Rabu, 13 April 2011

17 Tahun Hidup Saya, dengan Pengalaman yang Terlalu Indah Untuk Dilupakan

Saya dan kedua orang tua

Saya saat berumur 1 tahun dan kakak

Nama saya Andrisa Artati. Seorang perempuan yang lahir di ibu kota kita Jakarta pada hari Sabtu tanggal 26 Maret 1994 di Rumah Sakit ASIH yang terletak di bilangan Jakarta Selatan. Saya tentu tidak tahu dan tidak bisa mengingat apa yang terjadi setelah saya lahir tapi kata ibu, saya dilahirkan dengan keadaan sehat dan normal oleh dr. Krisna Mukti. Saya adalah anak kedua dari dua bersaudara. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Jedi Rijendra yang berumur 6 tahun lebih tua dari saya. Kakak saya dilahirkan 2 tahun setelah pernikahan ayah dan ibu pada tahun 1986. Jadi saya lahir 8 tahun setelah pernikahan orang tua saya. Saya merasa sangat bersyukur mempunyai orang tua seperti mereka, yang perhatian, pengertian dan benar-benar mengenal kepribadian saya.

Saya di rumah
            Sejak lahir, saya tinggal di Larangan Indah, Ciledug. Rumahnya sederhana namun sangat nyaman. Saya ingat sekali gambaran dari setiap sudut di rumah itu. Rumah yang sederhana, namun membuat saya dan keluarga merasa nyaman dan aman saat berada di dalamnya. Dari kecil saya sudah menyukai hewan yang bernama kucing. Setiap kucing kampung yang lewat di depan rumah pasti selalu saya ambil ke dalam rumah. Untungnya keluarga saya tidak melarang saya untuk memelihara banyak kucing. Kucing-kucing tersebut sangat lucu dan menghibur. Mereka selalu menemani saya bermain di rumah. Semasa TK saya tetap tidak bisa lepas dari kucing. Guru TK saya sering marah karena banyak bekas cakaran kucing di tubuh saya. Beliau sudah menyuruh saya untuk tidak terlalu sering bermain dengan kucing lagi, tapi saya tidak bisa. Saya terlalu cinta dengan kucing.

Saya dengan kucing
            Pendidikan kedua saya dimulai dari tingkat taman kanak-kanak (tentunya setelah pendidikan pertama yang diberikan oleh kedua orang tua tercinta). Saya disekolahkan di TK Mulia, karena itu adalah satu-satunya taman kanak-kanak yang berada dekat dengan rumah. Namun ada cerita lucu sebelum saya masuk TK. Dulu kakak saya juga menjalani masa anak-anak di TK Mulia. Nah, guru-guru di TK Mulia sudah sangat mengenal kakak saya. Setelah saya berumur 2 tahun, saya sering sekali main-main ke TK Mulia karena ingin tahu seperti apa TK kakak saya. Setiap hari saya selalu bermain-main di TK tersebut, padahal saya bukan murid disitu. Akhirnya orang tua saya pun mendaftarkan saya di TK itu saat saya masih berumur 2 setengah tahun. 

Saya bersiap pergi ke taman kanak-kanak
            Akhirnya saya menjadi murid di TK Mulia. Setiap pagi saya selalu diantar oleh pembantu ke sana. Saat itu saya tidak menggunakan alat transportasi apapun. Cukup dengan jalan kaki saya bisa sampai ke TK Mulia dalam waktu tidak sampai 10 menit, sangat dekat dari rumah. Kegiatan-kegiatannya sangat menyenangkan. Saat TK saya ikut les menggambar dan les berenang di daerah Kebon Jeruk. Tapi saya sering bolos les berenang karena les tersebut sangat melelahkan. 

Hobi menyanyi
            Pada umumnya anak-anak lulus TK di umur 6 tahun. Tetapi karena saya terlalu cepat masuk TK, alhasil saya lulus pada umur 5 tahun. Sedangkan untuk bisa masuk SD harus berumur 6 tahun. Jadi saya pun mengulang TK B satu tahun lagi, dan mendapat dua buah ijazah TK. 

Saat kelulusan TK
            Setelah berhasil lulus dariTK Mulia dengan nilai yang lumayan memuaskan, saya lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SD (sekolah dasar). Saya dimasukkan ke  Sekolah Dasar Katolik Ricci 2 yang terletak di dekat daerah Bintaro, tidak begitu jauh dari rumah. Sebenarnya saya tidak tahu apa alasan orang tua saya memasukkan saya ke sekolah dengan dasar agama katolik, tapi saya percaya pasti ini sudah menjadi keputusan terbaik dari mereka untuk saya dan kakak saya (dulu kakak saya juga sekolah di Ricci 2). Ibu saya sibuk sekali mengurus berbagai keperluan saya untuk masuk SD. Mulai dari seragam, buku tulis, buku pelajaran sampai hal-hal kecil seperti alat tulis. Saya sangat bersemangat masuk SD.
            Seperti kebanyakan anak, saya tegang saat hari pertama masuk sekolah dasar. Lingkungan baru, teman baru, pergaulan baru, saya harus bisa beradaptasi dengan itu semua. Saya ingat sekali bagaimana suasana pada hari pertama di sekolah dasar. Dulu masuk sekolah masih jam 7 pagi. Saya dan ibu berangkat ke sekolah menggunakan mobil Mitsubishi Lancer hitam yang tetap ada sampai sekarang dan sudah berumur lebih dari 20 tahun. Dulu mobil tersebut masih dalam kondisi prima tanpa kerusakan sedikitpun. Jarak yang ditempuh dari rumah ke SD Ricci 2 tidak begitu dekat namun tidak begitu jauh juga. Waktu yang ditempuh hanya 20 menit apabila tidak diikuti dengan macet. Sesampainya di SD Ricci 2, saya melihat banyak sekali anak baru yang didampingi juga oleh ayah atau ibunya. Saat bel berbunyi, saya dan anak-anak baru lainnya masuk ke dalam kelas. Pada hari pertama itu saya belum menggunakan seragam karena seragamnya belum dibagikan. Jadi saya mengenakan dress bercorak bunga-bunga bernuansa biru dan hijau dengan rambut diikat satu. Namun saya belum punya teman, jadi saya duduk sendiri saja. Orang tua dipersilahkan untuk menunggu di depan kelas.
            Di dalam kelas, ada seorang wanita yang terus berceloteh. Namanya Ibu Maya. Beliau adalah wali kelas saya di kelas 1 B. Saya masih ingat sekai bagaimana penampilan fisiknya. Beliau tidak begitu tinggi, kulitnya coklat, berambut pendek dan kadang memakai kacamata. Beliau adalah orang yang sangat ramah dan sabar. Di kelas 1 SD ini saya bertemu dan berkenalan dengan banyak teman. Seiring dengan berjalannya waktu saya menemukan seorang sahabat bernama Clarissa, namun ia biasa dipanggil Icha. Saya dan Icha masih terus berhubungan lewat jejaring sosial sampai sekarang, padahal dia sudah menjalani pendidikan di Amerika Serikat. Karena sekali sahabat akan terus jadi sahabat. Di kelas 1 SD saya juga menemukan sahabat yang bernama Edo. Persahabatan saya dan Edo bermula dari kebencian. Dulu saat pelajaran olahraga, saya sedang berlari untuk pemanasan di atas jalan yang tidak begitu rata. Lalu karena saking isengnya, Edo menyodorkan seekor siput ke depan mata saya. Ototmatis saya teriak kaget dan terjatuh sampai terluka. Semenjak saat itu, saya dan Edo jadi kenal dan sering main bersama sampai sekarang.
            Saat kelas dua SD ada pengalaman menarik, yaitu untuk pertama kalinya saya dan seluruh anggota di kelas menari untuk pentas seni. Pentas seni tersebut diadakan setiap dua tahun sekali. Tarian kami sederhana, tapi sepertinya lumayan menghibur untuk anak kelas dua SD. Lagu yang kami gunakan pada saat itu adalah All Rise yang dinyanyikan oleh grup musik ’Blue’. Sungguh pengalaman yang tidak akan pernah bisa saya lupakan. 

Saya bermain piano
            Masa-masa SD adalah masa dimana saya diajak dan diarahakan oleh orang tua saya untuk mengembangkan segala bakat yang ada. Jadi saat SD saya les berenang, les piano dan les ballet. Ditambah dengan ekstrakurikuler menari di sekolah. Tidak ada hari yang benar-benar bebas bagi saya untuk beristirahat di rumah. Setelah pulang sekolah pasti selalu saja ada kegiatan yang harus saya lakukan. Dulu mungkin memang saya masih tidak ikhlas dan setengah-setengah dalam melakukan segala les-les yang saya ikuti, namun manfaatnya baru bisa saya rasakan sekarang. Saya mulai les piano di SM YPM (Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik) dan les ballet di Namarina pada umur 6 tahun. Les piano di YPM memberi banyak sekali pelajaran dan pengalaman bagi saya. Kata ayah saya pelajaran yang didapat adalah bahwa sebenarnya dengan bermain piano, kita diajarkan untuk taat pada peraturan dan mau menerima ataupun mengakui suatu kesalahan. Karena saat kita bermain piano klasik, kita dituntut untuk taat bermain sesuai dengan apa yang tertera di buku. Kita juga harus tertib terhadap berbagai peraturan/tata cara dalam bermain piano yang baik dan benar Saat kita salah dan ditegur oleh guru, kita harus bisa menerima dan mengakui kesalahan yang kita perbuat. Banyak sekali manfaat yang bisa di dapat dari bermain piano. Pada awalnya les piano sangat menyenangkan (mungkin karena bahan-bahan yang diberikan belm terlalu sulit). Tetapi semakin lama, bermain piano menjadi sangat menyita waktu dan pikiran. Mungkin karena dulu saya masih kecil dan tidak berpikir dengan bijaksana, saya memutuskan untuk berhenti les piano saat saya kelas 4 SD. Namun orang tua saya (yang sudah mengetahui berbagai manfaat dan keuntungan dari bermain piano) selalu membujuk saya dan mengajak saya untuk kembali les piano. Akhirnya saya pun kembali mencoba untuk les piano. Tapi sayangnya, mungkin memang bidang saya bukan di piano karena saat kelas 2 SMP saya memutuskan untuk berhenti les piano klasik dan berpindah haluan ke piano jazz di Farabi. Namun memang benar adanya bahwa saya tidak begitu menikmati les piano, dan mengakhiri les piano di Farabi setelah saya les sekitar 3 bulan. Selama les di Farabi saya juga dapat banyak pengalaman. Saya diajak teman saya yang bernama Tanti untuk membuat sebuah band beraliran jazz funk. Rutinitas berlatih band setiap minggu sangatlah menyenangkan. Saya jadi punya kesibukan yang lebih berguna. Namun umur band saya tidak terlalu panjang karena banyak personil yang harus lebih serius pada pendidikannya dan memutuskan untuk berhenti berlatih band. Sangat disayangkan.
            Tapi saya beruntung karena masih punya kesibukan lain yaitu les ballet di Namarina. Saya les ballet dari umur 6 tahun dan berjalan selama 6 tahun. Lalu saat saya kelas 1 SMP, sekolah saya mewajibkan saya untuk ikut ekstrakurikuler pramuka. Sedangkan jadwal les dan ekskul pramuka bentrok. Sehingga saya harus mengakhiri les ballet. Awalnya sangat sedih dan tidak rela, tapi saat saya kelas 2 SMP (saat saya tidak harus ikut ekskul pramuka), saya kembali masuk ke Namarina dalam bidang jazz ballet, dan saya ikut sampai sekarang duduk di bangku kelas 2 SMA. Sungguh banyak pengalaman menarik saat saya bergabung di YPM dan Namarina. 

Saya berumur 6 tahun di depan Pokemon center Tokyo bersama kakak

Saya berumur 8 tahun di Monas bersama kakak
            Pengalaman semasa SD sangatlah banyak dan menyenangkan. Saya pergi berlibur dengan saudara-saudara saya ke Malang dan Bali. Saudara yang paling dekat dengan saya bernama Intan Donosepoetro. Dia sebaya dengan saya, tinggalnya di Malang, Jawa Timur dan sudah bersahabat dengan saya sejak kecil. Kami sering menghabiskan waktu bersama saat saya berkunjung ke Malang dan Bali. 

Saya berumur 7 tahun bersama kakak, Intan dan adiknya di Taman Dayu, Surabaya
Saya berumur 11 tahun bersama kakak, Intan dan adiknya di Bali
Saya berumur 11 tahun bersama kakak, Intan dan adiknya di Ancol 
Saya berumur 11 tahun dan kakak tahun baruan
Saya lulus SD dengan membawa piala dan piagam untuk orang tua saya. Bersyukur sekali saya bisa lulus SD dengan hasil yang cukup memuaskan kedua orang tua dan saya sendiri. Nah, jenjang pendidikan selanjutnya saya teruskan di SMPK Ricci 2. Gedung SMPK Ricci 2 bersebelahan dengan gedung SDK Ricci 2 yang hanya terhubung oleh jembatan di lantai 3. 

Saya berumur 13 tahun saat lomba menyanyi di SMP Tarakanita 5

Masa-masa SMP adalah masa paling indah bagi saya. Di sini saya menemukan sahabat-sahabat yang sepertinya akan tetap menjadi sahabat sampai akhir hayat nanti.  Saat SMP ini benar-benar memberikan saya pelajaran tentang hidup dan persahabatan. Saat kelas 1 SMP saya hanya mempunyai 2 sahabat yaitu Tasya S. dan Tasya B. Namun semakin lama saya menemukan semakin banyak sahabat yang sangat baikdan kompak. Merekalah ayng mengajarkan saya arti dari persahabatan dan kekompakan. Sekolah menengah pertama inilah tempat yang sangat baik bagi saya untuk belajar bersosialisasi; lewat OSIS, lalu menjadi wakil ketua dari sebuah pentas seni musik, lewat bakti sosial dan melalui ekskul yang saya ikuti. Hal-hal tersebut benar-benar mengajarkan saya untuk bisa bersosialisasi dengan teman, mengajarkan saya untuk menghargai orang lain, mengajarkan saya untuk menrencanakan sesuatu dan mengajarkan saya untuk bisa lebih mensyukri segala hal yang saya miliki. Saat SMP saya juga tergabung dlaam tim paduan suara. Saya juga punya vocal group yang terdiri dari 6 orang yaitu Bonar, Zelda, Sasha, Amanda, Sherly dan saya. Kami sering tampil di acara-acara sekolah. 

Saya berumur 14 tahun dan teman-teman sesudah pementasan drama untuk ujian praktek Bahasa Inggris
            Tidak terasa akhirnya saya harus meninggalkan SMP, meninggalkan semua kenangan bersama sahabat-sahabat saya dan masuk ke dunia yang baru yaitu dunia SMA. Dimulai dari bulan Maret saat saya tes masuk SMA Labschool Kebayoran. Saya sudah mempersiapkan tes tersebut dengan berlatih dan terus berlatih dengan guru les. Setelah tes di Labsky, saya tes juga di SMAK Tarakanita. Tes dilakukan dalam waktu yang berdekatan. Setelah hasilnya keluar, ternyata saya diterima di kedua sekolah tersebut, namun saya tetap lebih memilih Labschool.

Saya berumur 15 tahun dan Sasha saat sesang persiapan MOS SMA
            Di Labschool sangat kental dengan budaya Islamnya. Sedangkan saya sangat dekat dengan budaya Katolik selama 9 tahun. Jadi saya harus mulai menyesuaikan diri lagi dengan budaya baru ini. Diawali dengan MOS, TO, Pesantren dan Bintama. Kegiatan di kelas 1 SMA sangat amat melelahkan. Tapi saya yakin bahwa setiap kegiatan yang diberikan pasti berguna bagi murid-muridnya. Kini saya berada di kelas 2  IPA SMA Labschool Kebayoran, dengan angkatan 9 yang bernama Nawa Drastha Sandyadira atau disingkat Nawastra.
            Setiap orang pasti punya cita-cita begitupun dengan saya. Dulu saat kecil saya sempat bercita-cita menjadi pilot. Lalu saat menginjak SMP, saya bercita-cita menjadi seorang arsitek. Pekerjaan itupun masih saya cita-citakan sampai sekarang. Sebenarnya saya masih bingung ingin jadi apa saat saya besar. Namun saya benar-benar berharap, jadi apapun saya nanti, pekerjaan saya harus bisa berguna bagi diri saya sendiri dan orang lain.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar