PERJALANAN MASA KECIL DR IR PURNOMO YUSGIANTORO
Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.A., M.Sc lahir di Semarang 16 Juni 1951.Masa kecilnya dihabiskan di kota Semarang. Ayahnya adalah Yusuf Sugianto seorang pensiunan tentara yang berjuang sejak masa penjajahan Belanda, dan ibunya adalah Sugini. Beliau bersekolah di SMP Bernadus, dan kemudian melanjutkan pendidikannya di SMA Loyola. Menurut eyang saya,Pitoyo Sachro,yang mengenal beliau sejak muda beliau memang dikenal rajin, giat dan cerdas sejak di sekolah.
Beliau merupakan lulusan Sarjana Teknik Pertambangan pada Fakultas Teknik ITB Bandung, pada tahun 1974 . Beliau juga merupakan pemegang dua gelar S-2. Ia meraih gelar M.Sc pada Colorado School of Mines, Golden Colorado (Fakultas Pertambangan) tahun 1986, dan gelar M.A bidang ekonomi pada University of Colorado at Boulder Main Campus, Colorado, Amerika Serikat (Ilmu Ekonomi) tahun 1988. Ia pun mencapai gelar akademis tertinggi S-3, Ph.D bidang ekonomi mineral dan sumberdaya alam dari Colorado School of Mines, Golden, Colorado juga tahun 1988.
Beliau menikah dengan Sri Murniati Sachro dan memiliki tiga orang anak, Lucky A. Yusgiantoro, Filda C. Yusgiantoro, dan Inka B. Yusgiantoro,
Dalam masalah pendidikan, anak anak beliau juga tak kalah dari orang tuanya. DR Ir Purnomo Yusgiantoro beserta istrinys sangat mementingkan arti pendidikan bagi putera puterinya,agar mereka juga mengejar cita citanya setinggi bintang dilangit.
Ketika keluarga beliau menetap di Amerika, saat beliau menempuh pendidikan lanjutan, kedua anaknya, Lucky dan Inka berhasil mendapatkan penghargaan dari Presiden Amerika Serikat kerena berhasil masuk 10 besar terbaik lulusan SMA di seluruh AS.
Anak pertamanya, Lucky, merupakan penyandang gelar master dari Colorado State University, dan menyelesaikan program beasiswa untuk mendapatkan gelar doktor di Colorado. Demikian pula Inka, seorang pemegang gelar master pada teknik industry dari Columbia University, dan sedang melanjutkan studinya untuk gelar doctor di University of Michigan. Sedangkan anak perempuannya, Filda, merupakan lulusan Teknik Kimia ITB, yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan master dalam fragrance and perfume, di Universite de Versailles, Prancis.
KARIR PURNOMO YUSGIANTORO
Di tahun 1993-1998 Purnomo Yusgiantoro sudah menjabat sebagai Penasehat Menteri Pertambangan dan Energi. Ia juga sempat pula menjadi Gubernur OPEC, yang ada di Wina, Austria tahun 1996-1998. Selanjutnya, beliau menjadi Ketua II Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina 1993-1998, Tim Ahli Panitia Ad Hoc I BP MPR RI dalam mempersiapkan GBHN Pelita VII 1997-1998. Ia adalah anggota Pokja Wanhankamnas dalam mempersiapkan GBHN Pelita VII, sekaligus anggota Panitia Deptamben dalam menyusun GBHN Sektor Pertambangan dan Energi Pelita VII.
Beliau juga seorang guru, beberapa kali beliau mengajar di berbagai lembaga pendidikan. Di almaternya Departemen Ekonomi University of Colorado at Boulder ia pernah mengajar pada tahun 1989, dan sebelumnya pada tahun 1983-1985 mengajar di Fakultas Teknologi Mineral Universitas Trisakti Jakarta.
Ia adalah pengajar di berbagai kursus kepemimpinan seperti Lemhannas, Seskogab, Suspim Pertamina dan PLN, Sespanas, dan pengajar pada Kursus Atase Pertahanan Dephankam. Widyaiswara Lemhannas untuk mata ajaran Globalisasi, dan Dewan Penyantun Universiats Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, ini tercatat pula sebagai staf pengajar pada Program Pasca Sarjana Magister Manajemen dan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) Universitas Atma Jaya sejak tahun 1993, dan pada Program Magister Manajemen STIE LPMI Jakarta sejak 1990.
PERAN DI TINGKAT NASIONAL
Pada masa Purnomo menjadi Mentri Energi dan Sumberdaya Mineral, beliau bukan menjalani masa masa yang mudah. Seperti kita ketahui, banyak sekali isu isu sensitif mengenai masalah energy, seperti harga bahan bakar minyak, maupun bocornya lumpur lapindo.
Diantara sekian aktivitas yang beliau lakukan di tingkat nasional, mungkin yang paling diingat publik, adalah keputusan keputusan beliau di saat beliau menjabat sebagai mentri Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada saat itu, Purnomo mengambil keputusan keputusan yang sangat tidak populer. Diantaranya, beberapa kali menaikkan tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak.
Pada saat itu, rakyat turun ke jalan, berdemo untuk turunnya harga-harga. DPR pun menekan beliau untuk membatalkan kebijakan kebijakan tidak popular tersebut. Purnomo Yusgiantoro menjadi sangat tidak populis di dalam negeri hanya karena kebijakan tunggalnya menaikkan tarif BBM dan TDL.
Namun sosok beliau di dunia internasional pada saat itu, justru direspon berbeda. Buktinya adalah beliau bisa merangkap jabatan Sekjen dan Presiden OPEC, merupakan jabatan rangkap pertama dalam sejarah OPEC.
Karena keberhasilannya menjabat Menteri ESDM, kepada Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.A., M.Sc, Ph.D sudah selayaknya diacungi jempol. Ia mendasarkan kebijakannya menaikkan harga BBM dengan logika dan alasan yang bisa diterima oleh masyarakat luas. Jika di era Orde Baru yang otoriter dan tertutup, setiap kenaikan harga BBM potensial menimbulkan kerawanan sosial politik, Purnomo berhasil mengelola potensi konflik sehingga tidak menimbulkan gejolak yang berarti di masyarakat. Salah satu kiatnya, untuk setiap kenaikan harga BBM ia menganggarkan sejumlah dana kompensasi sosial BBM sebagai subsidi, semacam jaring pengaman sosial kepada rakyat kecil yang membutuhkan.
Purnomo lebih suka jika subsidi BBM puluhan triliun rupiah diberikan dalam bentuk subsidi langsung kepada kelompok miskin, daripada menetapkan harga BBM murah namun artifisial saja. Ia, bahkan sudah berpengalaman melakukan proyek percontohan subsidi langsung dipindahkan dari dana kompensasi sosial BBM melalui delapan jalur.
Salah satu alasannya adalah, subsidi BBM tidak tepat sasaran dan justru dimanfaatkan kaum yang berada dengan daya beli lebih besar.
Subsidi dialihkan untuk membiayai beras murah, subsidi kesehatan, subsidi pendidikan, dan pembiayaan infrastruktur. Dengan cara demikian masyarakat percaya bahwa subsidi, benar-benar sampai ke rakyat miskin. Untuk makin mempertegas tekadnya menolong rakyat miskin, Purnomo meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ikut mengaudit penyaluran dana kompensiasi tersebut.
Isi hati Purnomo sesungguhnya sangat berorientasi kepada rakyat miskin. Ia melakukan pilihan dalam menaikkan harga. Sebab terbukti, dari kelima macam BBM minyak bakar, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, dan premium, Purnomo menetapkan minyak tanah yang harganya Rp 700 per liter dan harga pasar Rp 2.700 per liter sebagai prioritas yang terakhir dinaikkan. Dengan kata lain, minyak tanah yang lebih digunakan kalangan bawah, adalah prioritas terakhir kenaikan harga. Karena masyarakat menengah keatas cenderung menggunakan gas tabung atau listrik. Sedangkan untuk bahan bakar lain, yang di targetkan untuk kalangan bawah, namun realitanya juga dikonsumsi secara masif oleh kalangan menengah keatas, dijadikan prioritas kenaikan harga.
Sebagai pengambil keputusan, beliau juga sangat konsisten. Purnomo tak mau mundur dari kebijakan menaikkan tarif BBM dan TDL hingga 10 kali, walau demo terus berlangsung, hingga dicap tidak peka, beliau tak sedikitpun mengubah keputusannya. Purnomo sangat yakin betul hasil akhirnya akan positif bagi masyarakat miskin, dan masyarakat pada akhirnya akan bisa memahami kenaikan asal bisa dibuktikan bahwa apa yang dilakukan bisa dirasakan secara konkret oleh masyarakat.
Pada 2004 harga saat minyak melonjak tinggi, menembus rekor yang puluhan tahun tak terpecahkan, bahkan dalam bahasa Purnomo disebutkan “gila”, seluruh dunia kalang kabut jadinya. Ancaman resesi ekonomi global mengemuka, bahkan menjadi salah satu tema isu kampanye pemilihan presiden tahap kedua di tanah air. Nama Purnomo Yusgiantoro serta merta menjadi sorotan dunia. Ia lalu diminta agar bertemu dengan pejabat berpengaruh di Amerika Serikat dan Inggris, demi mencegah kemungkinan terjadi resesi global.
Purnomo agaknya berhasil memimpin kementerian ESDM, sebagaimana ia berhasil memimpin keluarga dan organisasi OPEC. Ia telah menyelesaikan tugas kementeriannya dengan baik sekaligus mempersiapkan yang terbaik kepada penggantinya. Ia ingin meninggalkan kementerian ini dengan tidak neko-neko, melainkan penuh kedamaian sebab ia datang dengan baik dan keluar ingin dengan baik pula.
PENUTUP
PENUTUP
Sebagai seorang cucu (beliau adalah adik kakek saya), saya mengenal beliau sebagai sosok yang baik. Saat berinteraksi dengan beliau, saya lebih merasa berinteraksi dengan seorang kakek ketimbang seorang mentri. Sikap beliau sungguh low profile, bahkan pada pekerja seperti supir atau pembantu, beliau sangat ramah dan tidak terkesan arogan.
Beliau juga mengatakan, setelah menjadi mentri, waktu-waktunya menjadi milik negara. Tak jarang hingga larut malam, beliau masih disibukkan urusan urusan negara. Meski begitu, bukan berarti beliau adalah seorang yang tidak mempedulikan keluarga karena waktunya dihabiskan untuk negara.
Beliau adalah sosok yang sangat menyayangi keluarga. Saya ingat betul, ketika eyang buyut saya dalam keadaan koma, ditengah kesibukannya, beliau mengawal betul setiap detik-detik terakhir eyang buyut saya di dunia. Juga saat eyang saya sakit, beliau datang di sela sela waktu istirahatnya di malam hari, untuk menjenguk eyang saya.
Saya mengagumi karakter beliau, sebagai seorang pelajar yang giat belajar, sebagai seorang mentri,sebagai seorang pemimpin, sebagai seorang ayah yang menjadi panutan dan juga sebagai eyang.Beliau sangat bersahaja dan selalu ingin membantu orang lain.Saya juga mendengar bagaimana beliau mengharapkan setiap anak cucunya membawa nama baik keluarga dan menjaga kerukunan seluruh anggota keluarga,dan kelak bermanfaat bagi nusa bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar