwa Jepang hanya mementingkan ekspornya ke Indonesia tanpa mau membuka lahan kerja. Pada saat demonstrasi tersebut terjadi, sekolah diliburkan karena terlalu berbahaya. Perisitwa ini disebut Peristiwa Malari atau peristiwa lima belas Januari.

Pada tahun 1976, ayah saya memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP). Beliau bersekolah di SMP 12 yang pada saat itu merupakan sekolah favorit. Sehingga pada saat penerimaan siswa baru, ada 9 kelas yang dibuka dengan rata-rata 70 orang per kelas. Selama SMP, ayah saya diwajibkan untuk melaksanakan senam kebugaran jasmani. SKJ tersebut berlaku secara nasional, dimana seluruh siswa sekolah dari SD hingga SMA diwajibkan untuk melakukan senam tersebut. Padahal kapasitas normal satu kelas adalah 48 orang. Pada tahun 1979, pemerintah memperpanjang tahun ajaran sekolah selama 6 bulan. Sehingga kenaikan kelas yang harusnya terjadi pada bulan Desember, bergeser menjadi bulan Juli. Itulah yang terjadi pada ayah saya, beliau menjalani SMP dengan tambahan 6 bulan yang membuat beliau lulus pada tahun 1979.
Tahun 1978, November.
Pada bulan November, pemerintah menetapkan kebijaksanaan mengenai penyesuaian harga bahan bakar minyak dan nilai tukar rupiah didevaluasi. Mahasiswa kembali melakukan demonstrasi, menolak kebijakan tersebut. Kebijakan itu mengakibatkan keresahan di kalangan masyarakat karena meningkatkan harga-harga barang kebutuhan pokok. Harga-harga meningkat karena meningkatnya harga transportasi dalam mendistribusikan sembako tersebut. Kemudian devaluasi rupiah memperburuk keadaan karena banyak barang-barang modal yang diperlukan oleh industri dalam berproduksi ikut naik harganya.
Ayah saya melanjutkan pendidikannya ke SMA 11 pada tahun 1979. Letaknya di daerah Bulungan, dimana ada 3 buah SMA yang lokasinya berdekatan (SMA 9, SMA 11, SMA 6). Pada tahun 1982 SMA 11 dan SMA 9 bergabung menjadi satu dengan nama SMA 70 dan SMA 6 tetap SMA 6.
Tahun 1980
Terjadi suatu peristiwa politik dimana ada 50 orang mantan pejabat dan mantan petinggi militer yang mengajukan petisi/permintaan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Soeharto dianggap tidak berhasil dalam menjalankan pemerintahan yang pro kepada rakyat. Presiden Soeharto menanggapi permintaan tersebut dengan cara menangkap 50 orang yang menandatangani petisi tersebut, mereka dipenjara tanpa diadili.
Lulus pada tahun 1982, ayah saya melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Beliau kuliah selama 4,5 tahun dan setelah itu langsung kerja menjadi auditor keuangan di kantor akuntan lokal selama 2 tahun.
Tahun 1988
Pada tahun ini, ada paket kebijaksanaan yang mempermudah pendirian bank. Hal tersebut mengakibatkan banyak pengusaha yang berlomba-lomba mendirikan bank. Kebanyakan para konglomeratlah yang berhasil memanfaatkan peluang ini dengan menghimpun dana dari masyarakat ke dalam bank yang dimiliki untuk digunakan oleh perusahaannya sendiri. Selanjutnya, beliau pindah kerja menjadi konsultasi keuangan di Price Waterhouse selama 15 tahun.
Tahun 1997
Di tahun ini, banyak bank yang tutup. Akibatnya bank-bank Indonesia banyak yang tidak dipercaya oleh bank asing sehingga mengganggu ekspor-impor barang. Dampak lainnya adalah banyak masyarakat yang menarik uangnya dari bank karena sudah tidak percaya lagi. Untuk mengundang nasabah, bank menaikkan bunga hingga 70% serta suku bunganya juga. Akibat dari hal ini, banyak demonstrasi yang terjadi karena sudah terlalu banyak pengangguran dimana-mana. Akhirnya pun Presiden Soeharto mengundurkan diri, dan setelah itu digantikan oleh Habibi.
Ayah saya menikah pada tanggal 2 Januari 1994 dengan ibu saya, yaitu Annisyah Anwar. Kedua pasangan ini memiliki 5 anak dengan saya sebagai anak sulung, Faiza Adalia, Nadhira Kamila, Abdul Kareem Zimran, dan Mahira Khadijah. Pada tahun 2004, kami semua pindah ke perumahan di daerah Pondok Indah hingga sekarang.





Sekian, semoga bermanfaat! ;)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar