Senin, 30 Mei 2011

Saya dan Benda Sejarah

KRI DEWARUCI



KRI Dewaruci adalah kapal latih bagi taruna/kadet Akademi Angkatan Laut, TNI Angkatan Laut. Kapal ini berbasis di Surabaya dan merupakan kapal layar terbesar yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Nama kapal ini diambil dari nama dewa dalam kisah pewayangan Jawa, yaitu Dewa Ruci.

Kapal berukuran 58,5 meter dan lebar 9,5 meter dari kelas Barquentine ini dibangun di H.C. Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman dan merupakan satu-satunya kapal layar tiang tinggi produk galangan kapal itu pada 1952 yang masih laik layar dari tiga yang pernah diproduksi. Pembuatan kapal ini dimulai pada tahun 1932, namun terhenti karena saat Perang Dunia II galangan kapal pembuatnya rusak parah. Kapal tersebut akhirnya selesai dibuat pada tahun 1952 dan diresmikan pada tahun 1953.

Dewaruci dibuat pada tahun 1952 oleh H.C. Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman Barat, pertama diluncurkan pada tanggal 24 Januari 1953, dan diluncurkan pada tanggal 09 juli 1953 untuk berlayar menuju Indonesia. Pada tanggal 01 oktober 1953 KRI Dewaruci dibawah pimpinan Kapten A.F. Hottendorf Roosenow memasuki Pangkalan TNI AL di Surabaya dan selanjutya oleh Menteri / Panglima Angkatan Laut Laksamana Madya RE. Martadinata ditetapkan masuk jajaran Armada TNI AL dan dijadikan kapal latih Taruna Akabri Laut dengan nama KRI DEWARUCI.

Kapal ini merupakan salah satu kapal latih TNI AL yang penggerak utamanya adalah layar, sedang penggerak lainya mesin berbaling-baling satu berdaun empat. Selain menggunakan layar, KRI Dewaruci juga menggunakan mesin 986 PK Diesel sebagai alat gerak dengan satu propeler berdaun 4. Kecepatan penuh 10,5 knot dengan mesin, 9 knot dengan layar.

Setiap tahunnya, kadet AAL berlayar dengan Dewaruci ke berbagai belahan dunia dengan tujuan utama adalah latihan pelayaran bintang atau disebut Kartika Jala Krida. KRI Dewaruci juga sering mengikuti lomba kapal layar di berbagai tempat di dunia. Kapal ini juga memiliki marching band sendiri, yaitu marching band taruna Akademi Angkatan Laut yang biasa dikenal dengan nama Gita Jala Taruna.

Layar
Kapal ini memiliki 3 tiang utama yaitu tiang Bima, Yudhistira dan Arjuna serta memiliki 16 layar.
Type: Barquentin, 16 layar dengan luas total 1091 m2,
Tiang depan (35,25 m)
1. Flying Jib,
2. Outer Jib,
3. Middle Jib,
4. Inner Jib,
5. Royal Sail,
6. Top Gallant sail,
7. Upper top sail,
8. Lower top sail,
9. Fore sail,

Tiang Utama (35,87 m)
1. Main top gallant sail,
2. Main top mast stay sail,
3. Main stay sail,
4. main top sail,
5. Main sail,

Tiang akhir (32,50 m)
1. Mizzen top sail,
2. Mizzen sail.

KAPAL REPUBLIK INDONESIA "DEWA RUCI"
Pembuat: H.C. Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman
Mulai dibuat: 1952
Diluncurkan: 24 Januari 1953
Ditugaskan: 1953
Status: Masih bertugas
Pelabuhan daftar: Armada Timur TNI-AL
Karakteristik umum
Berat benanam: 847 ton
Panjang: 58,5 m (191.93 kaki)
Lebar: 9,50 m (31.17 kaki)
Draft: 4,05 m (13.29 kaki)
Tenaga penggerak: 1 unit Diesel 986 HP, dengan satu propeler berdaun 4
Kecepatan: 10,5 knot dengan mesin
9 knot dengan layar
Awak kapal: 75 orang

KRI SINGA



Pembuat: PAL Indonesia, Surabaya
Status: Masih bertugas
Pelabuhan daftar: Armada Timur TNI-AL

Karakteristik umum
Berat benanam: 445 ton (muatan penuh)
Panjang: 58.10 m (190,62 kaki)
Lebar: 7.6 m (24,93 kaki)
Draught: 2.95 m (9,68 kaki)
Tenaga penggerak: 2 x MTU 60V 956 TB92
Kecepatan: 27 knot (maksimum)
15 knot (ekonomis)
Jarak tempuh: 2.200 nm pada 27 knot
6.000 nm pada 15 knot
Awak kapal: 42 orang
Persenjataan: Torpedo Ø 533 millimetre (20,98 in)

KRI Singa (651) merupakan kapal kedua dari kapal perang jenis Kapal patroli kelas Andau milik TNI AL. Merupakan jenis kapal cepat torpedo (KCT).
Bertugas sebagai elemen pemukul musuh, baik di permukaan maupun bawah permukaan (ASW - Anti Submarine Warfare) termasuk sebagai kapal pendeteksi anti-kapal selam. Termasuk dalam kelas Andau antara lain KRI Andau (650)KRI Tongkak (652) dan KRI Ajak (653).

Pembangunan
KRI Singa yang dibangun pada tahun 1988 merupakan kapal kedua dalam seri FPB-57 Nav II yang mana sebagian lambung kapal dan peralatannya dibuat di Lurssen, Jerman, dan dipasang di PT. PAL, Surabaya.
KRI ini merupakan jenis Kapal Cepat Torpedo (KCT) untuk menghadapi perang di bawah air (Anti Submarine Warfare) yang dilengkapi dengan torpedo berpemandu AEG SUT (Surface & Underwater Target). Pada tahun 1988, KRI Singa masuk sebagai bagian dari Satuan Kapal Cepat Armada Timur TNI-ALSurabaya.

Kapal
Data teknis
Kapal ini memiliki panjang 58,1 meter, lebar 7,6 meter, dan draught 2,95 m. Pada beban penuh memiliki bobot 445 ton. Memiliki dua mesin diesel MTU 60V 956 TB92 yang memiliki kecepatan maksimal 27 knot dengan daya jelajah 2.200 mil pada kecepatan 27 knot, atau 6.000 mil pada kecepatan 15 knot.
Persenjataan
  1. Dua tabung peluncur torpedo Ø 533 millimetre (20,98 in), dibekali dengan torpedo berpemandu AEG SUT (Surface & Underwater Target) yang pada kecepatan 23 knot torpedo ini dapat menghantam target berjarak 28 km,
  2. Satu Meriam Bofors SAK 57/70 berkaliber 57mm dengan kecepatan tembakan 200 rpm, jangkauan 17 Km untuk target permukaan dan udara dengan pemandu tembakan Signal LIROD Mk. 2.
  3. Satu Meriam Bofors SAK 40/70 berkaliber 40mm dengan kecepatan tembakan 300 rpm, jangkauan 12 Km untuk target permukaan dan udara.
  4. Dua kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 km untuk target udara.
Sensor dan elektronis
  1. Sonar PHS-32 hull mounted MF
  2. Pengontrol tembakan DR-2000 S3 intercept
  3. Radar permukaan Racal Decca/Signaal Scout
  4. Pengumpan (Countermeasures) Dagie decoy RL
5.       Mulai dibuat: 19 Oktober 1949
Diluncurkan: 17 September 1950 dan bertugas di AL Uni Sovyet pada 30 Juni 1952
Dibeli: 1962 dari Uni Soviet
Ditugaskan: 24 Januari 1963
Nama sebelumnya: Ordzhonikidze (Орджоникидзе) (Object 055)


Karakteristik umum 

Berat benanam: 13.600 T standar, 16.640 T beban penuh
Panjang: 210 m keseluruhan, 205 m garis air
Lebar: 22 m
Draft: 6,9 m
Tenaga penggerak: 2 shaft geared steam turbine, 6 boiler, 110.000 HP
Kecepatan: 32,5 knot
Awak kapal: 1.250 orang
Persenjataan: 12 x 15.2 cm 57 cal B-38, 4 triple Mk5-bis turrets
12 x 10.0 cm 56 cal Model 1934 6 twin SM-5-1 mounts
32 x 3.7 cm
10 x 533 cm tabung torpedo
Perisai: Belt = 100 mm
Conning tower = 150 mm
Dek = 50 mm
Turet = 75 mm

KRI IRIAN



KRI Irian adalah Kapal penjelajah kelas Sverdlov dengan kode penamaan soviet Project 68-bis. Kapal jenis ini adalah Kapal Penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari Penjelajah Kelas Chapayev.
Kapal ini dibuat di Admiralty Yard, Leningrad.Peletakan lunas pertama dilakukan pada tanggal 9 Oktober 1949, kapal diluncurkan pada tanggal 17 September 1950, dan pertamakali kapal dioperasikan pada tanggal 30 Juni 1952
Pada 11 Januari 1961 Pemerintah Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada Central Design Bureau #17 untuk memodifikasi Ordzhonikidze supaya ideal beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar dilakukan untuk membuat kapal ini bisa beroperasi pada suhu +40°C, kelembapan 95%, dan temperatur air +30°C.
Tetapi perwakilan dari Angkatan Laut Indonesia yang kemudian mengunjungi kota Baltiisk menyatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk menanggung biaya proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi dialihkan untuk instalasi genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan ventilator tambahan.

Desain

Kapal jenis ini adalah pengembangan dan versi yang lebih besar dari Kapal penjelajah kelas Chapayev. Kemiripan KRI Irian dengan kapal kelas Chapayev adalah pada senjata utama , permesinan, dan perlidungan bagian samping. Sedangkan perbedaannya terletak pada kapasitas bahan bakar yang lebih banyak untuk jarak tempuh yang lebih jauh , lambung yang dilas keseluruhnya, proteksi bawah air yang lebih bagus, artileri anti pesawat yang lebih baik dan radar yang lebih baik pula.

Lapisan baja Pelindung

Dalam satuan mm:
• Sabuk lapis baja utama : 100 mm
• Buritan : 32 mm
• Dek : 50 mm
• Rumah Dek : 130 mm
• Tempurung meriam utama : 175 mm

Peralatan Elektronik

• Radar:
o Radar Pencari udara Gyus-2
o Radar pencari permukaan laut Ryf
o Radar navigasi Neptun

• Sonar:
o Tamir-5N dipasang di hull

• Lain-lain:
o Machta ECM (electronic Counter Measures)

Jumlah awak kapal

Kapal ini dapat memuat 1.270 awak kapal, termasuk 60 orang perwira, 75 perwira pengawas, 154 perwira pertama.

Senjata dan tenaga penggerak

Senjata artileri KRI Irian

Senjata utama dari KRI Irian adalah buah 4 turret, dimana setiap turret berisi 3 meriam berukuran 6 inchi. Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya.


Pemandangan lain dari RI Irian.

• 10 Tabung Torpedo anti-Kapal selam kaliber 533 mm
• 12 Buah Kanon tipe 57 cal B-38 Kaliber 15.2 cm (6 depan, 6 Belakang)
• 12 Buah Kanon ganda tipe 56 cal Model 1934 6 (twin) SM-5-1 mounts Kaliber 10 cm
• 32 Buah Kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm
• 4 Buah triple gun Mk5-bis turrets kaliber 20 mm (untuk keperluan anti-Serangan udara)

Tenaga penggerak

Sebagai tenaga penggerak, KRI Irian mengandalkan 2 buah turbin uap TB-72 yang mendapat pasokan uap dari 6 buah Pendidih KV-68 dan disalurkan melalui 2 buah shaft.
Tenaga total yang tersedia adalah sekitar 110.000 hp sampai 122.000 hp pada kedua shaft, tenaga ini mampu membuat kapal 13.600 ton ini mencapai kecepatan maksimum 32,5 knot. Sedangkan jarak maksimum yang bisa ditempuh adalah 9000 mil laut dengan kecepatan konstan 18 knot.

Riwayat KRI Irian

KRI Irian sebelumnya adalah kapal Ordzhonikidze (Орджоникидзе) (Object 055) dari armada Baltik yang dibeli oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962. Saat itu KRI Irian adalah kapal terbesar dibelahan bumi selatan. Kapal ini digunakan secara aktif untuk persiapan merebut Irian Barat.

Awal

Kapal ini dibuat di Admiralty Yard, Leningrad.Peletakan lunas pertama dilakukan pada tanggal 9 Oktober 1949, kapal diluncurkan pada tanggal 17 September 1950, dan pertamakali kapal dioperasikan pada tanggal 30 Juni 1952

Persiapan Pengoperasian di Indonesia

Pada 11 Januari 1961 Pemerintah Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada Central Design Bureau #17 untuk memodifikasi Ordzhonikidze supaya ideal beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar dilakukan untuk membuat kapal ini bisa beroperasi pada suhu +40°C, kelembapan 95%, dan temperatur air +30°C.
Tetapi perwakilan dari Angkatan Laut Indonesia yang kemudian mengunjungi kota Baltiisk menyatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk menanggung biaya proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi dialihkan untuk instalasi genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan ventilator tambahan.
Pada 14 Februari 1961 Kapal ini tiba di Sevastopol dan pada 5 April 1962 kapal ini memulai ujicoba lautnya. Pada saat itu Kru Indonesia untuk kapal ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal. Mekanik kapal ini Bapak Yatijan, di kemudian hari menjadi Kepala Departemen Teknik ALRI. Begitu juga banyak dari pelaut yang lain, di kemudian hari banyak yang mampu menduduki posisi penting.

Operasional

Datang ke Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan keluar dari kedinasan AL Soviet pada 24 Januari 1963. Tidak pernah Uni Soviet menjual kapal dengan bobot seberat ini kepada negara lain kecuali kepada Indonesia. ALRI yang belum pernah mempunyai armada sendiri sebelumnya, belajar untuk mengoperasikan kapal-kapal canggih dan mahal ini dengan cara trial and error / coba-coba. Pada November 1962 tercatat sebuah mesin diesel kapal selam rusak karena benturan hirolis saat naik ke permukaan, sebuah destroyer rusak dan 3 dari 6 boiler KRI Irian rusak. Suhu yang panas dan kelembapan tinggi berefek negatif terhadap armada ALRI, akibatnya banyak peralatan yang tidak bisa dioperasikan secara optimal. Di lain pihak kehadiran kapal ini membuat AL Belanda secara drastis mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat.

Perbaikan

Pada 1964 Kapal Penjelajah ini sudah benar-benar kehilangan efisiensi operasionalnya dan diputuskan untuk mengirim KRI Irian ke Vladivostok untuk perbaikan. Pada Maret 1964 KRI Irian sampai di Pabrik Dalzavod. Para pelaut dan teknisi Soviet terkejut melihat kondisi kapal dan banyaknya perbaikan kecil yang seharusnya sudah dilakukan oleh para awak kapal ternyata tidak dilakukan. Mereka juga tertarik dengan sedikit modifikasi yang dilakukan ALRI yaitu mengubah ruang pakaian menjadi ruang ibadah (sesuatu yang tidak mungkin terjadi di negara komunis).

Penugasan Kembali

Setelah perbaikan selesai pada Agustus 1964 kapal menuju Surabaya dengan dikawal Destroyer AL Soviet. Setahun kemudian (1965) terjadi pergantian pemerintahan. Kekuasaan pemerintah praktis berada di tangan Soeharto. Perhatian Soeharto terhadap ALRI sangat berbeda dibandingkan Sukarno. Kapal ini dibiarkan terbengkelai di Surabaya, bahkan terkadang digunakan sebagai penjara bagi lawan politik Soeharto.

Pemensiunan

Terdapat beberapa versi tentang riwayat KRI Irian setelah peristiwa G30S.
• Versi pertama menyebutkan bahwa pada tahun 1970, KRI Irian sudah sedemikian parah terbengkalai hingga mulai terisi air. Tidak ada orang yang peduli untuk menyelamatkan Kapal Penjelajah ini. Sehingga pada masa Laksamana Sudomo menjabat sebagai KSAL maka KRI Irian dibesituakan (scrap) di Taiwan pada tahun 1972 dengan alasan kekurangan komponen suku cadang kronis.
• Versi kedua, menurut Hendro Subroto, kapal perang yang dibuat hanya empat buah ini di jual ke Jepang set
elah persenjataannya dipreteli.

Kru Kapal

Perwira yang pernah bertugas di atas KRI Irian adalah:
1. Mantan Panglima TNI dan Menkopolkam di Kabinet Indonesia Bersatu, Laksamana (Purn.) Widodo AS yang saat itu menjabat sebagai Perwira Senjata pada tahun 1968.
2. Dr. Tarmizi Taher, mantan Menteri Agama di Kabinet Pembangunan VI, sebagai Perwira Kesehatan di KRI Irian.
3. Dr. Kartono Mohamad, kakak kandung dari Goenawan Mohamad, pendiri Majalah Tempo. Ia pernah menjadi dokter di KRI Irian semasa bertugas di TNI-AL (1964-1975).


SUKA DUKA MENCARI INFORMASI BENDA SEJARAH
Saya berkungjung ke Museum Satria Mandala pada hari Sabtu, 28 Mei 2011. Duka saat mencari informasi adalah saya kesulitan untuk mencari benda apa saja yang belum digunakan teman sekelas saya agar tidak sama dan benda apa saja yang sudah digunakan. Dengan kunjungan ke museum, saya mendapat tambahan wawasan mengenai sejarah Indonesia, Dimana Indonesia pada masa lalu sangat bersikeras untuk mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar