oleh Ferdie Reinaldo XI IPA 3
Pertama-tama saya ingin memberitahukan mengenai tokoh sejarah atau bisa disebut
pelaku sejarah ini telah meninggal dunia dan saya hanya berkesempatan untuk mewawancarai anak dari almarhum jadi saya tidak akan mempunyai foto saya bersama beliau tetapi saya mempunyai foto beliau saat mengenakan seragamnya.
Pelaku sejarah yang saya kisahkan ini adalah seorang veteran perang seorang tentara dengan masa pelayanannya terhadap Indonesia yang begitu lama dan juga tentara yang ikut dalam perang geriliya sehingga beliau sering mendapatkan penghargaan-penghargaan dari banyak kalangan bahkan sampai ke presiden pun memberikan beliau penghargaan beliau adalah H. Muhammad Bakir. Saya tidak begitu enak atau sungkan saat akan menanyakan orang tua beliau atau saudara-saudara beliau kepada anaknya yang saya wawancarai yang merupakan anak ketiga beliau dari lima bersaudara yang bernama H. Triyanto Bhakti Santosa. Keluarga beliau itu terdiri dari seorang istri dan kelima anaknya, sang istri bernama Siti Murdhiyatun yang lahir pada tanggal 30 Desember 1932 di Yogyakarta. Anak pertama beliau adalah Bambang Sujoko Purnomohadi yang lahir pada tanggal 14 Agustus 1951 di Jakarta, anak kedua beliau bernama Siti Dwiyanti yang merupakan satu-satunya anak perempuan yang dimiliki beliau dia lahir pada tanggal 2 Oktober 1954 di Jakarta pula, anak ketiga dan keempatnya yang laki-laki bernama Triyanyo Bhakti Santosa orang yang saya wawancarai untuk mendapatkan informasi-informasi ini dan Arif Budi Sutomo yang merupakan adiknya. Anak bungsunya atau anak kelimanya adalah Khemara Adi Putranto yang lahir di Jakarta pada tanggal 27 November 1966. Beliau sendiri lahir di Jogjakarta tempat yang sama dengan tempat kelahiran istrinya, beliau lahir pada tanggal 27 November 1924 yang merupakan orang Jawa dan beragama Islam , tinggi badan beliau adalah 167 cm berbobot 62 kilogram dan bergolongan darah a. Beliau pada saat iut bekerja sebagai tentara dan sebagai seorang wartawan. Beliau menjadi tentara dan melayani Indonesia untuk waktu yang lama bahkan sampai sempat dipilih menjadi anggota komando operasi tertinggi yang diberikan langsung oleh presiden Soeharto yang menjabat saat itu. Beliau juga pernah mendapatkan penghargaan Satjalantjana Kesetiaan 24 tahun berkat dedikasi beliau terhadap negeri ini. Beliau wafat paada tanggal 17 Juli 1991. Beliau mempunyai pangkat purnawirawan Mayor pada saat itu dan dinas di pospen hankam.
Berikut adalah catatan riwayat hidup atau kerja singkat beliau, pada agustus 1945 beliau berkedudukan sebagai wakil komandan seksi “Mangsah Pati” barisan pemberontak rakyat Indonesia mataram (T.R.M) pada saat itu beliau belum mendapatkan pangkat. Namun pada saat 1 Februari 1946 hingga 1 Maret 1954 beliau mempunyai pangkat sebagai sersan. Pada kurun waktu itu pada tanggal 1 Februari 1946 beliau mempunyai kedudukan sebagai kepala bagian ekspedisi atau staf redaksi majalah “Kawan Tentara” atau staf Radio Militer balai penerangan markas tertinggi tentara kemudian pada tanggal 1 Desember 1947 menjabat sebagai kepala bagian ekspedisis atau staf redaksi “Suluh Tentara” kementrian pertahanan TNI bagian masyarakat urusan penerbitan lalu pada tanggal 1 Juli 1949 beliau menjabat sebagai kepala ekspedisi atau staf redaksi kementrian pertahanan staf angkatan perang bagian penerangan atau penerbitan. Pada tanggal 1 Januari 1950 menjabar sebagai kepala bagian ekspedisi atau staf redaksi kementrian pertahanan dan S.A.P. bagian penghubung masyarakat, tanggal 24 Maret 1951 menjabat sebagai staf penerangan atau penerbitan kementrian pertahanan biro pendidikan dan latihan, tanggal 1 September 1951 menjabat sebagai staf redaksi majalah atau penerangan biro perantara warta S.A.P. kementrian pertahanan kemudian pada tanggal 1 Oktober 1952 menjabat sebagai redaksi majalah “Yudhagana” secretariat gabungan kepala staf angkatan perang kementrian pertahanan lalu pada tanggal 1 Maret 1954 pun beliau menjabat sebagai staf bagian penerbitan atau perpustakaan departemen pertahanan bagian umum. Pada tanggal 1 Juli 1955 belaiu akhirnya diangkat menjadi Sersan Mayor bahkan belum sampai 4 tahun beliau sudah naik pangkat lagi menjadi Pelda atau pembantu letnan dua dan pada tanggal 29 Juli 1959 beliau menjabat sebagai wakil kepala penerbitan”yudhagana” dan siaran (penyusi) departemen pertanahan bagian umum. Pada tahun 1961 tepatnya tanggal 1 Juli beliau pun dinaikkan pangkatnya menjadi peltu atau pembantu letnan 1. Pada 1 Juni 1962 beliau menjabat sebagai pengurus kepala “penyusi” asisten umum staf keamanan nasional, pada tanggal yang sama tapi pada tahun 1963 beliau menjabat sebagai asisten satu biro pers atau juru bicara staf angkatan bersenjata. Pada 1 Juli 1965 dinaikkan pangkatnya lagi menjadi letda belum genap 4 tahun pada tanggal 1 Juli 19968 pun beliau dinaikkan pangkatnya menjadi letnan satu atau lettu sampai sekarang beliau menjabat sebagai ps.kasubro 1 ro.1 ass.2 DIRBINUMPEN-PUSPEN ABNI departemen pertahanan dan keamanan. Menurut catatan beliau tersebut memberitahukan tentang jabatan beliau adalah sebagai berikut, pertama sebagai anggota redaksi tekhnis majalah angkatan bersenjata lalu menjadi anggota dewan pengurus “ORSAB” (olah raga staf angkatan bersenjata)seksi pubklikasi atau penerangan, lalu sebagai pembantu umum kepala proyek percetakan HAN-KAM. Menjadi Pembina penerangan hubungan masyarakat Dit.Bin Han-Kam kemudian menjadi anggota PANORAB (panitia olah raga angkatan bersenjata) lalu menjadi anggota tim keamanan harian “Indonesia” dan menjadi pembantu harian angkatan bersenjata edisi pusat.
Seperti yang tadi saya sebutkan beliau telah mendapatkan berbagai surat penghargaan seperti dari ketua gabungan V koti sebagai Pa penerangan G.V.KOTI., dari wakil perdana menteri bidang social politik atau coordinator urusan Irian Barat no.17/AD pada tanggal 12 April 1966, dari perwira koordinator karya AD dalam M.P.P.R, dari Sekertaris Musyawarah pembantu pimpinan revolusi (MPPR) sebagai kepala sub biro public relation biro penerangan, dan dari secretariat coordinator umum Irian Barat sebagai asisten satu kepala proyek penerbitan.
Beliau juga telah menerima berbagai macam bintang dan penghargaan satyalencana seperti mendapatkan bintang gerilia dan bintang sewindu juga satyalencana kesetiaan, satyalencana perang kemerdekaan satu, satyalencana perang kemerdekaan dua, satyalencana wira dharma, dan satyalencana penegak serta satu satyalencana dalam pengusulan yaitu satyalencana dharma. Dalam riwayat hidupnya beliau juga tercatat pernah beberapa kali pergi ke luar negeri seperti ke Kamboja –RRT-Korea Utara sebagai Pa pers rombongan tim keolahragaan ABRI pada tanggal 25 Mei 1965, pada tanggal 20 November 1966 beliau kemabli pergi ke Kamboja sebagai Pa. Koordinator wartawan 2 Indonesia di gamefo asia satu, dan terakhir pergi ke Malaysia dan Singapura sebagai pimpinan rombongan bang dara Puspita. Pendidikan beliau yang tercatat dalam riwayat hidupnya yaitu pertama-tama beliau memiliki ijazah sekolah fotografi dinas penyempurnaan pengetahuan dan keahlian tentara dan terrotorius III tanggal 1 Juni 1952 termasuk latihan kemiliteran dan berijazah pendidikan hubungan masyarakat lembaga administrasi Negara No.047/H tanggal 26 April 1962.
Pada paragraf-paragraf sebelumnya saya telaha memeberitahukan riwayat hidup dan juga peran-peran beliau pada masa kemerdekaan, selain sebagai tentara beliau juga aktif dalam pekerjaan wartawan dan salah satu kejadian bersejarah yang pernah beliau alami itu bersangkutan dengan kejadian G30SPKI yang terjadi saat beliau menjadi wartawan. Certitanya adalah ketika Jendral A H Nasution berhasil melarikan diri dari pembunuhan-pembunuhan petinggi tentara lainnya ia bertemu dengan beliu saat Jendral A H Nasution sedang berusaha melarikan diri. Beliau pun membantu menyelamatkan Jendral A H Nasution lari dari Wima Angkasa yang saat itu merupakan kediaman Pak Naws menuju ke pusat diklat di Jalan Haji Nawi jadi beliau mempunyai jasa atas selamatnya satu Jendral pada kejadian G30SPKI tersebut. Selanjutnya beliau mengabadikan peristiwa pengangkutan jenazah dari sumur di lubang buaya sebagai wartawan dari pospen hankam.
Hal-hal tersebut bersumber dari anak beliau yang diceritakan oleh H. Triyanto.
Suka duka saat mencari anak beliau tidak sesulit yang saya kira hal ini sangat memudahka saya. Karena anak beliau itu masih merupakan sepupu atau saudara dari tante saya walaupun bias dibilang saudara jauh tetapi masih ada hubungan saudara jadi hal ini membuat tante saya adalah keponakan beliau dan beliau adalah om dari tante saya. Saya menemui anak beliau ini bapak H.Triyanto di kediamannnya di Kampung Baru RT 016/ RW 02 NO.8 Ciracas, Jakarta Timur. Saat saya menemui beliau bersama ayah dan tante saya, saya langsung menanyakan tentang beliau dan apa saja yang telah beliau lakukan saat beliau masih hidup, dengan baiknya bapak H.Triyanto ini menyerahkan berbagai fotocopy yang berhubungan dengan beliau seperti foto beliau saat mengenakan seragam, riwayat hidup beliau, sampai surat-surat penghargaan beserta surat perintah yang beliau terima. Setelah melaksanakan wawancara bersamanya saat itu saya tidak membawa tustel karena tidak terpikir untuk foto bersama H.Triyanto ini karena saya berpikir setidaknya ada foto beliau walaupun tidak sedang bersama saya tentunya karena waktu itu saya belum lahir. Jadi dalam mencari sumber informasi dari tugas ini saya tidak menemukan banyak duka karena saya dimudahkan karena tante saya yang mempunyai sepupu yang ayahnya merupakan veteran perang dan juga wartawan pada saat kemerdekaan yang telah melakukan banyak hal dan melaksanakan berbagai jabatan juga mendapatkan banyak penghargaan serta kenaikan pangkat.
Berikut adalah foto-foto beliau dan foto-foto berbagai surat penghargaan dan perintah juga rriwayat hidup beliau:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar