Kamis, 26 Mei 2011

Tujuh-belas tahun. Penuh warna.

17 tahun hidup saya, bisa di bilang seperti judul di atas. Penuh warna. Berbagai keadaan dan situasi yang beraneka ragam sudah saya lewati yaitu masa kanak-kanak yang menyenangkan. Tapi bukan berarti sifat kekanak-kanakan saya pun sudah hilang, tapi pembelajaran-pembelajaran masa lalu cukup dapat mengajari saya maksud hidup. Dengan di takdirkan menjadi anak paling kecil bukan berarti saya terlahir menjadi anak yang manja, tapi jujur sifat keegoisme itu pasti ada, bagaimanapun itu harus kita akui tapi dengan umur saya yang 17 tahun ini. Saya mencoba dan belajar untuk lebih bersikap dewasa..

Pertama kali melihat dunia
Lomba Foto Zwitsal.
Adinda Sari Putri Nawawi datang ke dunia pada tanggal 9 januari 1994 di Jakarta, bertempat di RSPP. Dengan berat 3,6 kg. Kelahiran putri ke-3 (saya) membuat ibu saya merasa puas. Pertama, karena di karuniai 3 putri. Kedua, lahirnya bayi sehat. Memang saya lah yang paling banyak gizi (re: gendut) hehehe kehidupan saat saya bagi memang sangat di manjakan berhubung selang antara saya dan kakak saya berelang 6 tahun. “ibu kangen punya anak bayi lagi” itu lah yang paling saya ingat dari masa balita saya.


Balita (1 tahun) di Puncak.

Saya dan Kakak saya yang kedua, Dara Vidya Karina.

Solat Maghribu bersama ibu.
Naik kuda di bandung
Hm.. walaupun kata-kata itu masih sangat sering terdengar oleh telinga saya. Saat balita, saya pernah di tinggal ke luar negeri oleh keluarga, tapi mereka sangat sering menghubungi saya lewat telepon, walau hanya seminggu, anak berumur 4 tahun tidak akan sanggup menjalaninya. Maka dari itu orang tua saya menitipkan saya dengan tante. Sehingga hubungan kami dekat. Setelah pulang dari Amerika, rasanya saya tidak mau lagi pisah dengan ibu ayah dan kakak-kakak, biar di rumah tante saya sangat nyaman tapi rasanya beda sekali tidur di tengah orangtua saya, makan bersama mereka, dan pergi bertamasya.  Family life was wonderful. The streets were bleak. The playgrounds were bleak. But home was always warm. My mother and father had a great relationship. I always felt 'safe' there.” Umur saya pun bertambah hari demi hari, ibu harus merelakan saya untuk sekolah TK, memang ibu
tidak memasukan saya ke Play Group. Dia lah yang mengajarkan saya membaca dan mengetahui
banyak hal. Education, like neurosis, begins at home.”(Milton)  Dia lah pahlawan tanpa tanda jasa. Akhirnya.. saya di sekolahkan di TK Al-Azhar Jeruk Purut




Sekolah Dasar 
Dengan 2 kakak saya, Bunga Listya Prameswari & Dara Vidya Karina. 2002.

Keluarga. Madinah, 2002.
Dengan koala. Australia, 2002.
Shanghai, 2002.
Setelah sekolah TK di Al-Azhar Jeruk Purut, saya melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar saya di Al-Azhar Syifa Budi atau lebih sering di dengar. Azka. 
Opera House, 2003.
Dengan 2 kakak saya. 2006.
Disana saya bertemu teman-teman yang menyenangkan dan seru, di SD lah saya banyak belajar, transisi dari masa kanak-kanak ke masa (sok) remaja. Dimana saya melihat teman-teman saya banyak yang sudah menyukai lawan jenis ha ha ha terkadang masa-masa itu membuat saya tertawa, mungkin bisa di bilang sekolah saya itu memiliki anak-anak yang borju tapi nyatanya sih tidak.. saya sering sekali jalan-jalan pakai bajaj dengan teman-teman. Berhubung lokasi sekolah saya itu di Kemang, kami sering sekali jalan-jalan di daerah sekolah. Teman-teman disana pun asyik & berbaur. Saat SD waktu bermain saya sangat leluasa. Tidak ada les yang setiap hari. Paling hanya les bahasa inggris yang mungkin Cuma 2 kali seminggu. Itu lah yang membuat saya senang saat SD. Tidak ada beban...




Sekolah Menengah Pertama
Pengumuman kelulusan bersama ibu.
Kehidupan SD yang ringan dan bisa di bilang banyak mainnya di banding belajar, membuat saya ‘belum siap’ dengan kesenioritasan di SMP, SMPI Al-Azhar II menyambut murid-murid baru dengan acara Masa Orientasi Murid, waktu itu kemandirian dan kerja sama sangat di uji, senioritas pun juga berlaku disana. Bukan dalam hal buruk, tapi dalam hal baik, ya untuk di maksudkan agar kami adik kelas lebih sopan dengan guru dan kakak kelas. Menurutsaya kehidupan SMP adalah masa paling transisi dimana anda saat SD masih memiliki sifat kekanak-kanakan tapi di SMP anda sudah harus menghilangkan sifat itu sedikit demi sedikit, sehingga jujur, saat SMP disanalah anda banyak bertemu masalah-masalah pada diri anda dan orang lain, kelabilan yang ada pada diri kitapun terlihat waktu itu. Tapi SMP sama sekali bukanlah waktu yang tidak menyenangkan, kehidupan SMP sangatlah bertolak belakang, pada saat itu saya dan teman-teman sering sekali bersenang-senang, di SMP juga saya menemukan apa arti sahabat itu, sahabat yang akan selalu ada saat susah ataupun senang. Kita bisa menilai sahabat bukan karena kita bisa berbagi kesenangan dengan mereka, tapi dengan kita bisa berbagi kesedihan dengan mereka, dan menurut saya pepatah itu bisa sekali di cocokan dengan 6 sahabat saya itu. Dalam hal pertemanan “Don’t talk behind your friend”s back” itu yang paling penting.. Walaupun saya memiliki sahabat, bukan berarti saya hanya bermain dengan mereka, saya juga sangat berbaur dengan satu angkatan. Di SMP kami sering sekali di uji dalam hal kekompakan angkatan, jadi kalau salah satu teman angkatan saya terkena masalah dengan kakak kelas, kami satu angkatan lah yang menyelesaikannya. Friendship... is not something you learn in school. But if you haven't learned the meaning of friendship, you really haven't learned anything.” (Muhammad ali)  Bukan untuk ikut campur, tapi kami peduli. 3 tahun saya bersama angkatan saya REVISTA, kenangan-kenangan yang indah sangat banyak yang sedihpun juga ada.

6 sahabat saya.
REVISTA.

Berpuluh-puluh acara kami lakukan bersama, sehingga susah bagi kami untuk pisah. Susah bagi kami memilih SMA karena jujur kami tidak mau pisah sekolah. Kerekatan antara anak cowok dan cewek membuat kami dekat dengan satu dan lainnya.. saat SMP saya memiliki salah satu waktu yang paling indah dalam hidup saya, saya pergi ke Eropa dengan keluarga, itu adalah mimpi saya dari dulu, saya selalu ingin pergi ke Paris, Italia dan Swiss, melihat pemandangan yang indah disana.. Eropa adalah tempat paling indah yang ada dunia, banyak sekali pengetahuan yang saya cari sebelum pergi kesana, saat itu saya ingin sekali pergi ke Eropa, dan akhirnya terwujud... this is the sweetest and most glorious day that ever my eyes did see.” waktu itulah menurut saya, saya memiliki hidup yang sangat menyenangkan....  
Vollendam, 2007
Vatican, 2007.
Mount Titlis.


Sekolah Menengah Atas
NAWASTRA. Jogja.
XB.
SMA Labschool Kebayoran banyak sekali mengajarkan saya.. dalam bidang apapun, pertama kali saya menginjakan saya di sekolah ini, banyak sekali yang saya fikirkan, tapi setelah kurang lebih 2 tahun saya sekolah, banyak sekali maksud dan tujuan dari Labschool melakukan banyak hal yang mungkin bisa di bilang, pasti anak remaja seperti saya tidak suka. Kelas 1 di SMA Labsky, tidak susah bagi saya dalam mencari teman tapi beberapa bulan awal masuk SMA saya masih sangat dekat dengan teman SMP jadi masa-masa itu membuat saya tidak mau SMA, mungkin karena saya belum mendapatkan sahabat seperti di SMP, kurang masuk logika juga kalau baru masuk SMA saya sudah menemukan sahabat yang di SMP saya harus berkutat 3 tahun dahulu.. kelas 1 dimana kami banyak sekali belajar akademik dan non-akademik, dalam hal akademik Labsky terkenal dengan sekolah yang ter-akreditasi A sehingga kurikulum nya pun susah, dalam non-akademik kami juga di padatkan dengan acara-acara kemandirian dll. Saat kelas 1 saya sangat santai benar-benar kurang sekali memikirkan sekolah, tidak seperti teman-teman saya yang sangat berencana untuk masuk IPA melainkan saya yang lebih memikiran non-akademik. Ketidak stlabilan saya saat SMP dulu, masih saya bawa sampai SMA, disanalah saya bisa melihat sisi yang baik dan tidak. Disanalah saya bisa membedakannya, disanalah saya tau bagaimana cara orang memandang orang lain. Bisa di bilang, saya sangat beruntung masuk ke sekolah ini, sekarang saya berfikir lebih luas dan lebih dewasa. Lalu dalam hal akademik, saya memang bisa di bilang santai sampai akhirnya saat ujian akhir sekolah saya benar-benar keteteran tetapi itu tidak menghalangi saya untuk berubah, akhirnya alhamdulilah saya masuk kelas IPA, awalnya saya tidak mau memilih IPA, karena jujur kelas 1 saya lemah di pelajaran-pelajaran itu, tapi karena dukungan dari orang tua & beberapa orang terdekat, saya memilih jurusan IPA. 

XI IPA 3.




OSIS Dranadaraka Wiraksaka.
Kelas 2 adalah kelas yang paling berat dan juga paling ringan, disini banyak sekali kegiatan yang saya jalani dalam hal ekstrakurikuler, les dan acara dengan teman-teman, NAWASTRA yang sering sekali membuat acara, menjadi hiburan bagi saya untuk melupakan hal pelajaran yang susah,  mengapa kelas 2 menurut saya paling ringan? Karena disinilah masa santai bagi NAWASTRA, dimana kelas 1 kami sibuk dengan kegitan non-akademik dan jurusan, kelas 3 kami akan sibuk dengan UAN dan kuliah. paling berat? karena saya harus berkutat dengan pelajaran yang saya benci, kesantaian dan kemalasan saya masih saya bawa sampai sekarang, itu yang membuat saya susah sekali mengikuti pelajaran ipa, tapi karena kesadaran dalam diri saya.. saya sadar bahwa ini lah jurusan yang saya pilih walaupun saya tidak suka saya harus jalani ini semua, memang tidak gampang mengubah itu semua.. tapi saya yakin saya bisa, saya bisa lebih rajin, saya bisa membuktikan kalau saya mampu.. hingga inilah tantangan berat saya.. Defeat is not the worst of failures. Not to have tried is the true failure.(George Edward) walaupun banyak waktu sulit saat SMA, SMA juga tempat saya bersenang-senang bersama teman, dengan mengikuti acara sekolah yang sering, NAWASTRA juga sering di uji kekompakannya, jadi susah bagi kami memungkiri itu semua, hingga makin hari kekompakan kami di bangun.. saya baru menjalani waktu 2 tahun kurang dalam SMA, impian saya untuk mengakhiri SMA adalah memiliki waktu lebih banyak dengan teman-teman, hasil kelulusan yang memuaskan dan semoga kelas 3 akan menjadi setahun yang sangat menyenangkan..


Masa Depan
Jujur saya adalah orang yang sangat merencanakan sesuatu dengan detail, terkadang memang ini tidak bagus, tapi saya adalah tipe orang yang sangat khawatir dengan masa depan saya. Yang ada di fikiran saya hanya “bagaiman kalau nanti saya tidak sukses dan tidak membanggakan orang tua saya?” memang hidup harus di jalani dengan santai tapi juga perhatian dalam hal yang vital, memang bisa stress kalau kita memikirkan hal yang sama, tapi kita juga tidak berusaha, tapi itu bukanlah persepsi saya, menurut saya, saya tidak akan mengikuti kemana jalur air sungai itu, tapi saya yang akan membuat jalurnya. In order to succeed, your desire for success should be greater than your fear of failure.” (Bill Cosby) Saya adalah orang yang memiliki banyak rencana, apalagi dalam hal kuliah, dulu jurusan yang saya inginkan sampai 5 atau lebih, dengan waktu berjalan saya memilih apa yang saya suka dan saya yakin saya mampu dalam bidang itu.. Don't aim for success if you want it; just do what you love and believe in, and it will come naturally.”(David Frost)
Akhirnya saya ingin sekali kuliah di luar, insyaAllah bila semua faktor mendukung. Memang biaya kesana tidak sedikit, tapi inilah yang saya  mau, dan saya akan membuktikan kepada orang tua saya, kalau saya bisa dan akan membawa pulang gelar yang saya miliki dalam waktu yang sudah di rencanakan. Both my mother and father were very supportive of any career move any of us wanted to make”(James Gond)
Setelah kuliah saya memiliki mimpi untuk menjadi wanita karier yang sukses dan memiliki uang banyak hehehe dan insyaAllah bisa tinggal di luar negeri. (re: Manhattan, New York) seberapa pun susah dan sibuk, bila saya bekerja dalam bidang saya nanti, saya tidak keberatan walaupun nantinya saya juga pasti mengeluh, saya juga bukan tipe orang yang memikirkan umur berapa saya akan menikah tapi yang saya inginkan hanya menikah dengan orang yang benar dan memiliki keluarga yang bahagia... :)
Manhattan, New York.

1 komentar:

  1. ini saya pindahkan dari "labsky historical reminder" (original posted: 15/04/11)

    BalasHapus