Sebelumnya, saya mohon maaf kalau judulnya agak aneh. Tidak ada unsur sadistis apapun dalam artikel ini, yang hanya akan berisi kunjungan saya ke Museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah pada hari Minggu 29 Mei 2011 pada pukul 09:00. Sedikit cerita saja, bahwa sebelumnya saya hendak mengunjungi Museum Basuki Abdullah yang terletak di Jalan Keuangan, Cilandak yang sebelumnya merupakan kediaman sang pelukis yang tak jauh dari tempat saya tinggal. Sebelumnya, saya telah mencari dan melihat sedikit tentang museum tersebut dan seharusnya museum tersebut buka. Namun, keadaan berkata lain lantaran museum tersebut tutup dan dalam masa renovasi. Apa boleh buat, saya harus mencari museum lain dan Museum Transportasi di TMII adalah jawabannya.
Suasana di museum ini tampak menyenangkan karena pencahayaannya yang bagus karena “setengah terbuka”, maksudnya ada bagian outdoor dan indoor, dan bagian indoor cukup dicahayai oleh cahaya matahari melalui jendela yang besar, bahkan hampir dapat dibilang ruangan indoor hanya ditutupi tembok kaca sehingga jauh dari kesan museum pada umumnya yang gelap dan suram. Museum ini ternyata dapat juga berfungsi menjadi ruang pertemuan karena ketika saya mengunjungi meuseum tersebut, ada murid-murid sekolah dasar ditemani para guru yang tampaknya sedang mengadakan acara wisuda. Didalamnya, terdapat empat modul atau empat bagian, yaitu modul transportasi pusat yang menceritakan sedikit tentang transportasi konvensional dan tradisional seperti sepeda, andong, becak dan cikar, modul transportasi darat yang terdiri dari sepeda motor, mobil, bus dan kawan-kawannya, modul transportasi laut yang terdiri dari kapal-kapal dan modul transportasi udara yang terdiri dari pesawat. Ketika anda berada di depan Museum Transportasi dan akan memasuki museum tersebut, anda akan disuguhkan dengan pemandangan yang bagi saya dan beberapa orang yang hanya pernah naik pesawat sejumlah hitungan jari atau tidak pernah sama sekali, jarang ditemui yaitu pesawat Garuda DC-9 PK-NGT yang pernah melayani penerbangan ASEAN-Australia, dan sebuah helikopter milik tim SAR yang berwarna oranye. Ya, seperti yang telah saya nyatakan sebelumnya, rupanya terdapat ruang pameran outdoor yang menunjukan sarana-sarana transportasi tua yang dulunya pernah berjasa bagi kepentingan negara, seperti pesawat dan helikopter tadi, serta beberapa lokomotif, dan bus DAMRI yang akan saya ceritakan.
Angkutan udara yang terpampang di luar museum
Garasi bagi transportasi yang sudah usang namun bersejarah
Di artikel ini, saya akan sedikit bercerita tentang DAMRI. Pertama-tama, ada satu hal yang sedikit mengganggu pikiran saya, yaitu apakah kepanjangan dari DAMRI? DAMRI adalah akronim dari Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia. Apa yang ada dipikiranmu apabila mendengar kata DAMRI? ya, 100 buat anda yang menjawab bus transport dari dan ke bandara SOEKARNO HATTA, sekalipun masih belum tepat (hehehe). Maaf kalau saya ngelantur lagi, ketika baru pulang dari Jogja pada studi lapangan kemarin, saya ditemani oleh salah seorang teman saya, Fajar pulang menggunakan bus DAMRI yang kalau tidak salah kala itu harga tiketnya Rp. 25.000,-. Ya, that’s what DAMRIs are for. Tetapi, tahukah anda bahwa DAMRI memiliki sejarah panjang dan penting yang berpengaruh terhadap nasib negara ini?
DAMRI, sekali lagi adalah kepanjangan dari Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia yang dibentuk berdasarkan Makloemat Kementerian Perhoeboengan RI No.01/DAMRI/46 tanggal 25 Nopember 1946 dengan tugas utama menyelenggarakan angkutan orang dan barang diatas jalan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai Perusahaan Umum (Perum), nama DAMRI tetap diabadikan sebagai brand mark dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini yang hingga saat ini masih tetap konsisten menjalankan tugasnya sebagai salah satu service provider angkutan orang dan barang dengan menggunakan bus dan truk.
Apabila ditelusuri lebih jauh lagi, cikal bakal DAMRI sudah dapat dilihat pada zaman Jepang, tepatnya pada tahun 1943, yang mana pada saat itu terdapat dua usaha angkutan di jaman pendudukan Jepang, yaitu JAWA UNYU ZIGYOSHA yang mengkhususkan diri pada angkutan barang dengan truk, gerobak/cikar dan ZIDOSHA SOKYOKU yang melayani angkutan penumpang dengan kendaraan bermotor/bus.Tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, dibawa pengelolaan Kementrian Perhoeboengan RI, JAWA UNYU ZIGYOSHA berubah nama menjadi “Djawatan Pengangkoetan” untuk angkutan barang dan ZIDOSHA SOKYOKU beralih menjadi “Djawatan Angkoetan Darat” untuk angkutan penumpang. Guna memperlancar proses pengopersian serta untuk meneruskan kedua jawatan tersebut, dengan berdasar pada peraturan dewan pertahanan negara tahun 1946 no.4, di Yogyakarta didirikan jawatan angkutan darat bermoto (JADB) yang berada dibawah panitia angkutan darat (PAD). Dalam peraturan dewan pertahanan negara (pasal 9 ayat a. sub 3) antara lain disebutkan bahwa kepada jawatan angkutan darat bermotor (DABB) ditugaskan untuk menerima penyerahan semua kendaraan bermotor, yang digunakan sebagai angkutan umum.25 November 1946, kedua jawatan itu digabungkan berdasarkan Makloemat Menteri Perhoeboengan RI No.01/DAM/46 dibentuklah “Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia”, disingkat DAMRI, dengan tugas utama menyelenggarakan pengangkutan darat dengan bus, truk, dan angkutan bermotor lainnya.Tugas ini pulalah yang menjadikan semangat “Kesejarahan” DAMRI yang telah memainkan peranan aktif dalam kiprah perjuangan mempertahankan kemerdekaan melawan agresi Belanda di Jawa.
Sebegitu pentingkah peran DAMRI masa itu? Tentu, walaupun wujud DAMRI kala itu tidak seperti DAMRI pada saat ini. Yang perlu diingat, kala itu armada pertama DAMRI belum berbentuk bus, yang pada sekitar tahun 1945-1950-an masih berbentuk cikar, atau dengan kata lain kereta yang berukuran panjang 515 cm. lebar 200 cm dan tinggi 275 cm yang ditarik sapi. Pada 1946, cikar DAMRI berfungsi sebagai angkut logistik militer di daerah Banyumas, Surabaya dan Mojokerto. Mungkin anda kini dapat mengerti maksud tajuk di atas. Benar, apabila perbekalan habis, maka sapi-sapi yang dipakai sebagai penarik cikar itu……… DISEMBELIH untuk dimakan. Selain itu, cikar tersebut di hancurkan agar jejaknya terhapus, mungkin untuk menghindarkan sang kusir DAMRI dan kawan-kawan dari hukuman, menurut sudut pandang saya.Setelah angkutan bermesin sudah mulai digunakan secara massal, kini era cikar DAMRI telah berakhir.
Setelah revolusi kemerdekaan selesai, DAMRI terdesak keberadaannya oleh perusahaan angkutan milik swasta oleh karenanya status DAMRI dirubah dan hanya dijadikan bagian/urusan dari jawatan lalulintas jalan (DLLD). Sedangkan dalam tugasnya sehari-hari DAMRI hanya diberikan tugas sebagai angkutan perintis saja dan menampung kepentingan angkutan dari daerah pedalaman ke kota (Feeder lines). Pada waktu itu setiap unit DAMRI didaerah-daerah berdiri sendiri dan perkembangannya tergantung pada kondisi dan situasi daerah. Setelah berlakunya tertib sipil, maka telah diberlakukan kembali undang-undang lalu lintas jalan yang lama (MVV dan MVO), diamana dalam penerapannya pengusaha-pengusaha angkutan lama (sebelum perang dunia ke dua) mempunyai hak historis dalam menentukan perijinan trayek. Hal ini merugikan DAMRI karena menyebabkan sangat sulit untuk mendapatkan izin trayek yang menguntungkan, sementara oleh pemerintahan daerahnya diberi trayek-trayek perintis saja, dimana angkutan swasta tidak mau melayani karena tidak menguntungkan. Sementara itu DAMRI dituntut harus mampu bertidak sebagai unit cadangan strategi ekonomi. Disamping itu karena DAMRI adalah alat pemerintah, maka setiap saat bila diperlukan, DAMRI dapat dijadikan unit cadangan strategi Hankamnas.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Perhubungan No.14/17/100 tanggal 12-11-1955 DAMRI mempunyai status sebagai Jawatan Vertikal yang berpusat di Jakarta dan merupakan bagian dari Depatemen Perhubungan.Adapun bentuk organisasi keuangan DAMRI dalam masa itu diatur menurut ketentuan-ketentuan ICW, dengan surat keputusan Menteri Perhubungan tanggal 29 Desember1955 No.L.35/2/24 dan berkedudukan sebagai jawatan menurut aturan pemerintah No.20 tahun 1952.Kebijakan Pemerintah waktu itu terhadap tugas pokok dan fungsi DAMRI telah dipertegas lagi, yaitu sebagai angkutan perintis dan sebagai stabilitator tarif, untuk mencegah oknum perusahaan angkutan swasta menaikkan tarif terlalu tinggi dan keburukan-keburukan lain perusahaan angkutan swasta karena angkutan swasta umumnya melaksanakan kebijakan berdasarkan kepentingan ekonomis dan komersil saja.
Tahun 1961, terjadi peralihan status DAMRI menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara (BPUPN) berdasarkan PP No.233 Tahun 1961, yang kemudian pada tahun 1965 BPUPN dihapus dan DAMRI ditetapkan menjadi Perusahaan Negara (PN). Tahun 1982, DAMRI beralih status menjadi Perusahaan Umum (PERUM) berdasarkan PP No.30 Tahun 1984, selanjutnya dengan PP No. 31 Tahun 2002, hingga saat ini. Dimana PERUM DAMRI diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan jasa angkutan umum untuk penumpang dan atau barang di atas jalan dengan kendaraan bermotor.
Hingga saat ini, DAMRI memiliki jaringan pelayanan tersebar hampir diseluruh wilayah Republik Indonesia. Dalam kegiatan usahanya kini, DAMRI tidak hanya menyelenggarakan pelayanan angkutan perkotaan, angkutan antar kota, angkutan khusus bandara, angkutan travel,angkutan paket (logistik) dan angkutan keperintisan, tetapi ternyata DAMRI sudah goes regional dengan membuka jasa angkutan lintas batas negara. Khusus pada pelayanan angkutan lintas batas negara yang diawali dengan pembukaan trayek Pontianak-Kuching (Malaysia) beberapa tahun lalu, terhitung mulai tanggal 26 Oktober 2008 telah merambah sampai ke Brunei Darussalam (Pontianak-Kuching-Brunei Darussalam). Dalam waktu dekat akan segera disusul dengan pembukaan pelayanan ke Papua New Guinea (Jayapura-Vanimo) dan Timor Leste (Kupang-Dilli).
Salah satu seragam kondektur bus DAMRI
Fungsi DAMRI sebagai angkutan penumpang dan angkutan barang tempo dulu.
Seperti yang kita ketahui DAMRI pada era manapun juga merupakan sarana angkutan barang selain sebagai angkutan penumpang. Hal ini dapat dilihat pada Truk DAMRI merk Internal Harpenter buatan Amerika ini. Truk ini beroperasi pada tahun 1963, tahun yang sama dengan tahun pembuatannya. Sayangnya, hanya terdapat miniaturnya saja di sini. Sebagai bus penumpang, bus DAMRI yang ada di sebelah saya ini adalah bus DAMRI tua yang saya temukan yang paling serupa dengan bus DAMRI sekarang. Yang berada dalam foto tersebut adalah Bus DAMRI bermerk TATA tipe LP, 1210.E buatan India. Bus ini memiliki panjang 9,5 meter, lebar 2,4 meter dan tinggi 2,9 meter dan memuat antara 30-40 penumpang dan dapat digolongkan sebagai bus ukuran sedang. Bus ini mulai beroperasi pada 1978 di Surabaya, Semarang dan Bandung. Pada foto ini, dapat dilihat rute yang dilalui bus ini adalah Cicaheum-Cibeureum di Bandung. Kunjungan saya ke museum ini membuat saya rindu untuk menaiki bus ini lagi sebagai seorang DAMRIDER dan membuat saya ingin menelusuri tentang DAMRI lebih jauh lagi. Sungguh kenangan yang takkan kulupa.
Penulis beserta Bus DAMRI tahun 1978
Penulis diantara beberapa miniatur DAMRI
Salam DAMRIDERS,
Reza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar