Senin, 30 Mei 2011
KUNJUNGAN KE MUSEUM POLRI
Kemarin hari Minggu, saya bertiga dengan teman sekelas saya, Astidira Apti dan Sabrina Tatya Aprisasuri berwisata dan berkunjung ke sebuah museum. Museum itu bernama museum Polri, yang terletak di Jl. Trunojoyo No. 1, Jakarta Selatan. Museum tersebut (kata orang-orang) adalah museum baru, ruangannya pun ber AC dan tampak sangat modern (dan menurut saya sendiri sangat bagus).
Museum Polri yang menampilkan ribuan foto dan berbagai benda bersejarah yang disajikan secara apik dan dilengkapi dengan fasilitas multimedia interaktif tersebut tampak sangat menarik. Semua barang yang terdapat di museum Polri tertata sangat rapih dan tampak sangat elegan, dan semua barang berada di dalam kaca jadi kami tidak bisa menyentuhnya dan merusaknya.
Museum Polri adalah museum yang sangat unik, museum ini memiliki banyak sekali ruangan, di dalam karangan ini saya akan menjelaskan dan mencantumkan ruangan-ruangan tersebut satu-persatu.
MUSEUM POLRI tersebut memiliki 3 lantai yang berfunitur modern dan cantik untuk dipandang mata. Banyak sekali fasilitas yang terdapat di Museum Polri, contohnya banyak layar-layar flatscreen dan tulisan-tulisan yang dipajang di seluruh museum, yang menjelaskan tentang kejadian-kejadian yang pernah terjadi tentang kepolisian di Republik Indonesia ini.
Saya dan dua teman saya pun berjalan ke lantai dua, yang mempunyai sebuah ruangan besar yang bernama RUANG TEMATIK. Ini adalah ruangan yang akan saya ceritakan pada hari ini. Disinilah, dijelaskan tentang banyak sekali peristiwa-peristiwa, oleh karena itu ini menjadi bagian favorit saya dari seluruh museum ini. RUANG TEMATIK ini terbagi atas 6 bagian, yang menceritakan tentang topik
1. RUANG KEPAHLAWANAN
Ruang kepahlawanan ini adalah ruangan yang menceritakan tentang kisah-kisah tentang pahlawan-pahlawan yang dulu mengabdi ke negara kami, dan di ruangan ini kisah-kisah ini pun diceritakan baik dengan multimedia maupun dengan tulisan-tulisan. Beberapa kisah yang di ceritakan, antara lain adalah:
- "Kisah Operasi Trikora"
Pada salah satu operasi dalam Tri Komando Rakyat (Trikora) pada 1962, Polri terlibat dalam penyusupan ke Rumbati, Papua (ketika itu bernama Irian Barat) dari Pulau Gorom di wilayah Kepulauan Seram. Penyusupan pertama pada 4 April 1962 mengalami kegagalan karena kerusakan perahu. Penyusupan dilakukan kembali pada 13 Mei. Namun, operasi penyusupan terlacak dan terkepung kapal angkatan laut Belanda. Perbandingan kekuatan yang tak seimbang membuat pasukan penyusup memutuskan menyerah setelah sebelumnya berhasil membuang semua dokumen rahasia agar tak jatuh ke tangan musuh. Pasukan pelopor ini kemudian ditempatkan di Pulau Hundi bersama pasukan dari kesatuan RPKAD, Brawijaya, dan Diponegoro yang juga tertangkap. Pada 7 Agustus, Komandan Detasemen Pelopor, AKP Anton Soedjarwo kembali mem- berangkatkan 65 pasukan pelopor dengan speedboat yang dipimpin Ajun Inspektur Pol. Hudaya Sumarya. Pasukan berhasil mendarat di Rumbati dan menguasai keadaan. Bersama penduduk Papua, pasukan pelopor ini melanjut- kan Operasi Trikora untuk merebut Papua.
- "Kisah Kapal Motor Levina I"
Pada 22 Februari 2007, sebuah Kapal Motor Penumpang (KMP) Levina I terbakar di perairan Kepulauan Seribu. Sekitar 50 orang dari penumpang dan awak kapal meninggal dalam kejadian tersebut. Tim investigasi dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang berkoordinasi dengan Markas Polisi Air Tanjung Priok melakukan penyelidikan ke bangkai kapal pada 25 Februari. Tim investigasi juga disertai oleh beberapa wartawan. Pada siang hari ketika penyelidikan sedang berlangsung, tiba-tiba bangkai kapal oleng dan tenggelam. Peristiwa itu menambah daftar jumlah korban jiwa dari terbakar dan tenggelamnya KMP Levina I. Selain menelan korban dua orang wartawan televisi, dua orang petugas Puslabfor yaitu Ajun Komisaris Besar Langgeng Widodo dan Komisaris Widiantoro gugur saat menjalankan tugas.
- "Mohammad Yasin"
Pada 21 Agustus 1945, Inspektur Polisi Mohammad Jasin, komandan Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa) Surabaya, menyatakan bahwa Tokubetsu Keisatsutai Surabaya menjadi Polisi Republik Indonesia dan segera melakukan tindakan-tindakan untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Sosok kelahiran Sulawesi ini menunjukkan semangat juang dan prestasi cemerlang ketika menjalan- kan tugas dari Kapolri Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodimodjo untuk membentuk Brigade Mobil. Saat itu, 1946, Mohammad Jasin menjabat Kepala Kepolisian di Karesidenan Malang. Kesatuan yang diresmikan pada 14 November 1946 di Purwokerto ini sejak awal berdirinya berjasa mengatasi ancaman keamanan dan ketertiban seperti pada peristiwa Agresi Militer Belanda dan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, serta peng- amanan jalan di wilayah Jawa Barat dari ancaman gerombolan DI/TII . Mohammad Jasin diangkat sebagai Bapak Brimob Kepolisian RI.
Itu adalah beberapa cerita yang saya dapat dan saya baca (dan catat) di ruangan Kepahlawanan dan Nilai Luhur. Masih ada beberapa cerita lainnya yang menyangkut dengan kepahlawanan dan nilai luhur, berikutnya ruangan yang saya kunjungi adalah ruangan SELINTAS SATUAN KEPOLISIAN. Beberapa informasi yang saya ambil dan catat dari ruangan tersebut adalah tentang:
- "Detasemen Khusus 88 Anti Teror"
Pascaperistiwa bom Bali 12 Oktober 2002, Kepala Kepolisian RI segera membentuk satuan khusus untuk menyelidiki, menangkap, dan membongkar jaringan teroris yang berada di balik peristiwa bom Bali. Pada 30 Juni 2003, satuan khusus tersebut diresmikan dengan nama Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88/AT) yang berada di bawah Struktur Badan Reserse Kriminal Polri. Pada 2008, keberadaan detasemen berlogo burung hantu berwarna hitam dan abu-abu ini diperbesar hingga ke tingkat Kepolisian Daerah. Selain berhasil menangkap pelaku dan membongkar jaringan pelaku bom Bali 2002, Densus 88/AT berhasil mengatasi berbagai kasus tindak terorisme di Indonesia.
- "Brigade Mobil"
Brigade Mobil (Brimob) berasal dari kesatuan Veld Politie di masa pemerintah kolonial Hindia Belanda dan Tokubetsu Keisatsutai di masa Pendudukan Jepang yang berarti Polisi Istimewa atau Polisi Bersenjata. Fungsi polisi istimewa adalah sebagai unit reaksi cepat kepolisian untuk melakukan pengamanan tanpa menghadirkan kekuatan militer. Dari anggota Tokubetsu Keisatsutai, Kepolisian RI mem- bentuk kesatuan Polisi Istimewa dengan nama Mobile Brigade (Mobrig) pada 14 November 1946. Penyebutan Mobrig kemudian berganti menjadi Brigade Mobil pada 1961. Sepanjang sejarahnya, kesatuan Brimob terlibat dalam berbagai operasi keamanan dan menjaga keutuhan Republik Indonesia.
Dan masih banyak sekali cerita yang terdapat di ruangan SELINTAS SATUAN KEPOLISIAN, yaitu diantaranya adalah tentang polisi udara, direktorat samapta, dan direktorat lalulintas.
Beberapa ruangan berikutnya yang ada di RUANGAN TEMATIK di antara lain adalah ruangan-ruangan ini, yaitu bagian PERLINDUNGAN, PELAYANAN, PENGAYOMAN, dan juga bagian KEJAHATAN DAN PENEGAKAN HUKUM, serta MINILAB DAN FORENSIK, dan juga PROFIL DAN SIMBOL.
Bagian favorit saya tentang PROFIL DAN SIMBOL, karena di bagian ini banyak sekali menunjukan lambang-lambang POLRI dari berbagai daerah, dan juga menjelaskan tentang makna lambang POLRI.
Itu adalah foto yang saya ambil dari depan museum Polri, di atas museum tersebut terdapat lambang Polri (yang juga terdapat di bagian PROFIL DAN SIMBOL).
"...Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti "Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa." Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.
Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa". Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham kepolisian di semua Negara yang disebut new modern police philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).
Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna sbb:
Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.
Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.
Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.
Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.
3 Bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. Sedangkan warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.
Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan..."
Itu adalah informasi yang kami dapatkan dengan mencatat di bagian PROFIL DAN SIMBOL. Kami juga melihat banyak sekali lambang-lambang kepolisian daerah yang beda-beda dengan makna yang berbeda-beda juga.
Salah satu bagian favorit saya dari MUSEUM POLRI ini adalah koleksi senjata nya yang lumayan lengkap. Beberapa senjata di antaranya adalah:
- Senapan Garand M1 - Termasuk jenis Karabin kaliber 30.06mm. Buatan Amerika tahun 1917, dengan panjang laras 26 inci memiliki jarak tembak efektif 400-500 m, dengan kecepatan peluru 760 m/ detik dan kecepatan penembakan 180 butir/ menit. Senapan ini direbut dari Belanda saat pertama Kepolisian RI terbentuk.
- Senapan Karabin Lee Enfield buatan Inggris tahun 1917 ini adalah senapan bahu yang digunakan pada awal terbentuknya Kepolisian RI. Senjata berkaliber .303 ini memiliki kapasitas amunisi 7 butir dengan jarak tembak efektif 400-500 m. Senapan ini didapat melalui rampasan dari tentara Belanda. Ketika itu senapan jenis ini juga digunakan oleh polisi di berbagai negara seperti Kanada dan India.
- Roket SPG 82 dengan nomor GA 143 ini adalah peluncur roket buatan Uni Sovyet tahun 1946. Senjata berkaliber 82 mm ini digunakan Resimen II Brimob Jawa Barat pada saat operasi peng- amanan Pepera tahun 1963.
- Senjata jenis Heavy Machine Gun model HMG/ SG 43 yang diproduksi Uni Sovyet tahun 1946 dengan nomor seri WA 44 ini memiliki kaliber 303. Senjata ini digunakan Resimen II Brimob Jawa Barat untuk menangkis serangan udara pada saat operasi pengamanan Pepera tahun 1963.
- Senapan Mauser ini adalah senjata buatan Jerman tahun 1920-1938. Senapan berkaliber 7,62x57 ini memiliki kapasitas amunisi 7 butir, dengan panjang laras 26 inci dan mampu menembakkan peluru 180 peluru/ menit. Senapan yang direbut dari tentara sekutu ini digunakan pasukan kavaleri Kepolisian RI pada jaman pendudukan Belanda.
- Senapan Bren MK-II ini adalah buatan Inggris yang diproduksi tahun 1937. Senapan ini memiliki laras sepanjang 20 inci dengan kaliber 303 dan jarak tembak efektif 400-500 m serta kecepatan tembak 500 butir/ menit. Senjata ini digunakan kepolisian dalam mengamankan situasi ketika terjadi pemberontakan PKI tahun 1948.
Itu adalah beberapa informasi yang saya dapatkan dari mengunjungi MUSEUM POLRI. Lain kali saya berharap datang kesini lagi dan melihat koleksi-koleksinya secara lebih detail! :D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar