Selasa, 24 Mei 2011

Saya dan Patung Ganesa, Museum Nasional



Saya memulai tugas yang ketiga ini dengan mengunjungi suatu museum yang berada di Jakarta. Perjalanan saya ke museum ini saya lakukan bersama beberapa teman-teman saya, kami mengunjungi salah satu museum yang berada di Jakarta Pusat yaitu Museum Nasional / Museum Gajah.  Saya bersama beberapa teman saya mengunjungi Museum Nasional tersebut dengan menggunakan kendaraan umum yaitu busway. Perjalan saya ke museum tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Untuk dapat masuk ke Museum Nasional ini kita harus membeli tiket yang berharga 5000 rupiah, dengan harga yang cukup murah di museum ini kita dapat mengenal sejarah yang terjadi di Indonesia dan Kebudayaan di Indonesia ini. Saya mengunjungi museum tersebut pada pukul 4 sore sedangkan museum tersebut tutup pada pukul 5 sore, sehingga saya tidak mempunyai waktu banyak untuk berkeliling dan melihat-melihat koleksi dan barang-barang sejarah yang terdapat di museum tersebut.
Di dalam Museum Nasional tersebut banyak sekali barang-barang peninggalan sejarah Indonesia, seperti prasasti, patung, keris, dan berbagai macam koleksi lainnya. Untuk tugas saya kali ini saya mengambil dari salah satu benda sejarah yang berada di Museum Nasional tersebut, benda tersebut adalah patung Ganesa, benda ini menurut informasi yang terdapat di museum tersebut berasal dari Candi Banon, Magelang, Jawa Tengah, dan diperkirakan benda ini berasal dari Abad ke 8-9 Masehi. Ganesa adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan. Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk Nepal, Tibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa). Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa memedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat Jaina, Buddha, dan di luar India. Meskipun ia dikenal memiliki banyak atribut, kepalanya yang berbentuk gajah membuatnya mudah untuk dikenali. Ganesa mahsyur sebagai "Pengusir segala rintangan" dan lebih umum dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan "Dewa segala rintangan" (Wignesa, Wigneswara), "Pelindung seni dan ilmu pengetahuan", dan "Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia dihormati saat memulai suatu upacara dan dipanggil sebagai pelindung/pemantau tulisan saat keperluan menulis dalam upacara. Beberapa kitab mengandung anekdot mistis yang dihubungkan dengan kelahirannya dan menjelaskan ciri-cirinya yang tertentu. Ganesa muncul sebagai dewa tertentu dengan wujud yang khas pada abad ke-4 sampai abad ke-5 Masehi, selama periode Gupta, meskipun ia mewarisi sifat-sifat pelopornya pada zaman Weda dan pra-Weda. Ketenarannya naik dengan cepat, dan ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran Smarta (sebuah denominasi Hindu) pada abad ke-9. Sekte para pemujanya yang disebut Ganapatya, yang menganggap Ganesa sebagai dewa yang utama, muncul selama periode itu. Kitab utama yang didedikasikan untuk Ganesa adalah Ganesapurana, Mudgalapurana, dan Ganapati Atharwashirsa. Ganesa memiliki banyak gelar dan nama pujian, termasuk Ganapati dan Wigneswara. Gelar dalam agama Hindu yang dipakai sebagai penghormatan, yaitu Sri seringkali ditambahkan di depan namanya. Salah satu cara yang terkenal dalam memuja Ganesa adalah dengan menyanyikan Ganesa Sahasranama, sebuah doa pengucapan "seribu nama Ganesa". Setiap nama dalam sahasranama mengandung arti berbeda-beda dan melambangkan berbagai aspek dari Ganesa. Sekurang-kurangnya ada dua versi Ganesa Sahasranama; salah satu versi diambil dari Ganeshapurana, yaitu sastra Hindu untuk menghormati Ganesa. Nama Ganesa adalah sebuah kata majemuk dalam bahasa Sanskerta, terdiri dari kata gana, berarti kelompok, orang banyak, atau sistem pengelompokan, dan isha, berarti penguasa atau pemimpin.  Kata gana ketika dihubungkan dengan Ganesa seringkali merujuk kepada para gana, pasukan makhluk setengah dewa yang menjadi pengikut Siwa.  Istilah itu secara lebih umum berarti golongan, kelas, komunitas, persekutuan, atau perserikatan. Ganapati, nama lain Ganesa, adalah kata majemuk yang terdiri dari kata gana, yang berarti "kelompok", dan pati, berarti "pengatur" atau "pemimpin". Kitab Amarakosha, yaitu kamus bahasa Sanskerta, memiliki daftar delapan nama lain Ganesa: Winayaka, Wignaraja (sama dengan Wignesa), Dwaimatura (yang memiliki dua ibu), Ganadipa (sama dengan Ganapati dan Ganesa), Ekadanta (yang memiliki satu gading), Heramba, Lambodara (yang memiliki perut bak periuk, atau, secara harfiah, yang perutnya bergelayutan), dan Gajanana (yang bermuka gajah). Winayaka  adalah nama umum bagi Ganesa yang muncul dalam kitab-kitab Purana Hindu dan Tantra agama Buddha. Nama ini mencerminkan sebutan terhadap delapan kuil Ganesa yang terkenal di Maharashtra yang mahsyur sebagai astawinayaka. Nama Wignesa dan Wigneswara (Penguasa segala rintangan) merujuk kepada tugas utamanya dalam mitologi Hindu sebagai pencipta sekaligus penyingkir segala rintangan (vighna). Nama yang mahsyur bagi Ganesa dalam bahasa Tamil adalah Pille atau Pilleyar ("anak kecil"). A. K. Narain membedakan arti istilah-istilah tersebut dengan mengatakan bahwa pille berarti seorang "anak" sementara pilleyar berarti seorang "anak yang mulia". Dia menambahkan bahwa kata pallu, pella, dan pell dalam bahasa-bahasa rumpun Dravida berarti "gigi atau gading gajah", namun lebih lazim diartikan "gajah". Seorang penulis buku yang bernama Anita Raina Thapan menambahkan bahwa akar kata pille pada nama Pillaiyar mungkin aslinya berarti "gajah muda", karena kata pillaka dalam bahasa Pali berarti "gajah muda". Ganesa adalah figur yang terkenal dalam kesenian India. Citra tentang Ganesa menjamur di berbagai penjuru India sekitar abad ke-6. Tidak seperti dewa-dewi lainnya, penggambaran sosok Ganesa memiliki berbagai variasi yang luas dan pola-pola berbeda yang berubah dari waktu ke waktu. Dia kadangkala digambarkan berdiri, menari, beraksi dengan gagah berani melawan para iblis, bermain bersama keluarganya sebagai anak lelaki, duduk di bawah, atau bersikap manis dalam suatu keadaan. Biasanya Ganesa digambarkan berkepala gajah dengan perut buncit. Patungnya memiliki empat lengan, yang merupakan penggambaran utama tentang Ganesa. Dia membawa patahan gadingnya dengan tangan kanan bawah dan membawa kudapan manis, yang ia comot dengan belalainya, pada tangan kiri bawah. Motif Ganesa yang belalainya melengkung tajam ke kiri untuk mencicipi manisan pada tangan kiri bawahnya adalah ciri-ciri yang utama dari zaman dulu. Patung yang lebih primitif di Gua Ellora dengan ciri-ciri umum tersebut, ditaksir berasal dari abad ke-7. Dalam perwujudan yang biasa, Ganesa digambarkan memegang sebuah kapak atau angkus pada tangan sebelah atas dan sebuah jerat pada tangan atas lainnya. Pengaruh unsur-unsur kuno dalam susunan penggambaran tersebut masih bisa diamati dalam penggambaran Ganesa secara kontemporer. Dalam sebuah penggambaran modern, satu-satunya variasi terhadap unsur-unsur kuno adalah tangan kanan bawah Ganesa tidak memegang patahan gading namun seolah-olah terarah ke mata pengamat dengan gerak tangan yang melambangkan perlindungan atau penyingkir ketakutan (abhaya mudra). Kombinasi yang sama terhadap empat lengan dan atribut, muncul pada patung Ganesa yang sedang menari, yang merupakan tema terkenal.  Ganesa adalah Wigneswara atau Wignaraja, dewa segala rintangan, baik yang bersifat material maupun spiritual. Ia mahsyur dipuja sebagai penyingkir segala rintangan, meski ia juga memasang rintangan pada umatnya yang perlu diberi cobaan. Paul Courtright mengatakan, "pekerjaannya adalah menempatkan dan menyingkirkan rintangan. Itu merupakan kekuasaannya yang utama...". Yuvraj Krishan menyatakan bahwa beberapa nama Ganesa mencerminkan perannya yang berkembang dari waktu ke waktu. M. K. Dhavalikar beranggapan bahwa karena cepatnya ketenaran Ganesa di antara dewi-dewi Hindu, dan kemunculan para Ganapatya, sehingga ada perubahan tekanan suara dari wignakartā (pencipta rintangan) menjadi wignahartā (penyingkir rintangan). Bagaimana pun, dua fungsi tersebut menjadi amat penting dalam karakter Ganesa, seperti yang dijelaskan Robert Brown, "bahkan setelah Ganesa dalam Purana digambarkan dengan baik, Ganesa meninggalkan banyak hal-hal penting untuk peran gandanya sebagai pencipta dan penyingkir rintangan, sehingga memiliki aspek negatif maupun positif." Ganesa dianggap sebagai Dewa Aksara dan Pelajaran. Dalam bahasa Sanskerta, kata buddhi adalah kata benda feminin yang banyak diterjemahkan menjadi kecerdasan, kebijaksanaan, atau akal. Konsep buddhi erat dikaitkan dengan kepribadian Ganesa, khususnya pada zaman Purana, ketika banyak kisah menonjolkan kepintarannya dan cinta terhadap kecerdasan. Salah satu nama Ganesa dalam Ganeshapurana dan Ganesa Sahasranama adalah Buddhipriya. Nama ini juga muncul dalam daftar 21 nama di akhir Ganesa Sahasranama yang menurut Ganesa amat penting. Kata priya bisa berarti "yang tercinta", dan dalam konteks suami-istri bisa berarti "kekasih" atau "suami", maka nama Buddhipriya bisa saja berarti "Yang dicintai oleh kecerdasan" atau "Suami Buddhi". Ganesa diidentikkan dengan mantra Aum dalam agama Hindu. Istilah oṃ(ng)kāraswarūpa (Aum adalah wujudnya), ketika diidentikkan dengan Ganesa, merujuk pada sebuah pemahaman bahwa ia menjelma sebagai bunyi yang utama. Kitab Ganapati Atharwashirsa memberi penjelasan mengenai hubungan ini. Swami Chinmayananda menerjemahkan pernyataan yang relevan berikut ini: (O Hyang Ganapati!) Engkaulah (Tritunggal) Brahma, Wisnu, dan Mahesa. Engkaulah Indra. Engakulah api (Agni) dan udara (Bayu). Engkaulah matahari (Surya) dan bulan (Candrama). Engkaulah Brahman. Engkaulah (tiga dunia) Bhuloka [bumi], Antariksa-loka [luar angkasa], dan Swargaloka [sorga]. Engkaulah Om. (Itu sebagai tanda, bahwa Engkaulah segala hal tersebut). Beberapa pemuja melihat kesamaan antara lekukan tubuh Ganesa dalam penggambaran umum dengan bentuk simbol Aum dalam aksara Dewanagari dan Tamil. 
Mungkin itu adalah sebagian hal yang bisa diinformasikan dari benda yang berada di Museum Nasional, sebenarnya masih banyak lagi koleksi yang terdapat pada Museum Nasional tetapi waktu yang tidak memungkinkan saya untuk berlama-lama dan berkeliling di museum tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar