Jumat, 27 Mei 2011

Saya dan Museum Kebangkitan Nasional, ex STOVIA

Hari sabtu kemarin saya dan empat orang teman saya pergi bersama ke Museum Kebangkitan Nasional yang terletak di daerah Senen, di  Jl. Abdul Rahman Saleh 26, Jakarta Pusat. Sebelum pergi kami berempat janjian bertemu di sekolah agar bisa pergi bersama. Sekitar jam 10.00 kami berangkat dari sekolah meuju museum kebangkitan nasional. Museum kebangkitan nasional adalah museum sejarah yang berisi : Bangunan, Mebel, Jam dinding, Lampu Klas, Gantungan Lonceng, PErlengkapan Kesehatan, Pakaian, Senjata, Foto, Lukisan, Patung, Diorama, Peta/Maket/Sketsa, Miniatur. Gedung museum ini dulunya adalah bekas gedung Stovia (School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten) yang mulai dibangun tahun 1899 sampai dengan 1901. Lalu diresmikan pada bulan Maret 1902. Gedung ini diresmikan untuk pemakaiannya sebagai sekolah Kedokteran untuk orang-orang bumi outera yang berasal dari berbagai daerah yang ada di seluruh Indonesia. Lama pendidikan 2 sampai 3 tahun, lalu dilanjutkan dengan belajar bagian kedokteran 5-6 tahun. Karena gedung lama ini sudah tudak memenuhi syarat lagi untuk pendidikan kedokteran, pada tahun 1920, pendidikan stovia dipindahkan ke Jl. Salemba No. 6. Pada tahun 1925 Gedung Stovia digunakan untuk pendidikan MULO (setingkat SMP), AMS (setingkat SMA), dan Sekolah Asisten Apoteker. Namun sejak kedatangan tentara Jepang, gedung ini dijadikan tempat penempungan bekas tentara Belanda sebagai tawanan perang pada tahun 1942-1945. Itulah sebabnya sekolah ini hanya berlangsung sampai tahun 1942. Karena  pada tanggal 20 Mei 1908 sebagai tempat lahir organisasi pergerakan nasional pertama, yakni Budi Utomo, maka pada April 1973 Pemerintah DKI Jakarta melakukan pemugaran gedung tersebut, dan setelah pemugaran selesai, gedung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1974 dengan nama  "Gedung Kebangkitan Nasional".
           
Setelah mencari dan bertanya pada beberapa orang ditengah jalan tentang lokasi museum ini, kami akhirnya menemukan gedung ini. Kami langsung turun, karena museum ini hanya buka sampai jam 2 siang setiap hari Sabtu. Kami sudah mensurvey lewat internet,  dan ternyata harga tiket masuknya hanya Rp 2.000,-. Saat kami sampai diloket pembayaran dan ingin membayar, ternyata menurut pengurus museum, hari itu mereka sedang mengadakan pameran, sehingga hari itu kita tidak dikenakan biaya masuk. Lalu kamipun mulai masuk kedalam museum. 

Ruang Pengenalan

Saat memasuki ruangan pertama, disana banyak terdapat foto tokoh-tokoh dan pahlwan-pahlawan Indonesia. Mulai dari Ki hajar Dewantara (tokoh pendidikan Indonesia), Dr. Soetomo (tokoh yang sangat berperan sehingga bangunan ini bisa berdiri), R.A Kartini (tokoh penting dalam pembelaan hak wanita di Indonesia) dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya.

Setelah selesai melihat-lihat diruang pertama, kamipun menuju ruang kedua. Diruang kedua ini terdapat barang bekas jajahan Belanda. Ada dua barang yang akan saya jelaskan diruangan ini, yaitu Rempah-rempah dan replika Kapal portugis. Yang pertama adalah rempah-rempah:

Sebagian dari rempah-rempah


Museum kebangkitan Nasional ini memiliki berbagai macam koleksi rempah-rempah, seperti Jinten (Carum Roxbughianum), ketumbar (Coriandrum Sativum), pala (Myristica Fragrans), lada (Piper Nigrum), kayu manis (Glycyrrhiza Glabra), adas (Foeniculum Vulgare) dan lain-lain. Rempah- rempah adalah bagian  tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat yang digunakan dalam jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau penambah rasa dalam masakan. Rempah-rempah adalah barang dagangan paling dicari di zaman prakolonial. Rempah-rempah ini adalah salah satu alasan mengapa Indonesia dijajah. Penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India danMaluku. Rempah-rempah ini pula yang menyebabkan Belanda kemudian menyusul ke Maluku, sementaraSpanyol di bawah pimpinan Columbus telah lebih dahulu mencari jalan ke Timur melalui jalan lain dan akhirnya malah mendarat di benua Amerika.

Kapal Portugis


Kapal portugis  pertama kali sampai di Malaka. Portugis masuk ke Malaka pada tahun 1511. Dalam kapal ini terdapat khazanah bangsa Melayu yang membuat sejarah kegemilangan kesultanan Malaka. Kapal portugis ini  tenggelam di perairan Malaka pada tanggal 26 Januari 1512.


Jubah Thaha Syaifudim
Kamipun menuju ruangan berikutnya, diruangan ini kami banyak menemukan patung-patung pahlawan nasional menggunakan baju adat daerah asalnya masing-masing. Satu baju adat yang akan saya bahas kali ini adalah milik Sultan Thata Syaifudin (1816-1904) , pahlawan dari Jambi. Masa kecil Sultan Thata Syaifudin dikenal dengan sebutan Thahaningktar. Setelah naik tahta beliau bergelar Sultan Thata Syaifudin. Beliau tidak mau meneruskan perjanjian dengan kompeni Belanda seperti yang dibuat pendahulunya dengan cara menolak menandatangani perjanjian. Akibatnya, Sultah Thata Syaifudin mendapat ancaman dan serangan dari armada tentara Belanda kalau dia akan diasingkan di Batavia. Tetapi, beliau tidak gentar, ia malah menyiagakan pasukan perang. dengan didukung rakyat Jambi dan strategi perang yang ia miliki sanggup melawan armada tentara Belanda  Benteng Kompeni di jambi diserbu dan markas pasukan kolonial di Surolangun Rawas mendapatkan serangan gencar. Serangan-serangan dari pasukan Sultan jambi itu memaksa Belanda untuk mendatangkan bantuan dari pasukannya yang ditempatkan di Aceh. Usaha itu tidak membawa hasil yang berarti karena perlawarian dari pasukan sultan terus berlangsung.. Bahkan sampai akhir hayatnya Sultan Thata tidak juga tertangkap. Beliau meninggal pada tanggal 26 April 1904 dan jenazahnya dimakamkan di Muaro Tebo Jambi.

replika meriam VOC
Memasuki ruangan berikutnya. Di ruangan ini terdapat senjata-senjata, baik senjata tradisional rakyat Indonesia maupun senjata Belanda. Disini terdapat keris, panah, meriam dan lain-lain. Saya memilih replika meriam VOC sebagai bahan yang saya bahas. Meriam VOC yang asli sebenarnya masuk ke Indonesia dibawa oleh orang Belanda sebagai senjata dalam menghadapi perlawanan pada waktu mencari daerah penghasil rempah-rempah. Selanjutnya meriam juga banyak dipergunakan kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.

Replika Kapal Phinisi
            Tepat disebelah ruangan tempat senjata-senjata, terdapat ruangan lagi. Isi ruangan ini tidak banyak, hanya sebuah replika kapal dan lukisan-lukisan yang mengilustrasikan mengenai keadaan pada masa penjajahan. Inilah replika kapal yang akan saya jelaskan.
Gambar disamping adalah replika kapal phinisi.  Kapal phinisi adalah kapal layar tradisional yang dibuat oleh pengrajin “Bugis” di Tanah Beru, Bulu Kumbuh, Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di dunia. Menurut catatan sejarah di Acopulco, Mexico telah ditemukan posil/kapal sejenis phinisi. Sehingga dimungkinkan bahwa kejayaan nenek moyang bangsa Indonesia telah berhasil mengarungi dari samudra guna melakukan usaha perdagangan rempah-rempah. Ritual pembangunan kapal phinisi ini lumayan susah, yaitu para pengrajin harus menghitung hari baik untuk memulai pencarian bahan baku, pada saat ini adalah kayu. Biasanya jatuh di hari kelima (Angka 5/naparilimai dalle'na yang artinya rezeki sudah di tangan). Dan ketujuh (angka 7/natujuangngi dalle'na berarti selalu dapat rezeki) pada bulan yang berjalan. Setelah dapat hari baik,  lalu kepala tukang yang disebut "punggawa" memimpin pencarian. Saat peletakan lunaspun, harus disertai dengan prosesi khusus. Saat dilakukan pemotongan lunas diletakkan menghadap Timur Laut. Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita. Usai dimantrai, bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti. Itu sebabnya untuk melakukan pemotongan harus dikerjakan oleh orang yang bertenaga kuat. Demikian selanjutnya setiap tahapan selalu melalui ritual tertentu.

Surat-Surat R.Soetomo kepada Bapak Dojoh
Persis disebelah ruangan tempat replika kapal tadi, terdapat ruangan yang salah satu isi koleksinya adalah surat-surat R.Soetomo kepada Bapak Dojoh yang disimpan dalam kotak kaca. Gambar disamping adalah surat–surat R. Soetomo kepada Bapak Dojoh pada Tahun 1935. Koleksi yang terdapat pada museum kebangkitan nasional adalah sumbangan dari direktorat permseuman pada tanggal 1 Agustus 2000.

Peragaan Kelas Kartin
Di ruangan selanjutnya, terdapat ruang peragaan kelas kartini. Di ruangan ini terdapat kartini yang sedang mengajar, disebelahnya terdapat papan tulis untuk beliau menulis pelajarannya. Didepannya terdapat murid-murid perempuan yang belajar dengan duduk lesehan. Ruangan ini benar-benar dibuat mirip dengan aslinya. Sampai-sampai terdapat buku yang yang seolah-olah dibaca oleh murid kartini. Buku itu bertuliskan bahasa Belanda. Raden Adjeng Kartini atau lebih dikenal dengan Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1897 adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor Kebangkitan dan persetaraan perempuan pribumi pada masa itu.kartini juga sempat menerbitkan buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang disajikan dalam Bahasa Melayu. Sayang sekali Kartini meninggal di usia muda yaitu pada umur 25 tahun. Beliau meninggal di Rembang, Jawa Tengah tanggal 17 September 1904. Sampai sekarang, setiap tanggal 21 April, kita masih memperingati hari lahir Kartini yang biasa kita sebut Hari Kartini.

Selesai mengitari ruangan bagian depan, kami berlanjut kebagian belakang dan samping. Di bagian sampin terdapat perpustakan yang menarik perhatian kami. Kamipun menuju perpustakan itu namun ternyata dikunci. Jadi kami berlanjut keruang lain. Sampailah kami ke ruangan alat-alat kedokteran. Misalnya saja 2 alat dibawah ini:
Alat Pacu Jantung


Dandang Pensteril
Barang yang pertama adalah alat pacu jantung. Dizaman itu, alat inilah yang digunakan sebagai alat pacu jantung. Terlihat sangat berbeda dari zaman sekarang yang sangat praktis. Dan alat yang kedua adalah Dandang Pensteril. Alat ini berfungsi untuk mensterilkan alat-alat kedokteran setelah digunak sehabis praktek.
Akhirnya selesailah perjalanan kami di museum kebangkitan nasional ini. Meski koleksinya tidak terlalu banyak, namun koleksinya sangat menarik. Harga yang hanya Rp 2.000 juga saya kira sangat murah untuk mendapat pengetahuan sebanyak ini. Menurut saya, museum ini sangat bagus biarpun ruangannya banyak yang gelap dan terlihat tidak begitu terurus.



Sekian tugas ketiga saya semoga bisa menambah pengetahuan para pembaca!
                                                                                                                         



      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar